Chapter Fifty Two

24 2 0
                                    

Tengah malam yang terlihat begitu mendung. Malam itu, baik Alex mau pun Nabila sudah tertidur pulas di dalam kamar mereka masing-masing.

DUARR !!!

Tiba-tiba, terdengar suara petir yang cukup menggelegar sehingga membuat Nabila terperanjat. Nabila segera berlari keluar kamar, menuju ke dalam kamar Alex. Ia segera beranjak naik ke atas ranjang milik kekasihnya itu seraya mendekap erat tubuhnya yang sedang tertidur pulas.

Alex tampak membuka matanya karena sedikit terkejut. Ia merasakan sedikit sesak di dadanya karena dekapan Nabila terlalu erat pada tubuhnya.

“Kenapa, Bil?” tanya Alex seraya membalas dekapan Nabila.

“Ada petir,” rengek Nabila. Ia menyelundupkan wajahnya pada dada bidang Alex.

Pandangan Alex mulai tertuju ke arah jendela besar yang tertutup gorden dark chocolate tersebut. Memang terdengar suara hujan dari luar. Alex langsung mengusap lembut puncak kepala Nabila karena ia sangat tahu jika kekasihnya memiliki trauma yang cukup mendalam karena suara petir.

“Malam ini, kamu tidur bersamaku,” pinta Alex yang disusul oleh anggukkan cepat kepala Nabila.

Kejadian tabrakan beruntun yang terjadi sembilan tahun yang lalu, sungguh menyesakkan bagi Nabila. Selain ia harus kehilangan kedua orang tuanya, ia juga harus kehilangan masa mudanya.

Setelah tabrakan beruntun terjadi malam itu, terdengar suara petir yang cukup menggelegar. Pantulan cahaya petir seakan menyinari pandangan Nabila ketika ia melihat sosok kedua orang tuanya yang sudah meninggal secara mengenaskan di hadapan matanya.

Nabila sempat menceritakan perihal ini pada Alex, tiga tahun yang lalu. Karena itu, Alex sangat memahami perasaan Nabila saat ini.

Isak tangis mulai terdengar oleh Alex. Iya tahu, Nabila sedang sangat ketakutan. Alex menarik pelan selimutnya untuk menyelimuti tubuh mungil Nabila. Mereka berdua mulai saling mendekap di dalam selimut seraya memejamkan mata, walaupun sedang tidak tertidur.

“Mau aku antar ke makam orang tua kamu?” Alex menawarkan.

Nabila mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah Alex. “Aku kangen Mama sama Papa aku,” rengeknya lagi dengan isak tangis yang semakin mengeras.

Alex kembali mengeratkan dekapannya. “Aku tau. Karena itu aku ngajak kamu.”

Sekilas, Alex mulai teringat pada sesuatu. Shanura juga mengalami kecelakaan beruntun sembilan tahun yang lalu. Hanya saja, Alex belum mengetahui tempat dan waktu detail kejadian tersebut.

“Apa sebelumnya, kamu pernah melihat Shanu?” tanya Alex dengan hati-hati pada Nabila.

“Shanu itu, temennya Kak Denis yang kemarin ikut menjenguk Kakak?” Nabila balik bertanya yang direspon anggukkan kepala oleh Alex. “Kayaknya, belum pernah, Kak.”

Alex mulai terdiam. Kalaupun kejadian tabrakan beruntun yang dialami Nabila dan Shanu berlokasi di tempat yang sama, saat itu Shanu pasti masih sangat remaja sehingga Nabila tidak dapat mengenali wajahnya yang sekarang.

Benar juga. Gue harus nyari foto Shanu ketika usia dia masih enam belas tahunan. Mungkin, Nabila bisa mengenalinya.’ Alex bergumam di dalam hatinya.

Nabila kembali mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah Alex. Alex juga tampak sedikit menunduk untuk merespon tatapan Nabila. Pria berperawakan tinggi itu mulai menggerakkan tangannya untuk menghapus air mata yang sedikit terjatuh di pipi Nabila.

Beberapa detik kemudian, Alex mendekati wajah Nabila seraya memejamkan matanya. Ciuman hangat berhasil mendarat di bibir ranum Nabila. Setidaknya, itu dapat membuat hati Nabila menjadi sedikit lebih tenang, untuk saat ini.

The Highest ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang