Chapter Fifty

19 3 0
                                    

Malam itu, Litha terlihat sedang melamun di dalam kamarnya seraya menatap kalung berliontin bulan sabit pemberian dari Justin. Litha baru mengerti, Justin memberi sepasang kalung tersebut untuk Via dan menyuruh adiknya itu untuk memberikan salah satunya pada orang yang paling berarti dalam hidupnya, adalah karena Justin ingin Litha memiliki kalung itu juga.

Justin adalah pria yang cukup dingin. Perilakunya tidak pernah menunjukkan jika ia sedang jatuh cinta pada Litha. Karena itu, Litha tidak pernah menyadari akan perasaan yang sedang dirasakan oleh pria berparas tampan tersebut.

Ketika pertama kali Litha bertemu dengan Justin tiga tahun yang lalu, pada saat Justin menjemput Via ke kampus karena Via sedang tidak membawa kendaraan, Litha memang langsung jatuh hati. Hanya saja, Litha menyadari akan posisinya yang memiliki perbedaan kasta yang cukup jauh dengannya.

Belum lagi, Justin seperti tidak pernah menganggap kehadiran Litha. Itu cukup membuktikan bahwa Litha hanya memiliki perasaan yang sepihak. Padahal, Justin juga memiliki perasaan yang sama. Pria berwajah sangat tampan itu juga menyukai Litha sejak pertemuan pertama mereka.

Justin memang terlihat dingin dan terkesan tidak pernah memedulikan keadaan Litha. Tapi, di balik semua itu, ia mempersiapkan sesuatu yang begitu besar untuk gadis yang sangat ia cintai tersebut.

Ia meminta pada Darren -- sang ayah, untuk melamarkan Litha suatu saat nanti jika Litha sudah lulus kuliah. Tapi, bukan Darren namanya kalau pria paruh baya tersebut tidak bisa memanfaatkan keadaan. Sekali pun itu untuk anaknya sendiri.

Darren membuat surat perjanjian yang berisi jika Justin harus mau menjadi penerus Regis Enterprise. Justin selalu menolak ketika ia akan diberi posisi Pewaris Utama oleh Darren karena Justin memiliki cita-cita menjadi seorang dokter. Bahkan, setelah Justin lulus dari Fakultas Manajemen Bisnis, Justin sempat berkuliah di Fakultas Kedokteran secara sembunyi-sembunyi.

Ketika Darren mengetahui semua itu, Darren tahu jika ia sudah tidak bisa mencegah Justin. Tapi, ketika Justin datang padanya dan memintanya untuk melamarkan seorang gadis, ia langsung berpikir untuk mengikat Justin atas permintaannya tersebut.

Justin bersedia masuk ke perusahaan karena Litha. Bukan karena ia merelakan impiannya menjadi seorang dokter seperti yang orang-orang kira selama ini.

Hanya ada satu kekurangan dari pengorbanan Justin tersebut. Ia tidak pernah menunjukkan perasaannya pada Litha, sehingga membuat Litha berpikir bahwa Justin hanya menganggapnya sebagai seorang adik. Jika sejak awal Justin berterus terang pada Litha, mungkin saat ini Litha tidak akan menderita karena ia bertemu dengan Kenzo.

Litha kembali menatap kalung berliontin bulan sabit tersebut. Ada sedikit rasa sesal dihatinya karena ia tidak pernah menyadari perasaan Justin selama ini.

Apa gue harus pakai kalung ini dan memulai sesuatu yang baru? Jika gue memakai kalung ini, gue akan terhindar dari semua penderitaan karena gue mencinta Kenzo. Tapi, gue juga belum siap untuk melepaskan Kenzo. Gue gak mau menjadikan Kak Justin sebagai pelampiasan karena kini gue udah gak bisa memiliki Kenzo lagi.’ Litha bergumam di dalam hatinya.

“Kayaknya, gue harus minta pendapat Aska.” Monolog Litha seraya memasukkan kembali kalung tersebut ke dalam tasnya.

Tak lama kemudian, Dini terbangun dari tidurnya. Ia menatap sang putri kemudian beralih menatap ke jam dinding sembari mengernyitkan dahinya.

“Ini udah tengah malam. Kenapa belum tidur?” tanya Dini yang seketika membuat Litha sedikit terperanjat karena terkejut.

“Aku belum ngantuk, Ma.” Litha tampak beralasan.

Dini mulai bangkit dari tidurnya kemudian duduk di samping Litha. “Apa kamu sedang memikirkan Tuan Muda Kenzo?”

Litha tampak menghela napas beratnya. “Aku memang selalu memikirkan dia sampai gak perlu melamun.”

The Highest ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang