Chapter Thirty Nine

16 4 0
                                    

Hari ini adalah hari terakhir Kenzo dan Litha berada di Zeus Villa yang terletak di sekitar Puncak, Bogor. Pagi ini, Kenzo terlihat bangun tidur sangat pagi. Ia juga terlihat sudah memakai pakaian yang begitu santai. Hanya memakai kaos oblong berwarna putih yang diserasikan dengan boxer berwarna biru langit. Ia juga tampak mengenakan sepatu sport berwarna putih.

Kenzo keluar dari dalam kamarnya seraya berjalan menuju ke kamar Litha. Ia mulai mengetuk-ngetuk pintu kamar mantan kekasihnya tersebut seraya memanggil nama Litha dengan begitu lantang.

Tok ... Tok ... Tok ...

“Tha, kamu udah bangun?” teriak Kenzo.

Tok ... Tok ... Tok ...

Ia terus mengetuk-ngetuk pintu kamar Litha, tapi setelah sepuluh menit berlalu, Litha tak jua membukakan pintunya.

“Tha, kamu masih tidur?” Kenzo kembali berteriak.

“Kamu lagi ngapain di depan kamar aku?”

Tiba-tiba, Litha datang dari arah belakang Kenzo. Sontak saja semua itu membuat Kenzo memutar tubuhnya ke arah Litha dengan sedikit terperanjat karena terkejut.

“Kamu dari mana jam segini?” protes Kenzo.

“Aku abis jogging, lah. Kamu kan bisa lihat sendiri penampilan aku.”

Kenzo mulai memperhatikan Litha dari atas kepala hingga ujung kaki. Litha tampak memakai kaos kuning yang dibalut dengan jaket berwarna putih. Ia juga tampak memakai celana training dengan sebuah handuk kecil yang ia gantungkan pada lehernya.

Kenzo terlihat menautkan alisnya karena kesal. “Aku mau ngajak kamu jalan pagi, kenapa kamu malah pergi duluan?”

“Dia pergi sama gue,” timpal Shanu sembari berjalan melewati Kenzo dan Litha.

“Hoh, apa kalian sedang bercanda?” Kenzo terus saja mendengus karena kesal.

“Aku gak sengaja ketemu Kak Shanu di depan. Lagian, kalo mau jogging itu bangunnya harus lebih pagi, Ken,” papar Litha sambil terkekeh pelan.

Sekilas, Kenzo melirik ke arah arloji yang terpasang di pergelangan tangan kanannya. Memang sudah siang, sih. Pukul tujuh pagi, sungguh pagi yang mengecewakan.

“Terus, aku mesti keluar sendiri?” tanya Kenzo seraya menekuk wajahnya.

Litha hanya tersenyum melihat tingkah Kenzo. Mungkin, Kenzo ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengannya. Tapi, sepertinya Litha masih memberikan sedikit jarak antara hubungan mereka berdua karena kini di tengah-tengah mereka ada Via.

“Apa suatu hari, kita bisa ke sini lagi?” Litha bertanya secara tiba-tiba.

“Tentu. Kita bisa tinggal di sini kalo kamu mau,” jawab Kenzo dengan penuh antusias.

Ada senyum kecil yang tersimpul di bibir Litha. “Bukan itu maksudku. Aku pengen ke sini lagi sama kamu. Aku pengen ngajak Via dan Kak Denis juga.”

“Via dan Kak Denis?” beo Kenzo.

Litha tampak menganggukkan kepalanya pelan seraya tersenyum tulus pada Kenzo. “Aku juga pengen ajak Aska.”

“Adik kamu?”

“Ya ... sebenernya, aku udak ketemu sama adikku,” beritahu Litha sembari menatap wajah Kenzo dengan begitu lekat.

“Jadi, selama ini kamu tinggal di tempat dia?” Sepertinya, Kenzo langsung mengerti dengan arah pembicaraan Litha.

Litha kembali menganggukkan kepalanya. “Ya. Jadi, kamu gak usah khawatir karena aku gak pulang ke mansion. Aku tinggal bersama dengan Aska dan dia bisa menjagaku.”

The Highest ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang