BAB 39: Teka-Teki Pelaku

4.3K 842 129
                                    

Dengan kerendahan hati, saya, Nani Santika, meminta maaf sebesar-besarnya atas berita tidak benar tentang Rumah Jodoh yang telah saya sebarkan hingga ramai di media sosial

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan kerendahan hati, saya, Nani Santika, meminta maaf sebesar-besarnya atas berita tidak benar tentang Rumah Jodoh yang telah saya sebarkan hingga ramai di media sosial. Untuk itu, saya benar-benar menyesal karena telah asal berbicara dan membuat tuduhan tidak berdasar yang membuat nama Rumah Jodoh tercoreng...

Juni kembali membaca ulang kalimat klarifikasi yang dilayangkan sang penyebar berita miring tentang Rumah Jodohnya meski kali ini tidak sampai habis karena tahu dirinya sedang tidak bermimpi. Tulisan dalam postingan itu tidak akan berubah berapa kali pun ia membacanya.

Arsenal berhasil membantunya. Thanks to him, Juni tidak perlu menunggu berlama-lama. Hanya butuh waktu seminggu kurang bagi lelaki itu menemukan sang pelaku, mendatanginya, dan memberikan somasi. Artikel berisi hoax soal Rumah Jodoh pun sudah ditake down.

Jujur saja, Juni tidak memperpanjang masalah dengan si penyebar berita tersebut. Ia meminta Arsenal untuk langsung menutup kasusnya sampai di sini meski banyak karyawan Rumah Jodoh yang tampak keberatan atas keputusan Juni. Biar gimana juga, bagi mereka hal seperti ini tidak seharusnya dianggap enteng. Sekalipun kasusnya sudah benar-benar bersih sekalipun, pelaku sudah mengaku dan mendapat sanksi sosial atas kelakuannya, tetap harus sampai dipidana seberapa ringan pun hukumannya nanti agar ke depannya tidak ada lagi yang berani "mengusik" Rumah Jodoh.

Akan tetapi, Juni merasa janggal. Juni merasa ada dalang lain di balik penyebar hoax.

Bagaimana tidak? Perempuan bernama Nani Santika itu setelah ditelaah lebih dalam, tidak memiliki alasan kuat untuk 'menyerang' Rumah Jodoh. Nani Santika bukan kliennya dan tidak pernah mendaftarkan diri di biro jodohnya. Wanita yang ternyata telah berkeluarga dan memiliki anak yang sudah remaja tersebut juga seperti individu yang terlihat sibuk mengurus rumah tangga alih-alih mengurus hal tidak penting. Terlebih, Nani Santika tidak punya background yang berkaitan dengan Juni sedikit pun. Nani Santika tidak memiliki masalah personal dengannya.

Plus, setelah Juni berhasil mencari tahu dari media sosialnya di Facebook, ia melihat curhatan Nani Santika yang sedang membutuhkan uang. Alih-alih bekerja keras untuk mendapatkannya, dia justru mencari masalah. Apa itu tidak aneh namanya?

Tidak, Juni tidak mengatakan jika Arsenal keliru. Nani Santika memang asal mula tersebarnya berita buruk tentang Rumah Jodoh. Ya, secara digital. Dan Juni merasa ada 'orang lain' di baliknya yang mungkin membayar wanita itu untuk melakukannya. Sosok yang mungkin menganggap Juni sebagai pesaing. Sosok yang mungkin diam-diam menaruh kebencian teramat pada Juni.

Karena itulah, Juni memilih menutup kasusnya karena yang terpenting, nama Rumah Jodoh sudah kembali bersih meski tidak bisa singkat untuk benar-benar kembali seperti sedia kala pastinya. Ia berterima kasih pada Arsenal yang telah membantunya sampai di sini karena selanjutnya...

Juni akan bergerak sendiri, memberi pelajaran seseorang yang diduga telah menjadi dalang dari semua ini.

Dengan kecepatan tinggi, Juni membelah jalanan Jakarta yang sedang lengang. Sampai kemudian mobilnya berhenti di depan sebuah kafe yang tengah ramai, Juni bergegas turun usai memarkirkannya secara terburu-buru dan menemui sang pemilik yang sedang memamerkan senyum ramah pada salah satu pengunjung.

Mengejar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang