BAB 8: Dihantui Jelmaan Kucing

5.5K 951 245
                                    

Widia benar-benar bingung dengan tingkah William di hari Minggu yang cerah ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Widia benar-benar bingung dengan tingkah William di hari Minggu yang cerah ini. Entah sudah berapa kali terlihat bolak-balik mengintip ke luar rumah dari balik tirai jendela ruang keluarga sampai menunduk-nunduk saking tingginya tubuh si sulung. Mau tidak mau, wanita itu pun jadi penasaran.

"Ngapain, sih, Nak? Ngelihatin tetangga baru?"

William yang sedang memunggungi Widia sontak langsung menoleh dan menatap kikuk sang bunda. "B-bukanlah, Bu. Emangnya ada tetangga baru?" tanyanya, balik bertanya.

"Lho?" Widia berjengit. "Kamu nggak tahu? Itu di depan rumah kita, kan, baru pindahan kemarin," jelasnya yang tampaknya tidak begitu didengar William karena lelaki itu kembali mencuri-curi pandang ke balik bahunya sekalipun tirai nyaris tertutup sempurna. "Terus, kamu ngapain kayak begitu?"

"Ng ... nungguin paket, Bun," kilah William, cepat.

"Paketnya siapa?" Widia melemparkan tatapan curiga. "Beli apa emangnya kamu sampai nungging-nungging?"

William meringis. "Cuma buat keperluan kerja," jawabnya, seadanya. Sebelum Widia berkesempatan untuk bertanya lebih lanjut, lelaki itu segera mengalihkan topik pembicaraan, "Omong-omong, temannya Bunda kapan ke sini?"

Sumpah! Sama sekali tidak berniat membahas hal tersebut. Hanya saja, cuma persoalan itulah yang biasanya mampu membuat sang bunda tertarik. Dan benar saja, Widia langsung melemparkan senyuman usil akibat salah paham.

"Oooh, ada yang nunggu disamperin, nih? Jangan-jangan, kamu dari tadi berharap Kintan dan mamanya yang datang, ya?" goda Widia, lantas terkikik geli. "Anak ganteng Bunda akhirnya tertarik buat punya hubungan. Tapi Kintan memang cantik, sih."

William hanya tersenyum simpul. Bunda keliru, hatinya merasa tidak sreg. Bahkan setelah Widia menceritakan segala hal tentang Kintan yang seolah menjadi topik wajib mereka tiap makan malam, William tetap tidak menemukan ketertarikan di sana.

Jangan salah paham. Segala yang bundanya sampaikan memang bagus. Kintan terdengar seperti perempuan pilihan yang memang tidak sembarang laki-laki bisa miliki. Sayangnya, William tidak pernah merasa antusias mendengarnya.

Kalau kata Juni, sih, belum merasa "klik".

Duh! Kenapa jadi kembali memikirkan sosok yang beberapa hari ini menghantuinya? Bagaimana tidak? Terakhir kali mereka bertemu, perempuan itu mengancam akan mendatangi rumahnya untuk memamerkan diri sendiri pada bundanya William.

Sekarang mengerti, kan, mengapa William terlihat cemas barusan? Ia benar-benar takut Juni serius dengan ucapannya! Pasalnya, perempuan itu sangat nekat dan bertingkah di luar akal sehat.

"Will, kok diam?" Suara Widia membuat kesadaran William kembali berpijak. "Kintan cantik, kan?" desaknya.

Sebenarnya, setelah bertemu Junifer Tan, William tidak lagi bisa melihat orang lain secantik perempuan itu, apalagi bisa menandinginya. Wajah jutek begitu saja tetap terlihat menarik, bagaimana kalau tersenyum? Sayang sekali, sikapnya sama sekali tidak mencerminkan penampilan!

Mengejar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang