Arseno terbangun saat mendengar bunyi dentingan. Ia mengucek mata nya dan bangkit dari tidur nya di sofa.
Arseno memperhatikan dimana dia berada, kemudian ingatan semalam muncul dalam pikiran nya.
Arseno meregangkan tangan nya. Ia merasa badan. Ya sakit semua. Mungkin karena ia semalam tidur di sofa yang bahkan tidak muat untuk dirinya sendiri. Apalagi sofa nya juga sudah lama dan tidak empuk.
Arseno kembali mendengar suara dentingan itu. Bau harum masakan tercium di hidung nya.
Seno bangkit dan melangkah mengikuti naluri nya. Beberapa langkah kemudian ia berhenti saat menyaksikan Syahdu tampak sibuk memasak di depan kompor.
Seno mematung. Ia bahkan tidak mengedip sama sekali. Ia seakan tidak mau lagi kehilangan momen ini.
Syahdu berbalik dan terkejut melihat keberadaan Seno. Mereka saling bertatapan untuk waktu yang singkat sebelum Syahdu cepat-cepat sadar.
"Sudah bangun?"
Arseno mengerjap. Ia merasa tenggorokan nya sangat kering. Ia lantas mengangguk sembari menatap wajah Syahdu. Ia merekam baik-baik bagaimana perubahan perempuan yang masih di anggap nya sebagai istri itu.
"Perlu sesuatu?"
"Ya. Air putih,"
Syahdu terdiam sejenak. Ingatan nya seolah di ingatkan kembali pada masa-masa dirinya masih bersama. Seno selalu minum air putih setiap bangun tidur.
Syahdu berbalik mengecilkan api kompor nya dan mengambil gelas kemudian mengisi nya dengan air putih.
"Duduklah!"
Syahdu meletakkan gelas berisi air putih itu di atas meja."Terima kasih,"
Syahdu berbalik menengok masakan nya tanpa mengindahkan ucapan Seno.
Seno menatap gelas minum tersebut. Ia kemudian menarik kursi dan duduk sambil minum.
Selang lima menit mereka hanya diam. Tidak ada yang bersuara. Syahdu fokus dengan masakan nya sedangkan Seno sibuk menatap Syahdu yang cekatan hilir mudik di area dapur tersebut.
"Hem," Seno berdehem. Syahdu pun berbalik sembari mengangkat alis nya seakan bertanya kenapa
"Mas perlu ke kamar mandi."
Syahdu langsung menunjuk kamar mandi dekat dapur tersebut.
Seno menghela nafas. Ia kemudian bangkit dan menuju kamar mandi untuk mencuci muka nya.
Selepas Seno menghilang di balik kamar mandi Syahdu baru bisa bernafas lega. Ia berkacak pinggang sembari membuang nafas keras nya.
Syahdu sadar kalau sejak tadi Seno menatap dirinya. Ia pun susah mati agar tampak santai dan terlihat biasa saja. Padahal yang sebenarnya ia juga tidak tahu apa yang dirasakan nya saat ini.
Syahdu mengambil mangkuk dan menuang sayur ke dalam nya bertepatan dengan keluar nya Seno dari dalam kamar mandi dengan wajah segar.
Mereka kembali bertatapan sebentar. Seno pun kembali ke meja dan mengambil tisyu untuk mengeringkan wajah nya. Tidak mungkin ia meminjam handuk.
Di bolehkan tidur semalam di sini saja ia sudah sangat senang. Jadi, sekarang ia setidak nya harus tahu diri lah.
"Mau kopi apa teh?"
"Kamu tahu apa yang Mas suka minum kalau pagi kan?"
Syahdu menggeleng. "Saya tidak tahu. Karena selera setiap orang bisa berubah."
Wajah Syahdu tanpa ekspresi. Seno menyunggingkan senyum nya.
"Kopi. Masih sama. Tidak pernah berubah. Tapi tidak pernah sama rasa nya dengan takaran yang kamu buat. Tidak pernah ada yang bisa menyamakan nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHLIGAI SYAHDU (EBOOK READY DI GOOGLEPLAY/PLAYSTORE)
Romansa"Ma, aku bertemu dengan laki-laki itu." " Siapa?" " Laki-laki yang mirip dengan Papa." Deg Terdiam kaku saat mendengar anak tiba-tiba membawa informasi yang sangat tidak ingin ku dengar. " Kamu sepertinya salah lihat. Itu tidak mungkin." " Tidak, M...