Chapter Thirty Two

27 4 0
                                    

Kenzo tampak masuk ke dalam ruangan Alex dengan begitu ragu. Ia begitu merasa bersalah pada Alex ketika Denis sudah mengingatkannya. Sejenak, Kenzo melirik ke arah Andre dan Gaza yang sedari tadi mengikutinya dari belakang.

“Kalian berdua bisa tunggu di sini dulu? Saya memerlukan ruang untuk berbicara berdua dengan Alex,” pinta Kenzo pada kedua bodyguardnya tersebut.

“Baik, Tuan Muda. Kami akan menunggu di sini,” timpal Andre dengan penuh rasa hormat.

Kenzo pun beranjak masuk ke dalam ruangan Alex. Di dalam, Alex tampak sedang sibuk memeriksa beberapa berkas. Tangannya seakan berkutat dengan keyboard laptop, kemudian berpindah menulis sesuatu di atas kertas.

“Lo lagi sibuk?” tanya Kenzo seraya duduk di hadapan Alex.

“Hm, lumayan,” jawab Alex tanpa melihat ke arah Kenzo karena netranya sedang sibuk mengamati diagram penjualan bulan ini.

“Apa ada yang bisa gue bantu?”

Pertanyaan dari Kenzo sontak saja membuat Alex menghentikan aktivitasnya. Alex tampak menatap Kenzo dengan tatapan yang begitu menyelidik. Tapi, tak lama kemudian raut wajahnya berubah menjadi normal kembali. Ia tampak menyodorkan beberapa lembar kertas pada Kenzo.

“Pelajari diagram ini. Ini diagram penjualan bulan lalu dan bulan sekarang. Catat berapa persen angka kerugian dan keuntungan yang di dapat setiap harinya. Setelah selesai, berikan pada gue karena mau gue cocokkan dengan diagram yang tertera di dalam laptop,” imbuh Alex pada Kenzo.

Kenzo tampak mengerutkan dahinya. “Loh, Emangnya beda? Yang bikin kan, tetep Staf Marketing.”

“Ini pelajaran dasar yang harus lo pelajari. Tetaplah berpikir kritis dalam situasi apa pun. Jangan karena ada staf yang memiliki tugas untuk mengerjakan hal tersebut, lantas lo mengabaikan tugas lo sendiri. Lo juga harus mempunyai catatan sendiri soal ini. Setiap hari, mereka memberikan laporan verifikasi pada kita. Lo harus salin laporan tersebut, bukan cuma memeriksa,” terang Alex dengan begitu rinci.

“Tapi, kalo kayak gini malah jadi ribet, Lex. Kita juga masih banyak pekerjaan lain,” keluh Kenzo.

Alex mulai menatap sahabatnya dengan begitu lekat. “Gue pernah memeriksa ulang diagram penjualan dari dua tahun ke belakang, dan lo tau apa hasilnya? .... Gue menemukan banyak kejanggalan dalam diagram tersebut. Memeriksa ini satu bulan sekali lebih efektif dari pada harus menunggu terjadi kekeliruan dahulu, baru kita bertindak!”

Kenzo hanya menatap beberapa lembar berkas tersebut sembari menekuk wajahnya. Karena jika boleh jujur, Kenzo memang tidak mengerti bagaimana cara membaca diagram tersebut.

“Dengerin gue.” Alex mulai bersuara kembali. “Lo Pewaris Utama Zeus Group. Jika hal sekecil ini lo gak bisa atasi, bagaimana dengan nasib perusahaan ini ke depannya?”

“Harusnya, dulu gue gak main-main waktu kuliah.” Kenzo kembali mengeluh.

“Gak ada waktu buat menundukkan kepala! Gue udah kasih tugas ke lo dan gue pengen tugas itu selesai sebelum jam makan siang!” tegas Alex dengan tatapan tajamnya.

Sungguh, Alex adalah tutor paling menakutkan bagi Kenzo karena Alex adalah orang yang paling mengetahui bagaimana cara meluluhkan seorang Kenzo Ainsley Lancaster. Tidak ada yang mengenal Kenzo lebih baik dari Alexander.

Niat Kenzo untuk meminta maaf pun terpaksa harus ia urungkan terlebih dahulu karena pekerjaan Alex yang begitu menumpuk. Menjadi seorang pemimpin itu tidak mudah. Apa lagi untuk Kenzo yang sama sekali tidak tertarik dengan dunia bisnis pada awalnya. Jika bukan karena Litha, ia pasti tidak mau melakukan semua ini.

_._

Sementara itu, Denis baru saja sampai di lokasi pembangunan apartemen yang terletak di daerah Pasteur, Kota Bandung. Ia melihat Justin sudah berada di tanah lapang tersebut bersama dengan seseorang yang tampak sibuk menggambar sketsa bangunan di atas layar tabletnya. Orang tersebut terlihat berdiri dengan jarak lima meter di depan Justin.

The Highest ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang