BAB 37: Malam Biru Juni

5K 949 73
                                    

Juni berusaha menahan tangis saat Tanti lagi-lagi memeluknya sebelum menyusul Nasruddin dan Junior yang telah lebih dulu masuk ke dalam mobil papanya yang memang lebih sering menginap di bengkelnya karena lebih suka pakai motor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juni berusaha menahan tangis saat Tanti lagi-lagi memeluknya sebelum menyusul Nasruddin dan Junior yang telah lebih dulu masuk ke dalam mobil papanya yang memang lebih sering menginap di bengkelnya karena lebih suka pakai motor. Hanya untuk keperluan keluarga saja kendaraan SUV putih tersebut akan pulang. Itu pun kalau anak-anaknya turut serta karena sudah besar. Kalau hanya berdua dengan Tanti, pasti tetap motorlah pilihannya.

Di ambang pintu yang terbuka, Juni melambaikan tangan pada Toyota Rush putih yang mulai berlalu. Biasanya, ia akan antusias berkumpul keluarga. Bagaimanapun, Juni begitu disayang oleh para tantenya mengingat mereka tidak punya anak perempuan. Namun, Juni tidak sanggup menghadapi mereka untuk saat ini. Khususnya, sosok terbaik yang pernah memberinya hadiah berupa perusahaan Rumah Jodoh.

Dengan lemas, Juni menutup pintu utama dan langsung dihadapkan dengan suasana yang terasa sepi. Seumur-umur, Juni belum pernah merasakan rumah yang sesunyi ini. Bahkan suara televisi yang masih menyala pun tidak sanggup membuat perasaannya tenang.

Positifnya, Juni bisa memanfaatkan situasi sekarang dengan menangis sepuasnya tanpa berusaha menahan apa pun. Tanpa takut ada yang melihat momen terpuruknya. Tanpa takut ada yang tahu bahwa Juni sedang tidak baik-baik saja.

Juni merapatkan jaketnya sambil melangkah lesu ke depan televisi. Saat ini layar lebar itu tengah menampilkan saluran berita yang mana membuat Juni menggigit bibir. Sekalipun bukan tentang Rumah Jodoh, jangan sampai, Juni tetap takut jika suatu saat berita tidak benar tersebut akan semakin besar dan terdengar di telinga kedua orang tua serta tante dan omnya yang telah memberi kepercayaan untuk menjalankan biro jodohnya.

Juni tahu, aksi kaburnya tidak akan menyelesaikan apa pun. Berbeda keadaannya jika mungkin ia adalah selebgram yang cukup berdiam diri, lalu semua kegaduhan akan mereda. Bahkan, Juni merasa begitu lebih baik daripada masalah yang dihadapinya sekarang. Jika orang tidak menyukainya, itu sudah biasa dan tentunya tidak merugikan siapa pun. Tapi jika Rumah Jodohlah yang diserang...

Akan ada banyak yang dirugikan juga kecewa padanya.

Dan omong-omong mengenai Instagram, Juni juga tidak berani membuka akun media sosialnya yang mungkin sekarang sudah penuh dengan komentar negatif dari netizen. Semenjak ada komentar menyakitkan yang mengaitkan cara berpakaiannya yang kerap terbuka dan membuat berita terasa semakin masuk akal menurut mereka, Juni tidak lagi berani mengintip.

"Nggak heran, sih. Penampilannya aja kayak cewek nggak bener."

Begitulah salah satu contoh komentarnya. Setelahnya, Juni langsung mengaktifkan "do not disturb" sepanjang waktu hingga menonaktifkan ponselnya beberapa kali.

Rasanya, Juni ingin langsung menampik semua itu dengan membuat klarifikasi. Tapi Juni juga tidak ingin gegabah dan membuat segalanya nanti malah semakin panjang. Ujung-ujungnya, Rumah Jodohnya lagi yang rugi karena berita ini semakin digoreng.

Mengejar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang