Malam itu, Litha tampak sedang memijat kaki Dini. Saat itu, Dini baru saja pulang kerja.
“Tha, mulai besok, kamu bisa ikut Mama ke rumah majikan Mama yang baru,” seru Dini.
“Oya? Terus, kenapa sekarang kita masih santai? Gak beres-beres dulu, Ma?” tanya Litha dengan sedikit terkejut.
“Kita hanya perlu membereskan baju saja. Mama juga udah bilang sama majikan kalau kamu sekarang masih kuliah. Jadi, kamu akan mulai bekerja pada saat sudah pulang kuliah,” tutur Dini.
“Apa rumahnya besar, Ma?”
“Sangat besar. Sampai ada sebelas pelayan di sana. Mungkin, ditambah dengan kamu mulai besok,” jelas Dini sembari menerawang.
“Wah, Mama jadi pelayan keluarga keraton?” sindir Litha sambil cekikikan.
“Kamu ini!” Dini kesal lalu menjitak pelan puncak kepala Litha.
•••
Ternyata, Dini benar. Rumah majikannya yang baru memang terlihat begitu megah, begitu besar. Bahkan, ada lapangan golf di rumah tersebut. Sangat terlihat jelas karena lapangan itu ada di dekat halaman samping kanan rumah itu.
“Udah bengongnya?” sindir Dini.
“Ih, mama! Litha kira rumah beginian cuma ada di drama korea doang, loh,” sungut Litha dengan begitu polos.
“Kamu ini kebanyakan nonton sinetron!”
Litha dan Dini pun terus berjalan menuju ke dalam rumah tersebut. Terlebih dahulu, Dini mengenalkan Litha pada majikan perempuannya. Ibu itu terlihat baik dan mempunyai senyum yang manis. Karena hari ini Litha ada kuliah, jadi jam kerja Litha dimulai nanti setelah ia pulang kuliah.
•••
“Kenapa banyak data aneh di sini?”
Terlihat Alex yang sedang kebingungan. Di ruangannya, ia menemukan banyak berkas yang sepertinya memang disembunyikan. Entah tujuannya untuk apa. Tapi, setelah ia sandingkan dengan data-data bulan lalu yang sedang ia pegang juga, dalamnya memang terlihat sangat berbeda.
Hari ini, Denis ada dinas ke luar kota. Jadi, Alex tidak bisa melaporkan apa pun pada Denis. Untunglah, Wira tidak ikut. Jadi, ia bisa menanyakannya dulu pada Wira.
“Pak, saya boleh bertanya sesuatu?” tanya Alex yang kebetulan bertemu dengan Wira di depan pintu lift.
“Iya, ada apa Pak Alex?”
“Apa bapak tahu soal data-data ini?” Alex memberikan beberapa lembar berkas pada Wira.
Degh ...
Namun, Wira tidak menjawab pertanyaan Alex. Ia malah terlihat begitu terkejut dengan kondisi mulut yang sedikit menganga. Ekspresinya terlihat seperti orang yang sedang menahan rasa ngeri.
Dengan segera ia menampik. “Saya tidak tahu, Pak,” ucapnya dengan gugup, kemudian segera memberikan data-data itu kembali pada Alex sembari berlalu dari sana.
"Ada yang gak beres," gumam Alex dengan pelan seraya terus menatap ke arah Wira yang berlalu.
•••
Di tempat lain, tepatnya di kampus. Litha dan Via sedang bersiap untuk pulang. Seperti biasa, Via baru selesai dari toilet untuk berdandan. Dan Litha menunggunya di kantin.
“Hari ini, gue udah tinggal di rumah majikan nyokap gue yang baru,” beritahu Litha pada Via yang baru saja duduk.
“Oh, ya? Di mana?” tanya Via dengan antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Highest Throne
RomanceTAHTA TERTINGGI "Menghancurkan kalian bukanlah hal yang sulit bagiku. Jika kalian tetap melukai kakakku, akan ku pastikan kalian menyesal telah memberi TAHTA pada orang yang sama sekali tidak memiliki garis keturunan Zeus sepertiku!" _Alex_ "Memangn...