Di dalam sebuah ruangan, terlihat dua orang pria yang sedang duduk berhadapan dengan saling menatap penuh menyelidik. Yang satu tampak menatap sembari menautkan alisnya, dan yang satu lagi tampak menatap sembari menautkan sela-sela jarinya di bawah dagu.
“Kenapa masih mandangin gue kayak gitu?” tegur Denis yang mulai tidak nyaman ditatap dengan penuh menyelidik oleh Alex.
“Bilang sama gue, kenapa lo harus tinggal di depan unit apartemen gue?” Alex mulai melontarkan protesnya.
Denis terdiam sejenak seraya menelan kasar salivanya. “Kenapa gue harus bilang sama lo?”
“Lo itu sangat mengganggu privasi gue,” cibir Alex seraya melipat sebelah lengannya di atas meja kerja Denis. “Lo atasan gue dan gue harus tinggal berhadapan langsung dengan unit apartemen lo? Hoh!”
Denis mulai mendekati wajah Alex. “Kenapa? Lo takut ketahuan telah membawa anak gadis tinggal bersama dengan lo?”
Kini, Alex yang tampak menelan kasar salivanya. “Lo juga tinggal bersama dengan seorang gadis, kenapa gue harus takut?”
Hening kembali ...
Kejadian tadi pagi ketika Alex dan Denis akan berangkat ke kantor, cukup membuat keduanya terkejut.
Kilas balik, beberapa jam yang lalu ...
Via baru saja selesai bersiap. Hari ini, ia ada kuliah pagi. Selesai berdandan, ia langsung keluar dari dalam kamarnya. Di ruang tamu, ia melihat Denis yang sedang memakai sepatunya seraya duduk di sebuah sofa.
“Pagi,” sapa Denis yang hanya direspon lirikan mata sekilas oleh Via.
Via beranjak ke pantry, niat ingin membuat sarapan untuknya sendiri. Tapi, ketika ia melewati meja makan, ia mencium bau masakan yang begitu tidak asing dihidungnya. Via menghentikan langkahnya sejenak untuk melihat ke arah meja makan.
“Aku membuatkan pasta untukmu. Kamu masih menyukainya, kan?” tanya Denis sembari menatap Via yang masih terdiam mematung di dekat meja makan.
Via tidak menjawab. Ia kembali beranjak menuju ke pantry untuk meraih bahan makanan yang akan ia buat untuk sarapan. Ia mulai membuka pintu lemari pantry yang tergantung di atas kompor listriknya.
Ketika Via akan meraih beberapa potong roti dari dalam lemari tersebut, Denis malah datang dari arah belakang Via seraya menutup kembali pintu lemari tersebut.
Bruk ...
Via membalikkan tubuhnya, menatap Denis yang telah berdiri tepat lima senti meter di hadapannya. Denis mengamati wajah Via dengan seksama, yang justru membuat Via semakin kesal padanya.
“Aku sudah membuatkanmu sarapan. Kenapa kamu tidak memakannya?” protes Denis dengan datar seraya menatap wajah Via dengan begitu lekat.
Via tidak menjawab. Ia ingin menghindar, tapi dengan cepat Denis menahan langkah Via seraya meletakkan tangannya pada sudut meja bar tersebut, mengapit tubuh Via agar mantan kekasihnya itu tidak beranjak dari sana.
“Apa mau kamu, Denis?” tanya Via dengan tegas sembari menatap netra Denis dengan begitu sengit.
Denis semakin mendekatkan wajahnya pada Via. “Aku hanya ingin melihatmu sarapan. Apa aku salah?”
“Kenapa kamu mempersulit hidupku? Tiga tahun aku berusaha buat melupakan kamu, dan sekarang dengan entengnya kamu datang kemari untuk tinggal bersama denganku! Di mana hati kamu, Denis?” desis Via dengan begitu emosi.
“Aku kemari hanya untuk mencari tempat tinggal. Bukan untuk mengungkit masa lalu kita. Jika kamu merasa terganggu, itu adalah masalahmu sendiri karena kamu tidak bisa melupakan aku,” cibir Denis sembari meraih lembut dagu Via.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Highest Throne
DragosteTAHTA TERTINGGI "Menghancurkan kalian bukanlah hal yang sulit bagiku. Jika kalian tetap melukai kakakku, akan ku pastikan kalian menyesal telah memberi TAHTA pada orang yang sama sekali tidak memiliki garis keturunan Zeus sepertiku!" _Alex_ "Memangn...