Chapter Forty Two

20 4 0
                                    

“Kak, gue ....”

“Gue gak tersinggung.” Denis menyela ucapan Alex.

Suasana di teras depan mansion masih terlihat begitu menegangkan. Alex benar-benar merasa bersalah pada Denis. Bukan maksud hati untuk mengkhianati atasannya tersebut. Tapi, keadaan lah yang memaksa ia untuk menerima posisi tersebut.

“Lo menduduki posisi itu karena lo mampu. Gue sama sekali gak ada keluhan tentang itu. Apa lagi, lo bisa mendapatkan dua project besar dalam waktu satu bulan ini. Gue aja ketika menjabat sebagai Presdir selama lima bulan, baru bisa mendapatkan sebuah project kecil,” tutur Denis dengan begitu santai.

“Tapi, Tuan Leo juga mengangkat gue sebagai anak,” lirih Alex.

Denis melangkah dengan perlahan untuk menghampiri Alex. “Kalo gitu, jadilah adik yang baik buat gue,” ujarnya seraya merangkul bahu Alex.

“Hoh!” Kenzo tampak membuang napasnya kasar ketika ia mendengarkan tiap kata yang keluar dari mulut Denis. Ia segera beranjak dari sana karena sudah tidak kuat melihat pemandangan yang sungguh menggelitik hatinya itu.

“Ken,” seru Alex yang seketika membuat langkah Kenzo terhenti sembari memutar tubuhnya ke arah Alex.

“Pertahankan posisi lo. Gue gak bisa janji buat gak merebut posisi itu dari lo kalo lo hanya bersantai terus kayak sekarang.” Alex tampak mengancam Kenzo dengan bahasa yang begitu halus.

“Atau mungkin, harus gue yang berusaha lebih keras agar posisi itu kembali ke tangan gue?” timpal Denis.

“Kalian berdua hanya memberi semangat pada Kenzo dengan cara memprovokasinya. Sungguh romantis.” Tiba-tiba, Shanu berbicara seperti itu sembari berjalan melewati Alex dan Denis.

“Sotoy, lo!” desis Denis.

Shanu tampak merangkul bahu Kenzo seraya menatap tajam ke arah Denis. “Lo punya adik angkat yang bisa diandalkan sekarang. Tapi jangan lupa, Kenzo juga memiliki kakak angkat yang selalu menjaganya karena dia gak bisa merasakan semua itu dari kakak kandungnya sendiri.”

“Kenapa lo jadi begitu serius?” tanya Denis dengan nada yang sedikit ditekan.

“Karena Kenzo adalah adik gue,” pungkas Shanu.

Prok ... Prok ... Prok ...

Terdengar suara tepukan tangan yang sedikit lambat dari arah belakang Kenzo dan Shanu. Mereka berempat mulai mengarahkan pandangan pada sumber suara tersebut. Tampaklah Fani yang sedang melenggang ke arah mereka seraya menyunggingkan senyum sinis yang begitu terlihat mengejek.

“Sungguh menyedihkan, bukan? Ketika kalian saling bersaing dengan orang-orang terdekat kalian untuk menduduki sebuah Tahta yang kalian sendiri tidak akan pernah sanggup untuk mendudukinya,” cibir Fani dengan begitu angkuh.

“Mengerti apa kamu soal hubungan kami?” tanya Denis, tak mau kalah.

“Mungkin, kami terlihat saling bersaing di mata Mama. Tapi, sebenarnya kami ini sedang saling melindungi,” timpal Kenzo.

“Hahaha ....” Gelak tawa yang sangat mengejek mulai keluar dari mulut Fani. “Kalian semua hanya alat untuk suamiku. Jangan berharap terlalu tinggi untuk menduduki posisi tersebut.”

Alex tampak mengepalkan tangannya seraya menghampiri Fani. Ia menatap tajam wanita berbisa tersebut seraya menyunggingkan senyum sinis yang begitu menyeramkan. Wanita itu yang telah menampar kakak kembar dan ibunya, pikir Alex.

“Kami, atau Anda yang terlalu berharap?” desis Alex tepat sepuluh senti meter di hadapan Fani.

“Siapa kamu hingga berani berbicara denganku?” sentak Fani yang justru membuat senyum Alex semakin melebar.

The Highest ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang