BAB 14: Kabar itu Penting!

5.9K 992 217
                                    

William dan Nirmala sepakat untuk melakukan rencana mereka di taman bermain sekolah yang tentunya sudah kosong melompong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

William dan Nirmala sepakat untuk melakukan rencana mereka di taman bermain sekolah yang tentunya sudah kosong melompong. Dan di sinilah keduanya sekarang, duduk di bangku semen panjang pinggir lahan, tempat yang paling memungkinkan untuk menopang tubuh orang dewasa, apalagi postur seperti William.

Lelaki itu lantas meringis saat suara yang dihasilkan petikan gitarnya terdengar sumbang, tidak seperti Nirmala ketika alat musik tersebut belum berpindah ke tangannya. "Kok, aneh, ya? Padahal, tadi kayaknya gampang."

Nirmala tersenyum. "Itu karena posisi nekan senar Pak Will kurang tepat. Usahakan jari-jari kita jangan terlalu dekat dengan fret."

"Fret?"

"Strip-strip ini namanya fret," jelas Nirmala, sambil menunjuk deretan bilah logam tipis yang berjarak teratur pada leher gitar. "Jari kita harus di tengah biar suara yang dihasilkan jernih."

"Oh." William manggut-manggut, lalu tersenyum manis. "Saya baru tahu istilah itu. Jadi senang nambah ilmu baru, nih."

Mendengarnya, bibir Nirmala pun terkulum. Turut gembira dalam hati karena teori yang dipelajarinya selama ini tidak sia-sia. "Nanti kalau udah tepat cara tekan dan bersih suaranya, saya ajarin teknik fingerstyle yang Pak William pengin tadi."

Benar, William memang meminta Nirmala untuk mengajarinya teknik fingerstyle karena seingatnya, begitulah cara sang gadis masa lalu memetik gitar dan menghasilkan suara yang menenangkan.

Begitu William berhasil menghasilkan bunyi yang nyaring dengan teknik strumming, Nirmala pun mengarahkan jemari lelaki itu untuk mendapatkan posisi yang benar. "Sekarang, Pak Will taruh bantalan telapak tangan di badan gitar di atas senar biar lebih nyaman. Nanti ibu jari Pak Will bertugas metik senar 6 dan 5, telunjuk buat senar 4, tengah untuk senar 3, jari manis di senar 2, dan kelingking senar 1."

Sudut bibir Nirmala tertarik samar saat William membiarkan perempuan itu menyentuh jemari panjangnya untuk dibantu mendapatkan posisi yang benar. Terlebih, jarak keduanya yang sedang berhadapan kini terasa sangat dekat. Namun, belum lama senyum malu-malu terbit di wajahnya, sebuah suara di belakang membuat William refleks berdiri dan mengembalikan gitarnya hingga Nirmala otomatis sedikit menyingkir.

"BAGOSSS!" Sosok Juni sudah berdiri tidak jauh di depannya dengan kedua tangan terlipat di atas perut. "Gue mati-matian nahan kangen, tapi yang dikangenin malah asyik berduaan sama cewek lain," gerutu perempuan itu kesal sampai bibirnya meruncing.

"I-ini Bu Mala. Beliau cuma rekan kerjaku, kok," jawab William sambil mengarahkan ibu jarinya pada sosok Nirmala yang kini berdiri sampingnya. Tapi, sedetik kemudian lelaki itu menyadari sesuatu...

Kenapa dirinya harus menjelaskan siapa Nirmala pada Juni?

Juni tidak menanggapi kebingungan di wajah William yang begitu transparan. Kali ini tatapannya tertuju lurus pada perempuan bernama Mala yang kini menunduk dalam sambil memeluk erat gitarnya. Juni murni ingin tahu, tatapan apa yang sekiranya dilayangkan oleh Mala-Mala itu pada Williamnya? Mengingat tadi Juni hanya mampu mengamati bahasa tubuh sosok tersebut dari belakang. Namun, model rambut yang memang menutupi sebagian wajahnya tersebut membuat Juni semakin sulit mengamati ekspresinya.

Mengejar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang