Chapter Nine

184 22 57
                                    

Pagi hari yang nampak begitu cerah. Saat ini, terlihat Nabila yang masih terbaring di atas ranjang. Ia membuka matanya sedikit demi sedikit. Sampai akhirnya, ia bisa melihat sebuah pemandangan yang tidak biasa berada tepat tiga senti meter di hadapan matanya.

"AAAAAAAAAAAAAAHHH !!!!!!"

Nabila berteriak sekencangnya karena ia melihat sosok Alex yang tertidur pulas di hadapannya sembari menggenggam kedua tangannya dengan begitu erat. Alex yang mendengar teriakan Nabila, lantas ikut terbangun karena ia sangat terkejut.

"Kamu kenapa?" tanya Alex seraya bangkit terduduk di ranjangnya.

"Kakak abis ngapapin?" sentak Nabila sembari balik bertanya. Ia tampak menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Padahal, sehelai pun pakaiannya tidak ada yang terlepas.

Melihat tingkah Nabila, lagi-lagi Alex malah ingin menggodanya. "Masa kamu lupa tadi malam kita habis ngapain?" tanyanya dengan memasang senyum jahil.

"Apa? Lupa apa? Kakak apain aku?" Nabila kembali membentak seraya mendorong kasar bahu kanan Alex.

Perlahan, Alex mendekati Nabila dengan tampangnya yang dibuat sok cool. Padahal, gak dibuat-buat juga dia udah cool. ( Kek gw )

Nabila tampak sedikit ketakutan. Ia hanya memejamkan mata seraya menutupi mulut dengan kedua tangan, karena ia sudah mengira kalau Alex akan menciumnya.

"Hahaha ...." Alex sedikit menjauh seraya terbahak sembari memegang perutnya.

"Eh, kenapa ya, Kakak selalu nyebelin!" Nabila kesal, kemudian ia mendorong-dorong tubuh Alex dengan sedikit pelan.

"Habis, kamu lucu," seru Alex dengan terkekeh sembari menahan tangan Nabila yang mendorong bahunya.

"Aku lucu apa? Aku lagi serius!" Nabila masih kesal. Ia tampak menghempaskan genggaman tangan Alex.

"Aku gak apa-apain kamu. Semalem, aku cuma gak tega aja lihat kamu tidur di sofa. Makanya, aku pindahin ke sini. Kamu kan, cewek. Masa aku biarin tidur di sofa, sedangkan aku di ranjang," tutur Alex.

"Tapi, kenapa Kakak ikut tidur di sini?" protes Nabila.

"Aku kan, lagi sakit. Masa, kamu tega biarin aku tidur di sofa. Dingin," ucap Alex dengan manja sembari berbaring membaringkan kepalanya di atas paha Nabila.

"Aku harus sekolah, Kak." Amarah Nabila mulai mereda. Ia melihat ke arah Alex yang terbaring di pangkuannya.

"Sehari lagi saja, temani aku di sini," pinta Alex sembari memejamkan matanya.

Nabila pun mengusap rambut Alex dengan penuh kasih sayang. Sudah dua hari, Nabila tidak masuk sekolah. Kemarin pun, ia tidak masuk kerja untuk menemani Alex. Nabila hanya merasa, bahwa saat ini Alex lebih membutuhkannya.

•••

"Gimana keadaan Alex? Udah mendingan?" tanya Denis pada Kenzo.

Pagi ini, mereka berdua sedang berada di garasi mansion. Mereka kebetulan bertemu di sana karena sama-sama akan keluar rumah. Kenzo yang akan pergi ke kampus, sedangkan Denis yang akan berangkat ke kantor.

"Keadaan Alex? Emang, dia kenapa?" Kenzo balik bertanya dengan heran.

"Bukannya dia sahabat lo?"

"Dia kenapa?" tanya Kenzo sekali lagi dengan nada yang lebih tinggi.

"Lo tanya aja langsung ke dia!" tegas Denis seraya masuk ke dalam mobilnya. Ia mulai berlalu dari sana, meninggalkan Kenzo sendirian.

Kenzo juga langsung bergegas dari rumah. Tujuannya pagi ini adalah apartemen Alex. Ia begitu khawatir pada Alex setelah mendapat kabar dari Denis.

The Highest ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang