17-18

6K 445 12
                                    

Double update...
Baca di karyakarsa udah bab 23 yahh

Seno menatap nyalang informasi yang di terima nya. Ia menatap nyalang pada layar handphone nya.

"Ya Tuhan. Apa mungkin?"

Seno menggumam lirih dengan nada gamang. Semua rasa bercampur aduk dalam hati nya saat ini.

Tangan nya gemetar. Kenyataan apalagi yang harus di terima nya saat ini. Kalau memang benat ada nya betapa sangat beruntung nya Seno. Namun saat pikiran nya berpaling, ia merasa sangat bersalah dan ketakutan setengah mati saat ini.

Seno segera bangkit dari duduk nya mengambil kunci mobil. Ia mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi padahal hari sudah malam.

Tidak lama Seno tiba di tempat tujuan nya setelah memastikan ia tidak salah alamat.

Dengan jantung berdebar ia pun turun dari mobil. Ia tatap rumah sederhana yang berdiri kokoh di hadapan nya saat ini. Dengan langkah gugup dan jantung berdebar Seno melangkah menuju pintu rumah tersebut.

Mata nya menatap nyalang tepat di hadapan nya saat ini.

Ia mengetuk pintu rumah tersebut. Tidak peduli pemilik nya sudah tidur apa belum. Jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Lagi Seno mengetuk pintu untuk kesekian kalinya.

"Siapa sih yang bertamu malam-malam ini. Berisik deh,"

"Hush, nggak boleh begitu kamu. Mana tau itu penting tamu nya."

"Ini udah malam, Ma. Udah waktu nya tidur. Nggak tahu jam itu kali orang."

"Ya udah. Tunggu di sini, Mama bukakan pintu dulu." Syahdu pun berjalan pelan membuka pintu rumah nya. Sedangkan Rembulan kembali sibuk menonton tayangan ajang pencarian bakat di salah satu siaran  stasiun tv tersebut.

"Iya, tunggu sebentar." Syahdu membuka kunci pintu.

Dalam hitungan detik , begitu pintu terbuka, Syahdu hampir saja jatuh ke belakang jika tidak berpegangan ke pintu.

Tidak ada suara, hanya netra mereka saling beradu tatap.

Seno tidak bisa mengalihkan pandangan nya. Jantung nya semakin menggila. Tubuh nya berkeringat dingin. Perempuan yang di cari nya selama ini sekarang berdiri di hadapan nya.

Seno ingin sekali langsung memeluk tubuh Syahdu dan mendekap nya erat. Namun entah siapa yang membisiki dirinya untuk tidak melakukan hal tersebut padahal Seno sangat ingin sekali.

Syahdu berdehem menghilangkan raut wajah terkejut dan shock nya. Ia mencengkram erat tepian pintu.

Syahdu menelan ludah nya yang terasa seret dan kering. Ia mencoba untuk tetap sadar.

Sebelum Syahdu berucap ia di dahului oleh Rembulan.

"Mama, siapa tamu nya?"

Seno dan Syahdu menoleh serentak menatap Rembulan yang sudah berdiri mematung di tempat nya.

"Rembulan," panggil Syahdu pelan.

Rembulan mengubah ekspresi wajah nya. Sedangkan Seno menatap intens pada Rembulan yang sudah dua kali bertemu dengan nya. Ini pertemuan mereka yang ke tiga kalau Seno tidak salah.

"Bapak? Ada perlu apa ke rumah saya?"

Rembulan mendekat dan berdiri di samping Syahdu.

Seno meneguk ludah begitu pun dengan Syahdu yang tidak tahu harus bicara apa.

Seno pun lantas menatap Syahdu dengan wajah merindu. Terlihat dari tatapan mata nya yang menyiratkan kerinduan tersebut.

"Ma. Mama tahu nggak Bapak ini bokap nya Laras musuh aku di sekolah itu lho, Ma."

MAHLIGAI SYAHDU (EBOOK READY DI GOOGLEPLAY/PLAYSTORE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang