Ting ... ting ... ting.
"Perhatian-perhatian. Kepada seluruh anggota keluargaku tercinta, mari berkumpul sekarang," ucap Juni lantang sambil mengetuk-ngetuk gelas beling di tangannya menggunakan sendok. Perempuan itu lantas tersenyum saat semua orang sudah berbaris berdampingan di depannya yang tengah berdiri di atas sofa dengan sepasang kaki telanjang. "Hari ini calon anggota keluarga kita bakal datang. Dan aku di sini pengin buat rules untuk kalian."
Kemudian Juni mengarahkan kepala sendoknya pada Nasruddin yang berdiri paling kanan alias sebelah kiri dalam pandangannya. "Pertama, buat Papa. Cukup bangga-banggain aku di depan William. Ceritain segala kemampuan aku yang pernah Papa ajarin sampai aku tumbuh jadi perempuan hebat." Juni mengibaskan rambutnya dengan sendok. "Promosiin aku sebaik mungkin selayaknya Papa lagi promosiin usaha bengkel Papa. Dengan catatan, jangan bahas soal ayahnya William. Paham?"
Nasruddin dengan sigap mengentak kaki kanannya sebelum memberikan hormat sampai istri dan anak bungsunya di sebelah terkejut-kejut akan semangat yang ditunjukkannya. "Siap laksanakan, Nini!"
Pandangan Juni pun beralih ke sang mama yang berdiri tepat di hadapannya alias berada di tengah barisan. "Untuk Mama, aku pengin sebaliknya. Aku pengin Mama puji-puji William dan bikin dia ngerasa rumah sama seisinya, seperti keluarga sendiri. Pokoknya, perlakuin William lebih baik dari Juju. Setuju?"
Mendapati Tanti manggut-manggut mengerti, pandangan Juni lantas bergeser ke sebelah kanan, seonggok manusia yang berdiri di paling kiri. Sosok yang sejak tadi sibuk mengorek telinga kirinya dengan kelingking.
Dasar rakyat jelata!
"Dan terakhir buat lo." Hidung Juni langsung berkerut jijik saat melihat Junior asyik mengelap kelingking pada ujung kausnya yang lusuh. Benar-benar definisi makhluk gembel. "Tugas lo adalah nemenin William main PS nanti. Semalam udah dicek, kan, kondisinya? Masih aman?"
Junior mengangguk. "Kalaupun stick-nya nanti eror, gamepad PC gue compatible buat PS4, kok."
Ya, sebelum memutuskan untuk mengirimkan ojek ke William, Juni terlebih dulu memastikan jika Playstation milik Junior yang sudah lebih dari 3 tahun tidak tersentuh semenjak pemuda itu punya PC, masih bisa berfungsi. Paling tidak, bisa menjalankan game bernama Tekken.
"Good." Juni tersenyum puas.
***
William turun dari motor dengan perasaan bingung. Sang pengemudi menurunkannya di depan rumah yang tidak terlalu mewah, bahkan termasuk sederhana karena berdesain minimalis, tidak jauh berbeda dengan para tetangganya. Apa benar ini rumah seorang Junifer Tan yang merupakan CEO biro jodoh ternama?
Meski demikian, ia yakin jika driver ojol tadi tidak mungkin salah alamat. Alhasil, William pun tetap mendekat ke arah pagar yang tinggi walau tampak rendah jika dibanding dengan postur tubuhnya. Saat itu jugalah ia bisa melihat mobil Juni terparkir di garasi depan dan membuatnya semakin tidak ragu untuk memanggil tuan rumah, "Permisi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Jodoh
RomancePrinsip Junifer adalah hidup suka-suka. Tidak pernah pusing akan apa pun, terlebih soal menikah yang bukan tujuan utamanya. Mau, tapi santai saja. Sampai seorang lelaki bernama William Laskar datang ke kantornya, biro jodoh terkenal di kalangan para...