William menepati ucapannya dengan hanya "membisu" dalam kompetisi kali ini. Bedanya, jika sebelumnya Widia merasa besar kepala karena berpikir William memang menuruti apa pun perintahnya termasuk untuk tidak ikut campur dalam penilaian, sekarang wanita itu justru merasa seperti diawasi karena dirinya tahu...
Diamnya William bukan karena takut, tapi sebagai bentuk menghormati posisi sang bunda.
Widia lantas mengecek jam dinding di ruang makan dan berseru lantang ke arah dapur, "Waktunya tinggal 10 menit lagi!"
Baik Widia juga Windy, bahkan William yang duduk di ruang keluarga pun bisa mendengar kegaduhan di dapur mereka yang pasti disebabkan oleh dua kontestan. Siapa lagi kalau bukan Juni dan Kintan?
Jujur saja, Widia sedikit khawatir dengan tantangan di babak kedua ini. Mengingat Juni memiliki alergi terhadap kacang, wanita itu pun terlebih dulu menyuruh William untuk membeli ayam sebagai bahan dasar menu tantangan sekarang alih-alih memanfaatkan bahan-bahan yang telah dibelinya tadi pagi. Dan entah mengapa, senyum William langsung mengembang lebar saat itu juga, seakan memberi sinyal bila si sulung percaya seseorang yang didukungnya akan menang.
Dan yang pasti, sosok yang dimaksud bukanlah Kintan.
Sekali lagi, di meja makan bersama Windy yang tampak sudah mengusap-usap perut pertanda lapar, Widia melirik jam dan kembali berseru, "Waktu habis! Bawa ke sini hidangan kalian," titahnya yang langsung dipatuhi oleh Juni juga Kintan yang kini tampak saling memaki satu sama lain karena bahu keduanya terbentur tanpa sengaja.
"Oke. Karena Kintan yang menang kemarin, jadi masakan Nak Kintan dulu yang bakal kami coba," ucap Widia saat para peserta kompetisi sudah berdiri di seberang meja makan.
Meski tersenyum manis, hati Kintan merasa janggal mendengarnya. Bagaimana tidak? Ia tahu betul bahwa seharusnya yang menang di babak awal adalah Juni. Sayangnya, Kintan tidak akan mengakuinya secara lisan.
"Apa ini? Dan apa alasan kamu bikin ini, Kintan?" tanya Widia begitu calon menantu idamannya telah meletakkan hidangan untuknya dan Windy. Ya, lagi-lagi berbeda dengan yang sebelumnya, kali ini Widia ingin mendengar alasan mereka membuat menu tersebut agar terdengar seperti juri profesional.
"Chicken Katsu Curry, Tan. Aku buat ini karena biar makannya simpel dan nggak perlu ngotorin tangan. Yang paling penting, aku pakai bagian dada ayam yang mana kandungan kalori dan lemaknya tergolong rendah." Kintan tersenyum bangga. Namun, semua itu tidak bertahan lama saat suara lain menyeruak masuk ke dalam percakapan.
"Tapi, pakai tepung. Double karbo pula karena ada kentangnya."
Tidak, itu bukan suara Windy apalagi William. Itu adalah suara pesaingnya yang kini tampak tersenyum remeh padanya.
"Yang nyuruh lo berkomentar siapa, ya?"
Mendapati Kintan terpancing olehnya, Juni tersenyum miring. "Kenapa? Gue, kan, ngomong apa adanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Jodoh
RomancePrinsip Junifer adalah hidup suka-suka. Tidak pernah pusing akan apa pun, terlebih soal menikah yang bukan tujuan utamanya. Mau, tapi santai saja. Sampai seorang lelaki bernama William Laskar datang ke kantornya, biro jodoh terkenal di kalangan para...