Chapter Fifteen

138 15 48
                                    

Ting

Ting

Ting ... Ting ... Ting ...

Pagi ini, ponsel milik Litha terus saja berdering. Tanda bahwa ada yang mengirim pesan padanya berkali-kali. Litha sendiri masih berada di dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Ting

Ponselnya kembali berdering.

“Hih, siapa sih yang spam chat pagi-pagi begini?” gerutu Litha di dalam kamar mandi.

Ia pun segera menyelesaikan rutinitas membersihkan dirinya seraya keluar dari dalam kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk yang membalut bagian dada hingga lututnya.

Di Paviliun bagian kamar pelayan memang difasilitasi dengan sebuah kamar mandi. Jadi, para pelayan tidak perlu repot-repot mengantre untuk mandi sebelum mereka memulai pekerjaan mereka.

Litha mulai meraih ponselnya untuk melihat siapakah orang yang sudah mengirim spam chat padanya di pukul lima pagi.

Litha tampak menyimpulkan senyum gemasnya setelah ia membaca semua deretan pesan yang dikirim oleh Kenzo pada aplikasi hijau miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Litha tampak menyimpulkan senyum gemasnya setelah ia membaca semua deretan pesan yang dikirim oleh Kenzo pada aplikasi hijau miliknya. Sebelum masuk ke perusahaan, Kenzo memang sudah membicarakan dahulu perihal semua itu dengan Litha. Bagaimana pun juga, ia tidak mau menyembunyikan apa pun dari kekasihnya tersebut.

Litha segera memakai pakaiannya. Ia juga tampak mengikat rambutnya seperti ekor kuda karena ia tidak sempat menyisir rambutnya. Setelah selesai, ia langsung beranjak menuju ke perpustakaan untuk menemui Kenzo.

Suasana mansion di pagi hari masih terlihat begitu sepi. Dengan segera Litha berjalan menuju ke perpustakaan mansion seraya memperhatikan area sekitar. Ia takut dipergoki oleh seseorang ketika akan menemui Kenzo di dalam mansion.

Setelah sampai di dalam perpustakaan, netranya tampak berfokus untuk mencari Kenzo. Setiap sudut rak buku sudah ia cari. Tapi, Kenzo tidak juga terlihat.

“Apa dia udah balik lagi ke dalam karena aku kelamaan, ya?” tanya Litha, kecewa pada dirinya sendiri.

Gap

Litha tampak membelalakkan matanya ketika Kenzo mendekap tubuhnya dari belakang tanpa memberi aba-aba terlebih dahulu.

“Kenzo!” pekik Litha dengan pelan. Ia juga tampak mengamati area sekitar karena khawatir akan ada yang melihat mereka berdua.

“Aku kangen sama kamu,” seru Kenzo, tanpa memedulikan kekhawatiran Litha.

Litha terdiam. Tidak bisa dipungkiri, ia begitu menyukai wangi tubuh Kenzo yang begitu menenangkan hati. Kenzo semakin mengeratkan dekapannya karena ia menyadari, Litha mulai nyaman dengan perlakuannya saat ini.

“Aku bangun sepagi ini karena pengen ketemu dulu sama kamu. Sekarang, waktu untuk kita berduaan gak akan sebanyak dulu,” ujar Kenzo dengan pelan.

Litha tidak menjawab. Ia terlihat menundukkan kepalanya karena merasa belum siap dengan situasi ini.

The Highest ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang