Keesokan harinya, Litha segera bergegas menuju ke unit apartemen Alex karena semalam ia tidak sempat datang ketika Alex baru keluar dari rumah sakit. Bukannya Litha tidak mau menjenguk sang adik kembar. Tetapi, kemarin Denis dan Shanu berada di unit apartemen Alex hingga pukul sembilan malam. Tidak mungkin Litha berangkat ke sana selarut itu.
Ketika Litha sampai di dalam unit apartemen Alex -- Litha melihat Nabila yang sedang membereskan area ruang tamu.
“Aska masih tidur?” tanya Litha setelah ia sampai di hadapan Nabila.
Nabila tampak menganggukkan kepalanya pelan. “Dia masih istirahat di kamarnya, Kak.”
“Ya udah, biar aku bantu kamu dulu.” Litha menawarkan diri untuk membantu Nabila membereskan ruangan seraya berjalan untuk meraih stik pel.
Nabila segera meraih lengan Litha sebelum Litha sampai ke sudut kamar kecil untuk meraih stik pel tersebut.
“Kakak temani Kak Alex aja. Biar aku yang beresin ruangan,” tangkas Nabila.
“Uuuwwhh,” seru Litha seraya menutup singkat mulutnya. “Sepertinya, kamu merawat adikku dengan baik.”
“Aku cuma udah terbiasa melakukan semua ini sendiri, Kak. Kakak juga pasti masih cape. Jadi, kakak temani Kak Alex aja. Atau Kakak sarapan aja dulu,” tutur Nabila sembari melanjutkan pekerjaan membereskan ruangannya.
Litha hanya tersenyum melihat tingkah dari kekasih adiknya tersebut. Litha menyadari, Nabila terlalu dewasa sebelum waktunya. Tapi, Litha juga melihat Alex tidak pernah memaksakan sesuatu pada Nabila. Semua yang Nabila lakukan, murni atas kemauannya sendiri.
Alex pernah akan menyewa seorang pelayan untuk membereskan unit apartemennya setiap pagi, tapi Nabila menolak keputusan dari kekasihnya tersebut karena Nabila tidak ingin ada orang lain yang mengerjakan semua pekerjaan rumah.
Nabila memang tidak suka berdiam diri karena ia sudah terbiasa hidup mandiri sejak kecil di panti asuhan.
Setelah puas menatap Nabila yang sedang membereskan ruang tamu, Litha segera beranjak menuju ke dalam kamar Alex. Ia melihat saudara kembarnya itu masih tertidur pulas. Wajahnya terlihat sedikit pucat karena ia memang belum pulih sepenuhnya.
Litha beranjak duduk di sudut ranjang milik adik kembarnya tersebut seraya mengusap pelan kepalanya dengan penuh kasih sayang. Ada sedikit pergerakan dari tubuh Alex karena ia merasakan sentuhan dari sang kakak kembar.
Perlahan, Alex mulai membuka matanya. Ia melihat Litha yang menatapnya dengan air muka yang begitu khawatir. Alex mencoba untuk bangkit dari tidurnya. Litha juga tampak membantu Alex dengan memegangi lengan kanannya. Litha menyandarkan punggung Alex pada dua tumpukan bantal empuk yang berada di atas ranjang tersebut.
“Gimana keadaan lo?” tanya Litha seraya mengusap lembut pipi Alex.
“Gue baik-baik aja. Lo bisa lihat sendiri,” ujar Alex dengan memberikan senyum tulusnya pada Litha.
“Jangan buat gue khawatir lagi. Walaupun, sekarang lo udah kembali ke sisi gue. Tetep aja gue gak bisa jaga lo waktu lo sakit karena banyak orang yang belum mengetahui fakta tentang kita,” tutur Litha sembari menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuh Alex.
Alex meraih tangan kiri Litha yang sedang memegang selimut. “Gue bukan anak kecil. Kalo pun gue sampe dirawat kayak kemaren, gue masih punya Nabila yang selalu nemenin gue. Jadi, lo gak usah khawatir.”
“Janji sama gue, lo harus jaga Nabila dengan baik. Dia sayang banget sama lo, As. Kalo sampe dia terluka karena lo, gue sendiri yang akan marah sama lo!” Litha tampak memberikan ultimatum pada saudara kembarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Highest Throne
RomanceTAHTA TERTINGGI "Menghancurkan kalian bukanlah hal yang sulit bagiku. Jika kalian tetap melukai kakakku, akan ku pastikan kalian menyesal telah memberi TAHTA pada orang yang sama sekali tidak memiliki garis keturunan Zeus sepertiku!" _Alex_ "Memangn...