Denis baru saja sampai di depan kamar VVIP Tiga, tempat Alex sedang dirawat inap saat ini. Denis segera datang ke rumah sakit setelah ia mendapatkan kabar dari Nabila bahwa Alex sudah dua hari tidak sadarkan diri.
Denis sendiri bisa mendapatkan kabar dari Nabila karena gadis belia tersebut memberanikan diri untuk menerima panggilan suara dari Denis. Setiap hari Denis selalu menghubungi Alex beberapa kali sehingga membuat Nabila khawatir semua ini akan berimbas pada pekerjaan Alex.
Ketika Denis membuka pintu kamar rawat inap Alex, ia melihat pemandangan aneh yang cukup untuk membuat ia membelalakkan matanya. Bagaimana tidak, ia melihat Litha yang sedang tertidur di bangku samping kanan brankar Alex dengan posisi kepala Litha yang diletakkan di atas brankar samping bahu Alex. Litha juga tampak menggenggam erat tangan kanan Alex.
Denis hanya berpikir, ada apa ini? Kenapa Alex bisa bersama dengan Litha? Bukan Nabila.
Tak lama kemudian, Alex mulai membuka matanya secara perlahan. Semua itu sontak saja membuat Denis sedikit terkejut seraya menutup pintu kamar tersebut dengan perlahan. Netra Alex mulai menyisiri ke area sekeliling tempatnya terbaring saat ini. Ia tersenyum melihat Litha yang sedang tertidur pulas seraya mengusap lembut puncak kepala saudara kembarnya itu.
Alex juga tampak mengeratkan genggaman tangannya sehingga membuat kakak kembarnya terbangun karena merasakan sentuhan dari jemari Alex.
“Aska!” pekik Litha seraya sedikit terperanjat karena ia sangat terkejut melihat Alex sudah membuka matanya.
“Lo baik-baik aja, kan?” tanya Alex dengan suara yang masih terdengar begitu serak.
“Bodoh! Harusnya, gue yang tanya gitu sama lo!” sentak Litha. Butiran bening mulai menetes ke pipinya.
Alex tampak tersenyum hambar pada saudara kembarnya tersebut. “Maaf, gue udah bikin lo khawatir,” lirihnya.
“Seenggaknya, gue ada di deket lo waktu lo bikin gue khawatir kayak kemaren,” ujar Litha sembari mengusap lembut kepala Alex.
“Kalo bisa, gue gak pengen lo ngerasain sesak waktu sakit gue lagi kambuh karena itu lebih menyakitkan buat gue,” sesal Alex seraya menatap lekat wajah Litha.
Litha memberikan senyum tulusnya pada Alex. “Itu karena kita sangat istimewa. Walaupun kembar, jarang banget ada yang punya perasaan sepeka ini, As.”
DEGH !!!
Jantung Denis seketika bergetar cukup hebat ketika ia mendengar penuturan dari Litha. Matanya tampak membulat sempurna dengan kondisi mulut yang masih sedikit menganga.
‘Mereka saudara kembar? Kenapa bisa? Kenapa tim Dady sampai gak menyadari soal ini?’ cecar Denis dalam hatinya. Siapa pun juga pasti akan sangat terkejut ketika mengetahui soal kebenaran Alex dan Litha.
Dari dalam ruangan, Litha tampak membetulkan posisi berbaring Alex. Litha menekan tombol samping brankar agar bagian kepala dari brankar tersebut sedikit naik untuk membuat posisi berbaring Alex lebih nyaman.
“Di mana Nabila?” tanya Alex setelah ia menyadari bahwa kekasih mungilnya tersebut tidak berada di dalam kamar intensif.
“Gue suruh dia pulang dulu karena dua hari ini dia bener-bener gak mau tidur,” terang Litha seraya membetulkan selimut Alex.
“Dua hari?” beo Alex. “Gue gak sadar sampe dua hari?”
Litha tampak menganggukkan kepalanya. “Ya, gue gak tau lo lagi ngapain sampe bikin lo shock kayak gini. Lo kan tau sendiri, hati lo gak boleh terguncang terlalu kuat. Harusnya, lo lebih berhati-hati.”
Dari luar kamar rawat inap tersebut, Denis terus saja mendengarkan perbincangan antara Alex dan Litha. Walau pun terlihat begitu samar, tapi suara mereka terdengar cukup jelas di telinga Denis.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Highest Throne
RomanceTAHTA TERTINGGI "Menghancurkan kalian bukanlah hal yang sulit bagiku. Jika kalian tetap melukai kakakku, akan ku pastikan kalian menyesal telah memberi TAHTA pada orang yang sama sekali tidak memiliki garis keturunan Zeus sepertiku!" _Alex_ "Memangn...