Chapter Eight

226 21 60
                                    

"Mana pangeran lo? Perasaan, tadi dia yang ngajak gue ke sini," sindir Kenzo pada Nabila. Saat ini, Kenzo, Litha dan Nabila sedang berada tepat di depan café.

"Ada kok, dia nunggu dekat halte bus," jelas Nabila sembari mengarahkan telunjuknya ke arah halte bus.

Kenzo terlihat mengernyitkan dahinya. "Loh, kenapa gak di sini aja?"

"Mana gue tau. Mungkin, dia gak mau ketemu sama lo, Kak," cibir Nabila seraya terkekeh pelan.

"Eh, lo nyebelin juga ternyata!" Kenzo mulai kesal.

Sekilas, Nabila nampak melirik ke arah Litha. "Oh iya, Kak. Gue titip Kak Litha, ya. Dia lagi sakit," beritahunya seraya merengkuh lengan Litha.

"Kamu kenapa, Tha? Pantes aja, dari tadi kamu diem terus." Kenzo mulai khawatir.

"Aku gak kenapa-kenapa, Ken. Cuma lemes aja," lirih Litha sembari meraba dadanya.

"Kemaren, kamu juga sakit kaya gitu. Kita periksa aja, ya?" tegas Kenzo seraya meraih tangan Litha.

"Gak usah, Ken. Aku baik-baik aja," tolak Litha dengan halus.

"Ih, Kak Litha sama bandelnya, deh, kayak pacar gue kalo lagi sakit. Pasti suka bilang gak kenapa-kenapa. Padahal, gue lihat sendiri dia suka pegang dadanya." Nabila menimpali.

"Nabila benar. Litha dan Alex begitu mirip. Si Alex juga sering sakit di bagian dada. Malah, gue juga pernah lihat dia sampai mengeluarkan darah dari mulut dan hidungnya," gumam Kenzo dalam hati.

"Kita pulang aja, Ken. Aku pusing," ajak Litha dengan lirih.

Kenzo mulai menggandeng tangan Litha. "Ya, udah." Sesaat, ia tampak mengarahkan pandangannya pada Nabila. "Lo mau gue anter dulu sampai ke halte?" ajaknya.

"Gak usah, Kak. Deket, kok," tolak Nabila seraya menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Gue duluan, ya," pamitnya.

"Hati-hati di jalan, ya, Bil." Litha melambaikan tangannya pelan.

"Iya, Kakak juga cepat sembuh, ya," seru Nabila sembari berjalan mundur kemudian ia membalas lambaian tangan Litha.

"Ayo, masuk." Kenzo tampak membukakan pintu mobilnya untuk Litha. Mereka pun segera beranjak untuk pulang.

••|

Nabila baru saja mendapati mobil sport hitam Alex yang terparkir di dekat halte bus. Ia pun segera menghampirinya dengan setengah berlari seraya tersenyum manis.

Namun, naas .... Ketika Nabila hendak mengetuk kaca mobil Alex, Nabila malah mendapati Alex sudah pingsan dengan darah yang keluar dari dalam hidung dan mulutnya. Nabila terkejut, ia terus mengetuk-ngetuk kaca mobil Alex dengan cukup keras.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Kakak bangun, Kak! Kakak kenapa?" teriak Nabila dari luar sembari terus menggedor kaca mobil Alex yang tentu saja tidak mendapatkan respon apa pun dari kekasihnya tersebut.

"Kakak!" Nabila terus berteriak sembari menangis karena ia semakin khawatir.

Untung lah, ada seorang bapak yang mendengar teriakan Nabila. Bapak yang sepertinya seorang montir itu, mau membantu membuka pintu mobil Alex yang terkunci dari dalam.

"Dek, kamu cepat hubungi Ambulance," pinta bapak yang sudah menolong Nabila.

"Iya, Pak," sahut Nabila dengan panik.

Tak lama kemudian, pintu pun berhasil dibuka. Dengan segera Nabila bisa meraih Alex yang sudah tidak berdaya di dalam sana.

"Bapak, terima kasih sudah membantu saya," seru Nabila pada bapak yang sudah berhasil membuka pintu mobil Alex.

The Highest ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang