BAB 45: Daftar Hitam Baru

5.2K 981 92
                                    

Sejak mendengar nama Juni kembali, Nirmala tidak bersiap menerima kekalahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak mendengar nama Juni kembali, Nirmala tidak bersiap menerima kekalahan. Bahkan, setelah Juni tidak lagi dikenal sebagai Junifer Tantona, melainkan telah menjadi Junifer Tan, di situ Nirmala tahu bahwa Juni sudah berubah. Luar biasa berbeda. Tetap sama cantiknya seperti dulu, hanya saja auranya sangat keluar. Juni yang sekarang seolah tahu dirinya adalah pusat perhatian. Tidak seperti dulu yang memilih menghindari orang.

Dan itu secara tidak langsung lagi-lagi menampar Nirmala yang masih saja menjadi pengecut.

Rasa kesalnya pada Juni yang semula hanya karena bisa mendapat perhatian William, lantas membesar menjadi benci. Ia merasa dirinya dari dulu sebanding dengan Juni, tapi takdir justru membuat Juni tumbuh menjadi sosok yang sangat diminati. Juni bisa berubah total semenjak SMA dengan mulai berani unjuk gigi akan bakatnya, sebagaimana foto-foto yang diunggahnya sendiri maupun yang di-tag temannya di Facebook. Tapi Nirmala? Hingga dirinya mengganti nama panggilan dan menjauhi nama Harum, semua itu tidak berarti karena Nirmala tetap pengecut dari dulu.

Semakin dewasa, Juni tumbuh menjadi sosok yang dikagumi sekaligus dibenci banyak orang. Semakin dewasa, Juni semakin suka mengambil risiko selama itu tidak merugikan orang-orang terdekatnya. Semakin dewasa, Juni mampu menemukan jati dirinya. Tapi Nirmala?

Jika saja Nirmala masih berteman dengan Juni, mungkin Nirmala akan dikenal sebagai bayang-bayang Juni oleh siapa pun yang mengenal mereka. Dan Nirmala benci hanya dengan memikirkannya.

***

"Jadi, lo mau nyalahin gue atas sikap pengecut lo sendiri?" tukas Juni sambil melangkah mendekat pada Nirmala yang masih terisak di lantai. "Lo mau bikin gue pergi selamanya biar lo bisa di posisi gue?!"

"Nggak! Nggak begitu!" Nirmala menyentuh dadanya yang sesak. "B-bukan begitu, Juni. Bukan," kilahnya, takut.

"TERUS APA?!"

"Aku pengin ngasih kamu pelajaran aja," jelas Nirmala di sela isak tangisnya. "Aku pengin kamu sesekali menderita kayak aku!"

Juni terkesiap. "You sound like a psycho!"

"Nggak! Aku cuma pengin lihat kamu malu aja. Aku pikir kamu cuma akan gatal-gatal kayak dulu. A-aku ..."

"Now, you sound more like an idiot!" Juni menyugar rambut panjangnya gusar sampai tidak lagi peduli jika poninya berantakan. "Lo emang nggak mikir dulu kenapa gue sampai nggak masuk besoknya?! Lo guru sekarang, Rum. Minimal pakai pikiran lo kalau mau ngasih orang pelajaran. Lo hampir ngebunuh gue!"

Nirmala sontak memeluk kaki Juni upaya meminta maaf, tapi Juni langsung menendangnya. "A-aku minta maaf, Juni."

"Lo minta maaf supaya gue nggak laporin lo ke polisi, kan? Lo minta maaf bukan karena nyesal, tapi karena takut!" tuduh Juni dengan mata terbeliak tajam.

Mengejar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang