BAB 17: Curi-Curi Kesempatan

6.3K 1K 143
                                    

Yang ditunggu-tunggu akhirnya turun juga saat makan siang tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang ditunggu-tunggu akhirnya turun juga saat makan siang tiba. Dengan drama, perempuan itu menuruni anak tangga sambil melambaikan tangan pada semua orang yang sudah duduk di meja makan bak Miss Universe.

Ya, Juni memang menyuruh semua orang diam-diam kembali ke kamar masing-masing saat Nasruddin sedang mengalihkan perhatian William agar tidak ketahuan bahwa yang lain sedang berkumpul mengamati lelaki itu. Juni tidak ingin William curiga saat dirinya, Junior, juga Tanti muncul dari arah yang sama.

"Nggak usah kaget, dia emang begitu tiap hari," ucap Junior yang duduk di sebelahnya.

William pun tersenyum. "Nggak kaget, kok. Udah biasa."

Junior langsung berjengit. "Widih! Turut berduka, deh, kalau begitu."

Sebelum sempat William merespons kembali, Junior telah diusir oleh Juni untuk berpindah tempat, duduk di samping mama yang mana berada di seberang, sementara sang papa berada di kepala meja.

"Kok, Jujunya diusir?" tanya William pelan karena merasa hanya Juni yang perlu mendengarnya.

"Karena tempat aku, kan, di samping kamu," jawab Juni, lantas mengangkat sebelah bahunya yang terbuka dengan centil sambil mengedipkan sebelah mata.

Tidak usah ditanya, deh, keadaan William sekarang! Jantungnya berdetak lebih kencang seperti genderang mau perang, macam lirik lagu Dewa 19. Ini memang bukan pertama kalinya Juni menggombalinya, tapi ini adalah kali pertama sosok jelita tersebut bicara aku-kamu padanya. Dan William tidak pernah tahu, dampak pada dirinya ternyata cukup kuat.

Kenapa organ tubuh William satu itu akhir-akhir ini jadi murahan, ya? Huft.

Tawa menggelegar khas bapak-bapak dari Nasruddin lantas membuat perhatian William beralih dari jantungnya ke pria itu. Akan tetapi, pertanyaan yang dilontarkan papa Juni ternyata justru semakin menambah kekuatan degup jantungnya. "Jadi, kapan rencananya kalian mau menikah? William pasti ke sini buat bahas kelanjutan hubungan kalian, kan?"

"Oh, sure, Papa." Senyum manis Juni untuk Nasruddin lantas berpindah menjadi senyum miring pada William. "Kapan pun itu, yang pasti sebentar lagi."

Tuh, kan! Benar dugaan William, Juni memang sengaja menjebaknya dalam keluarga ini. Perempuan itu pintar dalam membaca karakternya. Juni pasti berniat membuat William yang tidak enakan, tidak berdaya untuk menolak apalagi lari dari pembahasan.

"Bagus, bagus!" Nasruddin manggut-manggut. "Memang pacaran nggak baik lama-lama. Kalau sudah mantap, langsung saja menikah. Iya, kan, Ma?" Pria itu meminta persetujuan Tanti yang sedang mengambilkan nasi untuk piring semua orang.

"Betul. Tante sama Om juga nggak lama pacarannya. Soalnya, kalau ditunda-tunda nikahnya, suka ada aja, deh, keraguan atau kendala yang muncul di tengah jalan," tambah Tanti.

William hanya tersenyum simpul tanpa kata. Di kepalanya sudah tersusun rencana untuk berbicara pada Juni mengenai ini begitu ia pamit pulang nanti. Karena kalau sekarang, bukan waktu yang tepat membahas kalau hubungan William dan Juni bahkan belum sampai ke tahap pacaran!

Mengejar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang