Alex terlihat sedang bersiap menuju ke lapangan untuk memantau project baru miliknya di jalan Asia-Afrika. Ia memang tidak ada jadwal untuk mengontrol project hari ini, tapi karena Kenzo membawa dua pria bertubuh kekar ke kantor, Alex menjadi sedikit tidak nyaman. Belum lagi, Andre dan Gaza sering keluar masuk ruangan Alex karena mengikuti Kenzo ke mana pun.
“Ken, gue harus ke lapangan. Lo tolong periksa berkas ini dulu. Kalau semua udah beres, lo kasih ke Kak Denis,” imbuh Alex seraya memberikan beberapa berkas kepada Kenzo yang baru saja selesai membuat bahan untuk presentasi meeting besok.
“Loh, lo ke lapangan sendiri?” tanya Kenzo sembari meraih berkas tersebut dari tangan Alex.
Alex menggelengkan kepalanya pelan. “Nggak .... Hari ini, gue ke lapangan sama staf marketing.” Ia tampak beralasan.
“Marketing?” beo Kenzo. “Untuk apa staf marketing di bawa ke lapangan?”
Alex melirik ke arah Shanu sekilas. Dan tampaknya, Shanu mengerti dengan maksud Alex.
“Staf marketing bisa mengecek pertumbuhan pembangunan agar dia bisa lebih detail menjelaskan pada konsumen yang akan membeli atau menyewa salah satu unit apartemen tersebut, karena project yang Alexander buat di Jalan Asia-Afrika adalah murni milik Zeus Group,” terang Shanu dengan raut wajah datarnya yang khas.
Kenzo tampak menganggukkan kepalanya pelan. “Oh, gue baru tau.”
“Jadi, apa boleh gue pergi sekarang?” pinta Alex.
“Pergi aja. Kenapa harus minta izin sama gue. Lo, kan, atasan gue!”
Kalimat Kenzo sontak saja membuat semua orang mengulum senyumnya, kecuali Alex. Ia hanya menghembuskan napasnya kasar seraya beranjak dari sana.
Begini lah Kenzo. Ia terlihat begitu menyeramkan di depan orang lain. Namun di depan Alex, Litha dan Mila, ia bisa berubah seketika menjadi anak kucing yang begitu manis.
•••
Sesampainya Alex di lapangan, ia terlihat begitu antusias karena project apartemen Zeus Group yang sedang ia kerjakan berkembang dengan begitu pesat. Belum lagi, ini adalah project pertama untuknya setelah ia menjabat sebagai seorang wakil Presiden Direktur.
Tak lama kemudian, mandor yang bertugas di lapangan datang menghampirinya. “Kebetulan sekali Bapak datang kemari. Bapak Arsitektur yang mendesain bangunan ini ingin bertemu dengan Pak Alex.”
Alex menganggukkan kepalanya pelan. “Oh, ya. Saya memang belum sempat bertemu langsung dengan dia. Di mana dia sekarang?”
“Beliau sedang merancang bagian gedung kedua, Pak.”
Alex pun segera beranjak menuju gedung kedua yang sebenarnya masih terlihat seperti lapangan kosong di samping gedung utama. Di sana, ia melihat seorang pria yang memakai kemeja hitam bertangan panjang dengan helm proyek yang tertempel di kepalanya.
Pria berusia sekitar tiga puluh tujuh tersebut tampak menggenggam sebuah tablet di tangannya. Ia seperti sedang menggambar sesuatu di atas layar tablet tersebut sembari sesekali melihat ke arah tanah lapang yang berada di hadapannya.
“Pak Thunder?” panggil Alex sesampainya ia di dekat pria tersebut.
Pria yang disapa Pak Thunder oleh Alex itu menoleh dengan menautkan sebelah alisnya. “Ya, dengan siapa?”
Alex segera mengulurkan tangannya pada Thunder. “Saya Alexander.”
“Wah, Pak Alex ternyata masih sangat muda.” Thunder menjabat tangan Alex dengan menebar senyum yang cukup khas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Highest Throne
RomanceTAHTA TERTINGGI "Menghancurkan kalian bukanlah hal yang sulit bagiku. Jika kalian tetap melukai kakakku, akan ku pastikan kalian menyesal telah memberi TAHTA pada orang yang sama sekali tidak memiliki garis keturunan Zeus sepertiku!" _Alex_ "Memangn...