Chapter Twenty Eight

61 5 0
                                    

Pagi ini, Kantor Zeus Group Dirve Jabar terlihat begitu heboh karena Leo mengadakan rapat direksi secara mendadak. Belum lagi, CEO dari perusahaan terbesar di Benua Asia Tenggara itu memanggil begitu banyak awak media untuk mengumumkan hasil rapatnya.

Denis yang baru saja sampai di kantor, dibuat terkejut dengan persiapan mendadak tersebut. Pasalnya, Leo sama sekali belum memberitahunya jika rapat besar bersama dewan direksi untuk memperkenalkan Kenzo akan dilaksanakan pada hari ini.

Seperti Denis, Alex juga dibuat terkejut dengan semua ini. Ia tampak berjalan masuk ke dalam kantor dengan perlahan karena ia masih belum mengerti dengan semua ini.

“Ada apa ini?” tanya Alex pada Denis yang masih diam mematung di area lobby kantor.

“Apa lo gak merasa terkhianati setelah melihat semua ini?” Denis balik bertanya tanpa menatap Alex. Pandangannya tetap lurus ke depan, ke arah ruang rapat direksi.

Netra Alex mengikuti ke mana arah pandangan Denis tertuju. Di sana, mereka berdua melihat Kenzo yang baru saja masuk ke dalam ruang rapat direksi bersama dengan Leo. Ada beberapa dewan direksi yang mengikuti mereka dari belakang. Para dewan direksi yang notabenenya berasal dari Negara Singapura tersebut, menerima undangan rapat mendadak dari Leo dan dengan sukarela datang ke Negara Indonesia sepagi ini.

Alex tampak mengepalkan tangannya. Bukan karena ia merasa terkhianati melihat Kenzo yang akan segera menduduki posisi puncak. Tapi, karena ia merasa Kenzo benar-benar telah mempermainkan Litha. Di saat Litha masih terluka karena perpisahan mereka, Kenzo malah mementingkan masalah perusahaan yang katanya tidak Kenzo inginkan dibanding dengan menuntaskan masalahnya dengan Litha, pikir Alex.

Sedangkan Denis terlihat begitu gelisah. Denis lah yang paling merasa terkhianati dengan semua ini. Denis yang bekerja keras sejak awal untuk membangun Zeus Group. Tapi, dengan entengnya Kenzo masuk ke perusahaan dan mungkin akan menempati posisi Wakil CEO yang selama ini sedang kosong.

Tak lama kemudian, Shanu datang menghampiri Alex dan Denis. “Kalian berdua harus segera masuk ke dalam ruang rapat direksi karena Tuan Leo sudah menunggu,” imbuhnya pada Alex dan Denis.

“Apa yang sedang direncanakan oleh ayahku?” tanya Denis dengan begitu menyelidik.

“Pagi ini, Kenzo mendatangi Tuan Leo dan meminta haknya di perusahaan. Dia bilang, dia sudah siap untuk menerima posisi apa pun yang akan Tuan Leo berikan padanya,” tutur Shanu.

“Hoh, apa dia sedang bercanda?” cibir Denis.

Alex tampak mengusap pelan bahu kanan Denis. “Kita harus segera masuk ke dalam sana jika kita ingin tau apa yang sebenarnya terjadi.”

Mereka bertiga pun segera beranjak ke dalam ruang rapat direksi kemudian menempati kursi kosong bagian depan. Kenzo dan Leo sudah tampak berdiri di depan meja rapat dengan begitu gagah. Sedangkan kursi yang lain sudah diduduki oleh para Dewan Direksi, Pemegang Saham dan beberapa Partner Perusahaan.

Sesaat, tatapan Kenzo dan Alex saling beradu. Ada tatapan asing dari keduanya. Kenzo menatap Alex dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Sedang Alex menatap Kenzo dengan tatapan yang penuh dengan rasa kecewa dan amarah.

“Baiklah.” Leo mulai bersuara menggunakan Bahasa Inggris. “Tujuan saya mengundang rekan sekalian untuk datang ke mari adalah karena saya akan memperkenalkan putra bungsu yang selama ini tidak pernah saya publikasikan karena suatu hal. Tapi, melihat bahwa kini dia sudah tumbuh menjadi pria yang sangat dewasa, maka saya bisa memperkenalkannya dengan sedikit bangga.”

Leo mulai merangkul Kenzo seraya tersenyum. “Lihatlah, dia terlihat begitu tampan seperti saya,” guraunya yang disusul oleh tawa kecil dari semua orang.

The Highest ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang