Juni sedang mengaplikasikan lip gloss di depan meja rias saat pintu kamarnya terbuka dan memunculkan Junior yang sudah rapi.
"Kak, bagi duit dong."
Juni lantas melemparkan kerlingan sejenak sebelum kembali sibuk menyemprotkan parfum pada bawah telinga, tulang selangka, lipatan lengan, hingga nadi tangan. "Berapa?" responsnya, setelah mendiamkan Junior selama beberapa detik.
Itulah yang Junior suka dari kakaknya. Tidak pernah bertanya untuk apa, terlebih pertanyaan yang beranak sampai terkadang bisa memakan waktu. Karenanya, Junior lebih suka meminta uang jajan ke Junifer daripada ke orang tua sendiri. "Berapa aja. Buat tambahan nongkrong sama teman kampus nanti."
"Lima ratus, cukup?"
Mata Junior langsung berbinar mendengarnya. "Wah, boleh, tuh! Cukup bangetlah," ucapnya, antusias. Sayangnya, tidak ada yang cuma-cuma di dunia ini. Apalagi untuk si Juju. Tidak akan Juni biarkan adiknya bahagia begitu saja.
"Danse pour moi (menari untukku)."
"Hah?" Junior menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ngomong apa, sih? Gue nggak ngerti bahasa Prancis!"
Juni berdecak. "Bahasa apa, sih, yang lo bisa? Joget dulu!"
Ah, benar. Inilah yang Junior tidak suka dari kakaknya. Kalau dia butuh, pasti yang aneh-aneh adalah syaratnya!
"Dih, nggak mau!" tolak Junior mentah-mentah.
Juni lantas mengangkat bahu, tak acuh. "Ya udah, nggak gue kasih."
"Rese lo, Kak."
"Heh!" Juni melemparkan pelototan yang biasanya sanggup membuat bocil kematian ciut seketika. Tapi ini Juju, adiknya yang bukan lagi bocah dan sudah mempan dengan amukan sang kakak. "Masih untung mau gue kasih! Lo, tuh, laki-laki dan masih punya orang tua. Bukan tanggung jawab gue. Bentar lagi lulus kuliah, udah harusnya punya penghasilan sendiri! Kalau nggak mau, minta sama Papa sana! Terus-terusan lo jadi beban. Udah dikasih syarat gampang aja susah banget ngelakuinnya!"
Junior hanya terdiam saat Juni menceramahinya panjang lebar. Sial! Mulut anak perempuan pertama memang pedasnya minta ampun! Memang tidak seharusnya Junior mencari masalah.
"Iye, iyeee." Junior tersenyum masam. "Nari apa gue?"
"Apa aja. Yang penting tiga lagu."
Junior langsung berjengit. "Ah, elah! Mau bimbingan nih gue. Ini udah mau jam 8, Kak!"
"Tiga tarian kalau begitu."
"Kak ..."
"Ya udah kalau nggak ma—"
"IYEEE!" Junior melemparkan tatapan kesal. Demi lima ratus ribu, iya rela menjatuhkan harga dirinya di depan semut-semut kecil yang mungkin menontonnya dari lantai. "Tiga tarian, nih!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Jodoh
RomancePrinsip Junifer adalah hidup suka-suka. Tidak pernah pusing akan apa pun, terlebih soal menikah yang bukan tujuan utamanya. Mau, tapi santai saja. Sampai seorang lelaki bernama William Laskar datang ke kantornya, biro jodoh terkenal di kalangan para...