4

7.6K 633 30
                                    

Tok tok tok

" Masuk."

" Maaf Pak. Di luar ada tamu." beritahu Lidya.

" Siapa?"

" Itu Pak, Bu---,"

Belum sempat Lidya menyebutkan nama. Tamu itu langsung menyelonong masuk ke dalam ruang kerja Seno.

" Lama amat sih." Gerutu perempuan itu.

" Massss ini aku."

Perempuan itu berteriak dengan nada manja.

" Dinda?"

Seno menatap Dinda yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya.

" Iya, ini aku. Kenapa kamu terkejut ya?"

Dinda meletakkan tas nya di atas meja kerja Seno.

" Ngapain lagi kamu berdiri di sana. Udah sana pergi." Usir Dinda kepada Lidya.

" Ooh maaf. Kalau begitu saya permisi dulu, Pak."

" Iya-iya. Sana."

Seno menyandarkan punggung ke sandaran kursi dan memijit keningnya.

" Kamu kenapa, Mas? Pusing?"

Dinda mendekati Seno. Belum sempat ia menyentuh pundak Seno. Dirinya sudah di tolak.

Dinda marah.

"Saya nggak papa. Kamu ngapain kesini?"

Tanya Seno to the point.

Dinda menatap Seno dengan wajah sedih. Ia berdiri dan bersandar di tepian meja menghadap Seno.

" Ih kok kamu gitu sih, Mas. Emang nya aku nggak boleh ke sini lagi?" Tanya nya manja.

Seno mengangguk mantap.

" Itu kamu tau. Aku sudah tidak mau lagi ketemu kamu. Paham?"

Seno menatap Dinda dengan tajam.

Dinda mati-matian berdiri di depan Seno.

" Masss."

Dinda lebih mendekat.

" Stop. Sudah berapa kali saya bilang. Jangan pernah lagi mendekati saya Dinda. Harus bagaimana lagi saya mengingatkan kamu, huh?" Tekan Seno. Ia sudah jengah dengan keberadaan Dinda yang selalu mengusiknya.

" Aku mau kita balikan!" Ujar Dinda cepat.

Seno mendengus.

" Tidak usah bermimpi."

" Mas. Aku masih cinta sama kamu, Mas. Please kamu kasih kesempatan satu kali lagi buat aku. Aku sudah berubah, Mas. Kamu nggak kasihan lihat anak kita?"

" Anak kita? Salah. Anak kamu dan selingkuhanmu." Jawab Seno tajam.

" Bagaimana pun Laras itu anak kamu juga, Mas. Kamu jangan melupakan itu."

" Jangan memancing amarah saya Dinda. Saya tidak punya anak dengan kamu. Laras bukan darah daging saya. Paham kamu. Sekarang kamu pergi dari sini. Saya muak melihat wajah kamu." Usir Seno.

Dinda menggeleng.

" Nggak mau. Aku nggak mau. Laras pengen ketemu Papanya."

" Saya bukan Papanya."

" MAS!" Teriak Dinda marah. Ia sudah kehabisan cara membujuk Seno.

Seno marah. Ia bangkit.

" Kamu membentak saya, huh? Beraninya kamu. Memang kamu siapa? Kamu cuma mantan istri yang tidak tau di untung dan tidak tau diri. Paham?"

Seno menunjuk wajah Dinda dengan marah. Ia tidak akan menyentuh Dinda. ingin sekali ia menampar perempuan di hadapannya.

Dinda menangis. Ia memegang lengan Seno dan memohon.

Seno menyentak tangannya. Ia tidak sudi bersentuhan walaupun seujung kulit.

" Jangan pernah menyentuh saya!"

" Mas. Aku mohon."

" Sekarang keluar dari sini. Apa perlu saya seret kamu."

Dinda menatap marah wajah Seno.

" Mas aku tidak akan menyerah. Kamu akan ku buat menyesal." Tekan Dinda menghapus air mata nya.

Ia mengambil tasnya dan keluar dari ruang Seno. Ia Pun membanting pintu dengan keras.

" Sial. Susah amat di bujuk." Geram Dinda sambil berjalan meninggalkan kantor yang di tempati Seno.

Seno mendesah keras menghadapi tingkah mantan istrinya.

Mereka sudah bercerai sejak lama. Namun, Dinda selalu menganggunya untuk rujuk. Ia tidak akan pernah kembali kepada wanita jalang itu.

Masih ingat di ingatan Seno jika ia menyaksikan sendiri adegan tidak senonoh Dinda dengan pria lain. Padahal Dinda masih berstatus sebagai istrinya.

Setelah Seno mencari tahu. Ternyata laki-laki itu ayah kandung dari laras yang ternyata bukan anak nya.

Ia dan keluarganya sudah di tipu mentah-mentah oleh Dinda. Seno sangat marah sekali. Ia benar-benar pria yang bodoh dan tolol karena bisa-bisa nya tertipu oleh seorang perempuan yang di anggapnya polos seperti Dinda. Ternyata perempuan itu rubah betina.

Gara-gara Dinda juga lah ia kehilangan wanita yang sangat di cintainya. Bahkan sampai sekarang pun ia masih tetap mencintai wanita itu.

Seno kembali memijit kening nya. Kepala nya mulai sakit memikirkan jalan kehidupannya yang jauh dari kata bahagia.

" Sayang. Kamu dimana? Maafkan aku!" Gumam Seno lirih.

Tbc!

17/02/21

Nahh sudah mulai bisa menebak kan??

Ayok vote dan komentar nyaa yahhh

MAHLIGAI SYAHDU (EBOOK READY DI GOOGLEPLAY/PLAYSTORE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang