Baca lengkap di karyakarsa/ ebook di playstore/playbook gaess.
Syahdu memeluk tubuh Seno dari belakang. Ia tiba-tiba terbangun dan melihat Seno di kitchen set.
Seno terkejut. Ia kemudian memegang tangan Syahdu dan berbalik.
"Sudah bangun?"
Seno menatap wajah Syahdu yang baru bangun. Syahdu mengangguk. Ia balas menatap mata Seno.
"Mas marah ya?"
Seno tertawa. "Kok pertanyaan nya begitu?"
Seno menyelipkan anak rambut Syahdu ke belakang telinga.
"Mas seperti menghindar. Biasa nya tiap hari datang ke rumah. Ini hampir seminggu nggak pernah datang. Ngehubungi juga nggak ada." keluh Syahdu pelan.
Seno tertawa pelan. "Mas sibuk di kantor sayang. Pekerjaan Mas menumpuk. Mas nggak ada marah. Kalau pun kemaren kamu menolak berarti usaha Mas masih kurang. Mas harus lebih berusaha lagi. Mas nggak marah kok. Kecewa sedikit iya."
Syahdu memukul dada Seno pelan dengan wajah cemberut. "Aku kira Mas marah dan menghindar. Rembulan sampai rewel nanyain kamu terus. Dia mikir nya kalau kita lagi marahan."
Seno mengambil tangan Syahdu dan menarik nya masuk ke dalam pelukan.
Syahdu memejamkan mata menikmati pelukan hangat Seno. Ternyata dia merindukan laki-laki ini. Lihat saja! Sekarang Syahdu merasa begitu nyaman berada dalam pelukan Seno.
"Sini duduk dulu!" Seno membawa Syahdu duduk di kursi.
"Terus kok bisa kesini? Mas terkejut loh pulang kerja ternyata ada kamu sama Rembulan. Mas merasa sedang di tunggu gitu kepulangan nya."
"Rembulan rewel mau ketemu dan ngasih kejutan kata nya. Terus tadi kita belanja dulu sebelum ke sini. Kamu lama sekali pulang nya sampai aku ketiduran."
"Maaf sayang. Kalau Mas tahu kalian di sini Mas pasti bakal cepat pulang."
Syahdu mengangguk. Ia menatap masakan nya yang belum tersentuh.
"Mas belum makan?"
Seno menggeleng. Syahdu segera mengambil piring Seno dan mengisi nya dengan nasi dan lauk pauk.
"Udah tengah malam gini nggak papa makan? Ini masakan nya juga udah dingin."
"Nggak papa sayang. Mas bukan pencinta diet dan nggak sakit juga. Mas kebetulan juga sedang lapar."
Syahdu mengangguk. "Sudah?"
Seno menganggu. "Suapin ya!"
Syahdu spontan menoleh kepada Seno yang menyengir.
"Oke. Malam ini aku akan suapi Mas."
Seno tersenyum bahagia.
"Mas udah ketemu Rembulan?" Tanya Syahdu di sela menyuapi Seno.
"Sudah. Rembulan yang menyambut Mas pulang tadi. Sekarang anak nya mungkin sudah tidur."
Syahdu mengangguk. "Tadi Rembulan Mau bangunin kamu cuma Mas larang. Kayak nya kamu capek seharian ini."
"Iya. Capek banget. Tadi ada meeting di luar sama WO gitu. Terus lanjut nganter bunga. Tempat nya lumayan jauh juga. Habis itu masih ada juga pesanan yang harus di packing. Kebetulan Sinta tadi izin cepat pulang."
"Sibuk ya."
"Sesekali juga sih sibuk dan full seperti hari ini."
"Yang penting jaga kesehatan. Kerja nya di bawa santai aja." Pesan Seno padahal dirinya lebih sibuk di bandingkan Syahdu.
Seno membuka mulut nya. Syahdu kembali menyuap nasi. "Bobok di sini aja ya!"
Syahdu mengangguk. "Nggak mungkin aku pulang semalam ini, Mas. Nggak berani juga."
Seno tertawa. Seno menerima suapan Syahdu dengan hati senang. Makan nya pun menjadi enak dan lebih sedap.
Selesai makan, Syahdu membersihkan bekas peralatan makan dan menyimpan sisa masakan nya.
Syahdu mencari Seno. Ternyata laki-laki itu ada di kamar. Syahdu masuk ke dalam. Ia tersenyum melihat bagaimana Seno mengusap rambut Rembulan.
Seno pun mengecup kening anak nya.Syahdu mendekat dan duduk di tepi kasur.
"Mas masih nggak percaya kalau sudah punya anak sebesar ini. Sudah gadis saja."
Syahdu ikut tersenyum. "Sebentar lagi juga masuk SMA. Kamu harus lebih extra lagi menjaga nya sebagai ayah."
"Oh ya?"
"Iya. Kata nya tiga minggu lagi mau ujian akhir."
Seno tersenyum. "Nanti pasti akan banyak laki-laki yang suka sama anak Mas. Lihat masih smp aja udah secantik ini. Sama kaya Ibu nya."
Seno terkekeh pelan saat mendapat cubitan di lengan nya. "Nggak usah aneh aneh mikir nya, Mas. Fokus belajar dulu baru suka sukaan."
"Iya, Mas setuju. Tapi anak kita akan mengalami proses dimana dia menyukai lawan jenis nya. Bahkan sekarang saja mas yakin kalau anak kita suka sama lawan jenis nya."
"Nggak ah. Rembulan nggak pernah cerita kalau dia suka sama laki-laki. Biasa nya rahasia sekecil apapun dia pasti cerita."
"Oh ya?"
"Nggak ada yang mau sama anak kamu, Mas. Preman gini!"
Seno meringis. Ia mengusap rambut anak nya kemudian membawa Syahdu keluar.
"Udah malam. Sebaik nya kita tidur."
Syahdu mengangguk. "Iya. Udah larut malam."
Seno menahan tangan Syahdu saat Syahdu ingin berbalik ke kamar Rembulan.
"Tidur nya di kamar, Mas!"
Syahdu spontan melotot. "Maksud nya gimana?"
Seno tersenyum. "Malam ini kita tidur bareng. Mas kangen."
Syahdu menganga. "Maksud Mas tidur sayang. Tidur. Nggak aneh aneh." Tekan Seno takut Syahdu berpikiran aneh.
"Nggak ah. Mana boleh. Nanti ketahuan sama anak kamu, Mas. Nggak malu apa." Muka Syahdu berubah semerah tomat.
"Please sayang! Nanti subuh Mas pindahin ke kamar Rembulan. Mas mau nyenyak tidur nya."
"Mass---,"
Syahdu menggigit bibir saat melihat wajah memelas Seno. Hati nya pun setuju namun logika nya melarang. Mana yang harus di ikuti nya.
Syahdu tidak sempat menjawab. Seno sudah menggendong nya dan masuk ke dalam kamar. Seno menutup pintu dengan kaki nya. Ia merebahkan Syahdu ke atas kasur lalu menyusul naik ke atas.
"Kamu yakin?"
"Bobok sayang. Udah malam." Sahut Seno tidak menjawab.
Syahdu mendesah. "Nggak usah pikirkan apa-apa. Kita cuma sebatas tidur aja."
Seno langsung memeluk tubuh Syahdu. Mereka menyadari kalau debaran jantung mereka sama-sama menggila.
"Oh Tuhan. Betapa hangat dan nyaman nya begini." Desah Seno yang di dengar Syahdu.
"Mas sudah lama tidak pernah tidur senyaman ini rasa nya."
Syahdu tersenyum. Ia pun mulai merileks kan tubuh nya dan memejamkan mata.
"Selamat tidur sayang."
Kening nya terasa di kecup."Selamat tidur, Mas."
Syahdu bergerak menyamankan posisi nya. Seno mengusap rambut Syahdu.
Mereka akhir nya terlelap dengan saling berpelukan. Bahkan senyum pun masih tersisa di bibir mereka.
*****
*****
Tbc!
3/06/24Gimanaa gimanaaa???
Yukkkk vote dan komen yang banyakk yaaa♥️♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHLIGAI SYAHDU (EBOOK READY DI GOOGLEPLAY/PLAYSTORE)
Romance"Ma, aku bertemu dengan laki-laki itu." " Siapa?" " Laki-laki yang mirip dengan Papa." Deg Terdiam kaku saat mendengar anak tiba-tiba membawa informasi yang sangat tidak ingin ku dengar. " Kamu sepertinya salah lihat. Itu tidak mungkin." " Tidak, M...