BAB 20: Suka atau Belum?

5.2K 921 131
                                    

Hai. Mau pastiin dulu kalau BAB 18 di kalian ada dan sudah baca, ya.
Kalau nggak ada, boleh direfresh dulu atau log in ulang biar muncul bab 18-nya.

Sudah baca?
Alright. Happy reading!

Juni ketiduran!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juni ketiduran!

Perempuan itu langsung melompat dari ranjangnya untuk bersiap-siap. Sial! Padahal sore ini ada hal penting, tapi bisa-bisanya ia malah asyik selonjoran di kasur dan membiarkan kantuk menguasai.

Butuh waktu 30 menit sendiri bagi Juni untuk membersihkan diri. Belum lagi dandannya. Karena jujur saja, perempuan itu paling anti keluar rumah tanpa riasan mata yang bold. Bahkan, saat William ke rumahnya pun, Juni juga mengenakan tampilan sama dengan yang sebelum-sebelumnya. Juni belum siap jika wajahnya yang mungil, akan terlihat ramah dan membuat orang jadi tidak sungkan padanya!

Begitu segalanya telah selesai, Juni terlebih dulu memastikan jalan tol menuju Jakarta hari ini tidak begitu macet di Google Maps. Masih siang, sih. Juni bahkan yakin jika dirinya bisa tiba di sekolah William sebelum pertandingan dimulai sekalipun terkena macet.

Memang harusnya begitu, kan? Lebih baik terlalu cepat daripada terlambat.

Dan mengetahui jalanan tampak aman terkendali, senyum perempuan itu pun terbit. Sambil melangkahkan sepasang kakinya yang terbalut boots warna broken white ke luar kamar, mulut Juni tidak henti bersenandung kecil. Bagaimana tidak senang? Ini adalah kali pertama kehadirannya dinantikan oleh sang pujaan hati!

Akan tetapi, sepertinya tidak semua orang tampak bahagia hari ini. Lihatlah seonggok manusia tanpa masa depan yang baru saja pulang. Tali ranselnya sampai mau jatuh saking lesunya bahu tersebut. "Kenapa lo? Banyak revisi?"

Junior yang melihat sang kakak berhenti di pertengahan tangga pun mendongak tanpa gairah. "Bukan."

"Terus?"

Pemuda itu mengembuskan napas berat. "Habis ditolak."

"Judul???" Juni lantas berdecak keras sambil berkacak pinggang. "Gue udah bilang, pastiin dulu variabelnya berhubungan—"

"Bukan soal itu, elah!" Junior menyugar rambut tebalnya, frustrasi. "Gue habis ditolak cewek. Puas lo?"

Juni hanya tercengang mendengarnya. Perempuan itu sampai tidak bisa berkata-kata sampai Junior hendak melewatinya yang masih berdiri di pertengahan tangga. "Siapa yang berani nolak lo?"

Junior lalu melirik Juni dengan malas. "Bukan urusan lo."

"Urusan gue."

"Apa peduli lo, deh? Lo, kan, biasanya juga ngejek gue kayak yang lain."

"Kayak yang lain?" Juni menegaskan. "Lo baik-baik aja, kan, di kampus?"

Junior mengangguk ragu. "Lo nggak usah peduliin gue."

Mengejar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang