BAB 47: Awal dan Akhir

5.4K 1K 159
                                    

Sebagai penikmat novel fiksi romansa, seharusnya tantangan ini tidak begitu menyulitkan William

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebagai penikmat novel fiksi romansa, seharusnya tantangan ini tidak begitu menyulitkan William. Terlebih, koleksi di rak bukunya kebanyakan berasal dari penulis perempuan. William tidak perlu pusing memikirkan apa yang kebanyakan lawan jenis impikan dalam diri pasangan idamannya kelak. Lagi-lagi, seharusnya. Sayang sekali, William mendadak merasa buntu sampai ia harus membeli buku yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan akan membelinya.

"Kiat-Kiat menjadi Bad Boy yang Disukai para Wanita."

William langsung menutup panduannya dan mendapati wajah Dennis yang barusan membaca judul buku di tangannya kini sudah menahan tawa. "Saya lagi berusaha," jawab William enteng.

Dennis tergelak, lantas menggeleng-geleng sambil bergumam, "Pak Will, Pak Will." Kemudian dengan sebelah lengannya yang bertumpu pada lengan kursi, Dennis mengayun-ayunkan pulpennya sambil mengucapkan petuah, "Jadi bad boy nggak perlu dipelajarin. Cukup dengar bisikan setan dibanding bisikan malaikat pas kita mau ngelakuin sesuatu. Lagian, nggak semua cewek suka bad boy. Apalagi buat seumuran kita gini. Saya beneran nggak expect ada buku kayak begitu."

"Buktinya ada ini di tangan saya." William meletakkan bukunya ke meja dan memutar kursi kerjanya ke samping untuk menatap profil Dennis yang masih duduk menghadap depan. "Nini mau saya begitu. Jadi saya harus belajar."

"Kayaknya Pak Will salah tangkap."

"Nggak. Dia bilang ke saya, dia nggak butuh cowok baik-baik. Begitu katanya." William yakin.

Dennis kembali terkekeh. "Let's be honest, Pak Will butuh banyak bergaul dan mandang orang dengan kacamata berbeda, Pak. Sering-sering bergaul sama saya makanya, jangan sama murid terus. Pemikiran mereka masih lugu."

William bersedekap. "Pak Dennis mau ngomong apa, sih?"

"Satu hal yang semua laki-laki tahu tapi Pak Will nggak tahu ..." Dennis mencondongkan badannya ke samping dan menatap William dengan serius. "Cewek suka bad boy yang bisa jadi good boy sama mereka doang. Intinya, mereka tetap suka cowok baik-baik, cuma jangan baik ke semua orang. Itu bakal ngebuat mereka ngerasa spesial. Paham nggak, Pak?"

William menelengkan kepalanya. "Gimana caranya? Contohnya kayak apa?"

"Ampun, deh!" Dennis menepuk jidatnya sampai sandaran kursi kerjanya ikut mundur mengikuti lekuk punggungnya. Tidak lama kemudian, Dennis yang gemas pun sudah ikut memutar kursinya menghadap William sehingga kini kedua lutut mereka nyaris beradu karena tidak dibatasi oleh apa pun. "Pertama, cuek. Itu paling simpel. Cuekin semua orang kecuali si Juni. Nggak perlu senyum sana-sini cuma buat kelihatan ramah. Pasang muka dingin kalau perlu."

William mengerjap-ngerjap. "Muka dingin, tuh, gimana?"

"Siram air es!" sindir Dennis, lalu berdecak keras. Tidak menyangka William sepolos ini. "Dingin, tuh, maksudnya kayak irit ngomong, sulit nunjukin emosi, dan nggak kelihatan hangat sama sekali. Kebalikan Pak Will pokoknya. Pak Will sendiri bukannya suka baca novel? Memang nggak ada yang karakternya kayak begitu?"

Mengejar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang