Chapter Thirty Four

70 14 36
                                    

Alex sedang dalam perjalanan untuk menjemput Litha dan Nabila seperti biasanya. Malam itu, Alex dibuat sedikit terkejut dengan kehadiran Kenzo di depan cafe tempat Litha dan Nabila bekerja. Namun, karena tidak mungkin bagi Alex untuk memutar arah, akhirnya Alex tetap melajukan mobilnya sampai ke depan cafe. Ia tampak memarkirkan mobilnya di belakang mobil Kenzo.

“Tumben,” sindir Kenzo pada Alex karena biasanya Alex menunggu Nabila di dekat halte bus.

“Ngapain lo ke sini?” tanya Alex tanpa memedulikan sindiran Kenzo.

“Jemput cewek gue, lah,” jawab Kenzo dengan santai.

“Cewek?”

Ingin rasanya Alex memberikan bogem mentah pada sahabat karibnya yang tidak berguna itu, tapi sebisa mungkin ia menahan rasa kesalnya pada Kenzo.

“Bukannya lo mau tunangan sama Via?” Alex kembali bertanya dengan hati-hati.

“Bokap gue yang mau, bukan gue,” sangkal Kenzo seraya mengedikkan bahunya singkat.

Hoh, kenapa dia jadi nyebelin banget?’ umpat Alex di dalam hati.

Tak lama kemudian, Litha keluar dari dalam cafe bersama dengan Nabila. Nabila yang pertama kali menyadari bahwa Kenzo sedang berada di samping Alex, langsung menarik pelan lengan Litha untuk menghentikan langkahnya.

Litha tampak berhenti seraya memandang ke arah yang sama dengan Nabila. Matanya terlihat membulat sempurna ketika ia sudah melihat sosok Kenzo yang tengah berdiri di samping saudara kembarnya.

“Mau ngapain dia ke sini?” tanya Litha dengan pelan seraya menghentikan langkahnya.

“Mungkin, dia pengen ketemu sama Kakak,” jawab Nabila dengan hati-hati.

“Tapi, dia lagi sama Aska, Bil.” Litha mulai terlihat resah karena ia takut ketahuan oleh Kenzo perihal hubungannya dengan Alex.

“Kakak bersikap seperti biasa aja. Seolah Kakak gak mengenal Kak Alex kalo emang Kakak gak mau ketahuan,” terang Nabila.

Litha menghirup oksigen cukup dalam. Sungguh, saat ini ia benar-benar tidak ingin bertemu dengan Kenzo.

Sesaat, tatapan mereka berdua saling beradu. Kenzo menatap Litha dengan perasaan penuh harap. Sedangkan Litha menatap sang mantan kekasih masih dengan perasaan kecewanya.

“Ayo, Kak! Kita gak bisa diem di sini terus sampe subuh,” bisik Nabila pada Litha.

Litha mulai melangkahkan kakinya setelah ia mendengar bisikan dari Nabila. Litha berjalan sembari menatap tajam ke arah Kenzo. Alex yang melihatnya, menjadi semakin khawatir. Ia ingin melakukan sesuatu untuk Litha, tapi ia tidak bisa melakukan apa pun.

Litha menghentikan langkahnya sejenak ketika ia sudah sampai di dekat Kenzo. Ia mulai menatap Alex dan Nabila secara bergantian.

“Gue pulang duluan, ya,” pamit Litha seraya melambaikan tangannya pada Alex dan Nabila, kemudian segera melangkahkan kakinya.

Litha baru sempat berjalan dua langkah karena dengan sigap Kenzo meraih lengannya. Ingin rasanya Alex menjauhkan Kenzo dari Litha, tapi Nabila malah mencegah seraya menggenggam erat tangan Alex.

“Kita pulang bersama, ya?” ajak Kenzo dengan raut wajah yang begitu putus asa.

Tatapan Litha masih begitu tajam pada Kenzo. Ia menatap wajah Kenzo, kemudian ia beralih menatap pergelangan tangannya yang sedang digenggam erat oleh mantan kekasihnya itu.

“Apa kamu gak punya rasa malu?” Litha mulai mencibir Kenzo. “Kamu datang menemui perempuan lain ketika kamu udah memiliki calon tunangan?”

“Aku ingin menyelesaikan masalah ini sama kamu, Tha! Makanya aku datang ke sini sekarang,” terang Kenzo sembari menautkan alisnya.

The Highest ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang