Chapter Twenty Six

144 25 60
                                    

"Aska!"

"Shaki!"

Keduanya saling menatap dengan kondisi tubuh yang sudah basah kuyup akibat terguyur hujan lebat. Litha mulai bangkit dengan perlahan untuk berdiri. Ia kembali menatap lekat wajah yang begitu mirip dengannya tersebut.

Sedangkan Alex masih terdiam mematung sembari memandangi kondisi kakak kembarnya yang sungguh memprihatinkan. Air mata sudah tidak dapat ia bendung. Tangis dalam diam seolah mewakili dirinya untuk menjelaskan seberapa besar rasa kecewanya pada diri sendiri.

Litha mulai berjalan menghampiri Alex dengan tergesa. Amarahnya semakin memuncak ketika ia melihat wajah tidak berdosa itu menangis tepat di hadapannya.

"DASAR GAK BERGUNA!" sentak Litha sembari meninju-ninju keras dada bidang Alex dengan tangis yang semakin mengeras.

Alex tidak melawan, ia juga tidak meraih tangan Litha untuk menghentikannya. Ia hanya bisa membiarkan kakak kembarnya melampiaskan semua luapan emosi padanya.

"KENAPA LO MUNCUL DI HADAPAN GUE, HAH!? BUAT APA LO DATANG KE SINI!?" Litha terus berteriak sembari memukul dada Alex.

Alex hanya bisa menggertakkan giginya seraya menundukkan kepala. Ia mulai meraih kedua pergelangan tangan Litha sembari membawa saudara kembarnya tersebut ke dalam dekapan.

"Maaf," sesal Alex. Hanya itu yang bisa Alex ucapkan ketika ia bertemu dengan Litha.

Litha terus memberontak. Ia tidak mau mendapatkan sentuhan dari adik kembarnya tersebut. Tapi, sepertinya Alex tidak mau mengalah. Alih-alih melepaskan dekapannya, Alex malah semakin mengeratkan dekapannya tersebut.

"Haaaaaa .... Haaaaaa ...." Tangis Litha semakin mengeras di dalam pelukan Alex.

"Lo gak tau diri! Lo pria paling pengecut yang pernah hadir dalam hidup gue, As!" Litha terus memaki Alex dengan isak tangis yang semakin pilu, tapi ia juga terlihat sudah berhenti memberontak untuk melepaskan dekapan Alex.

"Gue ...," ucapan Alex tetap tersengal. Ia tidak bisa mengucapkan apa pun di hadapan Litha.

"Lo gak tau seberapa menderitanya gue dan Mama! Lo gak tau gimana kondisi Mama saat ini! Lo gak tau Mama sedang dihina oleh orang-orang di dalam sana karena ulah gue! Gue ... gue ...." Suara Litha ikut tersengal karena ia tak kuasa meneruskan penuturannya.

"Gue tau, Sha. Gue tau," lirih Alex.

Litha mendorong dada bidang Alex karena ia begitu muak dengan apa yang Alex katakan barusan.

"Lo bilang, lo tau?" cecar Litha seraya menyentak. "Lo tau dan lo hanya menonton? Di mana hati lo, Aska!?"

Nabila yang melihat pertengkaran mereka dari dalam mobil, langsung keluar untuk menghampiri sepasang saudara kembar tersebut. Litha yang melihat Nabila berlari ke arahnya, semakin dibuat kebingungan dengan semua ini.

"Nabila!" pekik Litha.

Nabila terus berlari hingga ia bisa menyambar tubuh Litha. Ia memeluk erat saudara kembar kekasihnya itu. Ada isak tangis yang terdengar oleh Litha ketika Nabila memeluknya.

"Gue mohon, Kakak jangan marah lagi sama Kak Alex," pinta Nabila sembari terus memeluk Litha.

Litha hanya terdiam karena ia belum mengerti dengan semua ini. Ia menatap Alex dengan penuh tanya. Kenapa Nabila bisa ada di sini, sampai memeluknya?

"Lo harus ikut gue pulang dulu. Kalo lo mau bunuh gue, bunuh aja nanti di tempat tinggal gue," imbuh Alex yang masih direspon dengan keheningan oleh Litha.

Nabila mulai melepaskan dekapannya seraya menatap Alex. Alex melangkah menghampiri Litha, kemudian ia meraih tangan mungil dari saudara kembarnya tersebut. Litha tidak melawan. Ia hanya sedang mengingat bagaimana kebiasaan mereka berdua dulu, ketika mereka belum terpisah.

The Highest ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang