BAB 36: Persaingan Belum Usai

5.7K 945 101
                                    

Juni bersiul-siul sambil turun dari mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juni bersiul-siul sambil turun dari mobilnya. Saking riang hatinya, langkahnya pun tampak seperti melompat-lompat kecil. Namun, baru saja melewati pintu lobi kantor, panggilan dari resepsionis menahan langkahnya.

"Ada yang nyariin Mbak Juni kemarin. Namanya Kintan," ujar perempuan berkuncir kuda itu begitu sang bos telah berdiri di hadapan.

Juni lantas mengernyit. Bukan karena panggilan "mbak" yang sudah ia sukai sekarang semenjak Windy memanggilnya demikian, melainkan kedatangan Kintan ke tempat kerjanya. "Mau apa dia?"

"Maaf, saya kurang tahu, Mbak. Dia langsung pergi pas saya bilang Mbak Juninya lagi nggak di kantor."

Mendengar penjelasan itu, lagi-lagi Juni bertanya, "Dia nggak nitip pesan apa-apa?"

"Nggak, Mbak."

Juni menelengkan kepala. "Mukanya gimana? Kusut? Kesal? Atau marah?"

"Nggak, Mbak. Tetap manis. Kelihatan baik, kok, mukanya."

Mendengarnya, Juni langsung tersenyum kecut. Namun, ia tidak memperpanjangnya dengan berbalik badan, melanjutkan langkah menuju ruangannya. Sekalipun Kintan tidak membuat keributan di kantornya, tetap saja perasaan Juni mengatakan bahwa si Ketan itu datang dengan aura permusuhan yang kental. Mau apalagi memangnya kalau bukan untuk membahas William? Sosok berambut pendek tersebut tidak memiliki kepentingan apa pun di Rumah Jodoh.

Hmm, kelihatannya Kintan belum menyerah. Keputusan Widia ternyata belum cukup mampu menyadarkan perempuan itu bahwa Junilah pemenangnya. Lantas, apa yang setelah ini Kintan akan lakukan? Karena sepertinya, persaingan antara mereka belum usai bagi satu pihak.

Juni mendengkus memikirkannya. Berusaha tidak menyita pikirannya akan persoalan Kintan, perempuan itu memilih fokus pada pekerjaannya terlebih dulu sebelum pergi kencan lagi dengan William nanti sore. Namun, saat hendak membuka website "Rumah Jodoh" pada komputernya, tiba-tiba salah seorang karyawan menyeruak masuk ke dalam ruangannya dengan panik.

"Mbak Juni ..."

Sebelah alis Juni terangkat. "Kenapa?"

Kemudian perempuan itu memperlihatkan ponselnya yang menampilkan sebuah artikel. Sebuah berita yang sama sekali tidak Juni dan siapa pun di sana harapkan kemunculannya.

Sementara itu di tempat lain, William menyadari jika meja Nirmala kosong. Penasaran, lelaki itu pun bertanya pada Dennis, "Bu Mala ke mana, Pak? Bukannya tadi masuk, ya?"

"Nggak, kok. Hayo, jangan-jangan Pak Will lihat hantu?" Dennis langsung mengibaskan tangan sebelum William sempat bereaksi. "Bercanda, Pak. Jangan takut gitu."

"Saya belum ngomong apa-apa, lho."

Dennis terkekeh. "Bu Mala buru-buru pulang pas istirahat pertama tadi. Katanya, sih, izin karena mendadak nggak enak badan."

Kening William mengernyit. "Terus, kenapa Pak Dennis masih di sini?"

"Maksudnya?"

"Pacarnya, kan, lagi sakit. Kok, nggak dijenguk?"

Mengejar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang