Udah part 60 ya di karyakarsa gess..sedang manis2 nya tuh mereka di sana.
Yuk lahh, happy reading gaesss🥰🥰
Dinda menghempaskan tas nya dengan marah. Dada nya naik turun dengan wajah merah padam. Jelas terlihat api dendam dalam mata nya.
"Sialan. Jadi, anak itu anak seno. Sial. Brengsek." Dinda menghamburkan segala peralatan make up nya. Sudah bertebaran di lantai bahkan ada yang pecah seperti botol parfum dan yang terbuat dari kaca.
"Berani nya anak ingusan itu." Dinda menjambak rambut nya kesel
"Sialan. Kenapa nggak mati saja itu anak. Kenapa harus hidup. Syahdu, ini semua salah lo. Kenapa lo harus balik ke sini. Sialan Syahdu." Dinda tampak panik. Ia tidak bisa membiarkan Seno bertemu dan kembali dengan Syahdu.
Ia yang bersusah payah untuk mendapatkan Seno selama ini. Segala cara sudah di lakukan nya. Tiba-tiba Syahdu datang dan ingin merusak. Tidak, tidak akan ia biarkan."
Dinda gelisah. Ia mondar mandir dalam kamar nya. Otak nya di paksa untuk berpikir.
Dinda tersentak saat pintu kamar terbuka. Laras berdiri di ambang pintu menyaksikan keadaan kamar yang berantakan.
"Apa yang membuat Mama marah sampai membuat kamar ini bentuk kapal pecah?"
Laras menatap Dinda dengan penasaran. Dinda terkekeh sinis.
"Kamu pengen tahu apa yang membuat Mama marah?" Dinda menghampiri Laras dengan mata nyalang.
"Mama baru saja bertemu dengan mantan istri papa kamu dan anak nya."
Bola mata Laras melebar. "Ah mantan apa bukan ya. Masalah nya si Seno itu tidak pernah menceraikan perempuan sialan itu."
Gigi Dinda bertaut menahan geram.
"Mama yakin?" tanya Laras pelan.
Dinda mengangguk. Ia berkacak pinggang dan kembali masuk ke dalam kamar nya di ikuti Laras.
Dinda berbalik membuat Laras hampir saja terjatuh karena tidak fokus.
"Anak itu sudah besar. Mungkin kalian seumuran."
Laras kembali terdiam.
"Mama tidak bisa membiarkan perempuan dan anak itu berkeliaran apalagi sampai bertemu dengan papa kamu. Kita bakal di tendang jauh dan tidak bisa lagi hidup bersama Papa kamu. Karena Seno sialan itu sangat mencintai perempuan sialan itu. Mama sangat membenci nya."
Laras menggeleng. "Aku nggak mau. Aku mau tetap Papa Seno. Mama harus bisa kembali sama Papa. Kita harus bisa hidup bersama lagi. Aku nggak mau hidup miskin. Ini saja aku sudah tersiksa karena sudah tidak bisa hidup mewah lagi."
"Memang kamu fikir Mama mau? Mau di taruh dimana muka Mama hah?"
"Terus kita harus bagaimana?"
"Biar Mama pikirkan cara nya."
Laras terdiam. Ia tidak bisa membayangkan jika Seno kembali ke perempuan yang Mama bilang. Ia sudah sangat senang menjadi anak dari Seno selama ini. Ia selalu menggunakan nama Seno sebagai Papa kandung nya. Laras menjadi takut jika jatuh miskin dan teman-teman nya akan menjauhi nya. Tidak, tidak bisa! Apalagi jika orang-orang pada tahu kalau ia bukan anak kandung Seno. Ia takut akan di bully dan jadi bahan omongan dan tertawaan. Laras begitu panik saat memikirkan apa yang terlewat di pikiran nya barusan.
Sedangkan di lain tempat, Syahdu dan Rembulan sudah sampai di rumah.
"Sebenarnya siapa Mak Lampir itu? Kenapa dia tampak membenci Mama sekali."
Rembulan mengepalkan tangan mengingat kejadian di Plaza.
"Mantan istri Papa kamu."
Mulut Rembulan menganga dengan bola mata yang nyaris menggelinding ke lantai jika todak cepat mengedip.
"Mantan istri si Bapak itu? Nggak salah?"
Syahdu mendesah pelan. "Orang kayak begitu pernah di jadiin istri. Buta itu mata si Bapak nya. Kok bisa? Punya mantan istri titisan Mak lampir."
Rembulan menggeleng yak percaya. Syahdu hanya diam duduk di sofa. Ia memijit kening nya.
"Lebih cantik Mama kemana-mana di banding itu Mak Lampir. Heran. Sikap dan attitude nya juga nol. Gaya sok cakep. Muak aku lihat nya."
Rembulan terus nyerocos."Udahlah, nggak usah di pikirkan. Yang penting kita nggak papa. Nanti kalau ketemu lagi nggak usah di ladeni."
"Enak aja. Bakal ku kerjain itu Mak Lampir." Rembulan tidak terima. Ia akan membalas perbuatan dan ucapan Dinda yang sangat menyakitkan hati nya.
"Dosa kamu ngerjain orang yang lebih tua. Sabar aja. Nggak usah di masukin ke dalam hati omongan nya."
"Ya, nggak bisa dong, Ma. Dia jelas jelas bilang kalau aku ini anak haram. Sakit hati aku."
"Kenyataan nya kan nggak kayak gitu. Kalau nggak mau di bilang kayak gitu lagi tuh terima Papa kamu. Buktikan kalau kamu itu anak sah dari Papa kamu. Mudah kan?"
Rembulan terdiam. Mama nya akhir akhir ini sering kali menyuruh nya untuk menerima si Bapak itu.
"Si Bapak itu udah ada kabar?"
Syahdu menggeleng. "Coba aja nanti kalau ketemu. Aku adukan kejadian ini. Biar tahu rasa si Mak Lampir. Mari kita lihat siapa yang akan di bela nya."
Syahdu tersenyum tipis. "Udah, Nak. Jangan begitu. Kita tadi nggak jadi makan kan. Makan sisa sambal tadi siang aja lah. Udah malam juga."
"Aku nggak makan, Ma. Nggak selera gara-gara Mak Lampir sialan rambut kuning itu."
"Ssstt, mulut nya itu di jaga."
Peringat Syahdu."Iya, Maaf. Kelepasan Mama." Syahdu mengusap pipi anak nya dengan sayang.
"Dengar. Kamu itu terlahir dalam pernikahan yang sah. Bukan anak haram. Waktu kamu dalam perut Mama, papa sama Mama masih sah sebagai suami istri. Paham?"
Rembulan mengangguk. "Pintar. Yang penting kamu harus tahu itu dulu. Kesalahan di sini ada sama Papa dan Mama yang berpisah tidak baik-baik. Kami yang akan bertanggung jawab. Walaupun begitu Mama tetap minta maaf kalau sudah membuat kamu berada dalam posisi seperti ini. Kamu tidak mengenal Papa kamu sejak lahir. Hanya ada Mama selama ini. Mama tahu kamu sangat merindukan Papa kamu. Jadi, nggak ada salah nya kamu membuka hati untuk Papa kamu. Kesempatan ini sangat berarti sekali buat kamu, Nak. Ingat kesempatan tidak datang dua kali. Mama yakin kalau kamu selama nya tetap akan menjadi anak Papa kamu. Tapi Mama di sini juga mau kamu diakui. Mama ingin dunia tahu kalau kamu juga punya Papa. Bahkan Papa kamu termasuk orang yang berpengaruh di negeri ini."
Rembulan terdiam mendengar perkataan Syahdu. Apakah memang dirinya harus membuka diri untuk menerima Seno sebagai Papa nya.
Apakah memang benar kebencian nya lebih besar dari pada rasa rindu yang selama ini di pendam.
Apakah ia harus tetap pura-pura tidak membutuhkan sosok seorang Papa dalam hidup nya.
Banyak pikiran yang berkecamuk dalam otak Rembulan saat ini.
Jadi, apakah memang sudah waktu nya?
Rembulan menatap langit-langit kamar nya saat ini. Sejam sudah otak nya sibuk berpikir. Ia pun merasa lelah dengan hidup nya setelah tahu siapa ayah kandung nya.
Kenapa harus seperti ini alur nya. Kenapa ia tidak di lahirkan seperti keluarga normal lain nya. Haruskah ia menyalahkan takdir atau memang dirinya yang kurang bersyukur saat ini.
Rembulan mendesah panjang sembari memejamkan mata berharap isi kepala nya kosong dan tidak memikirkan apapun saat ini. Ia pengin istirahat sejenak dari sekelumit masalah yang datang menghampiri kehidupan nya.
Tbc!
4/06/24Duhhh rembulan kenapa bisa berpikiran seperti itu sih. Terima aja kali kamu di lahirkan bagaimana. Proses nya memang begitu. Ini langkah awal kamu beranjak dewasa dan bisa menyikapi segala permasalahan yang datang. Iye nggak sih gaess🤭🤭😂.
Yuk lah vote dan komentar ya g banyak dong♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHLIGAI SYAHDU (EBOOK READY DI GOOGLEPLAY/PLAYSTORE)
Romance"Ma, aku bertemu dengan laki-laki itu." " Siapa?" " Laki-laki yang mirip dengan Papa." Deg Terdiam kaku saat mendengar anak tiba-tiba membawa informasi yang sangat tidak ingin ku dengar. " Kamu sepertinya salah lihat. Itu tidak mungkin." " Tidak, M...