BAB 3: CEO of Drama Queen

7.8K 1K 146
                                    

Pekikan Junifer yang panjang dan begitu melengking terasa mampu memecahkan gendang telinga siapa pun yang mendengarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pekikan Junifer yang panjang dan begitu melengking terasa mampu memecahkan gendang telinga siapa pun yang mendengarnya. Bagaimana tidak? Baru saja membuka pintu utama gedung kantornya, indra penciuman perempuan itu langsung dibelai oleh aroma tidak sedap yang seakan siap mencabut jiwa siapa pun.

"SIAPA YANG BERANI DATANG KE SINI NGGAK PAKAI DEODORANT?!" amuk Juni.

Perlu dicatat bahwa kantor ini memiliki peraturan tidak tertulis di mana karyawannya tidak boleh membawa atau makan kacang, tidak boleh bau jigong, dan tidak boleh membiarkan ketiaknya bau!

Prinsip Juni tuh simpel. Tidak wangi, tidak masalah. Yang penting, jangan mengganggu konsentrasi orang dengan aroma busuk yang tidak bisa Juni kontrol. Dan sial, ini bahkan masih terbilang pagi!

Perempuan di balik meja resepsionis pun meringis. "Tadi ada yang datang buat daftar jadi anggota, Mbak Jun. Kayaknya aromanya dari sana."

"Can you stop calling me 'mbak'?" sewot Juni, lantas berdecak. "Kalau dia datang lagi, bilang aja penuh! Gue nggak mau klien gue yang lain pada kabur cuma karena ada bau terkutuk itu!"

"Tapi ..."

"Nggak terima tapi!" tolak Juni mentah-mentah, lantas melenggang masuk ke lantai dua, menuju ruang meeting.

Pertemuan kali ini berlangsung alot dan cukup lama. Rizal, selaku marketing manager Rumah Jodoh sampai kena semprot saking rusaknya mood Junifer. Segala ide promosi yang disampaikan lelaki berkacamata itu seakan tidak ada yang menarik bagi bos besar.

Ya, malang nasib para karyawan hari ini. Perkara aroma ketiak yang tidak sedap menyambut kedatangan Junifer Tan, semua orang di kantor jadi terkena dampaknya.

Juni memang terkadang bisa sangat menyebalkan. Bertingkah sesuka hati, bicara dulu baru berpikir, serta keras kepala. Kalau dari awal tidak suka, ya berarti tidak suka. Jangan coba-coba berusaha mengubah prinsip Juni karena hal tersebut hanya akan berakhir sia-sia. Capek di mulut doang!

Seperti Rizal contohnya. Begitu lelah meyakinkan bosnya bahwa strateginya kali ini adalah yang terbaik, bahkan seluruh anggota divisinya setuju, tapi Juni sudah mengatakan "tidak" sejak awal.

"Too cliché. Ganti," titah Juni, tidak terbantah.

Perempuan itu pun bangkit dari kursinya dan berniat meninggalkan ruangan. Namun, sebelum ia sempat melakukannya, seseorang mengatakan jika ada pengunjung yang ingin berdiskusi tentang Rumah Jodoh.

"Siapa?" Sebelah mata berbentuk foxy yang diberi riasan smoky eye itu berkedut-kedut. "Jangan bilang ..."

"Bukan yang tadi kok, Kak."

Juni menghela napas lega. "Yang lain pada ke mana?"

"Udah di bawah juga semuanya, Kak."

"Lagi penuh, ya, hari ini?" Melihat karyawannya tersebut hanya mengangguk, Juni pun melanjutkan, "Suruh tunggu di ruang konsul kalau begitu. Bentar lagi gue turun."

Mengejar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang