Chapter Twenty Nine

60 4 0
                                    

Justin tampak sedang duduk di kursi kebesarannya seraya menatap ke layar televisi yang sedang menyuguhkan berita paling panas pagi ini. Ya, perkenalan Kenzo sebagai putra bungsu dari seorang Leonard Ignis Lancaster, CEO Zeus Group, sungguh menggemparkan Benua Asia. Belum lagi, Leo langsung memperkenalkan Kenzo sebagai Pewaris Utama Zeus Group yang awalnya semua orang kira posisi tersebut akan diberikan untuk Denis.

Namun, bukan itu yang paling menyita perhatian Justin. Setelah mengumumkan siapa Kenzo pada publik, Leo juga tampak mengumumkan rencana pertunangan Kenzo dengan putri dari keluarga Abraham. Semua itu sontak saja membuat Justin sangat gelisah.

Ada tiga nama yang saat ini sedang ia khawatirkan. Denis dan Via, ia sangat tau jika mereka berdua masih saling mencintai walaupun keduanya enggan untuk mengakui. Ia juga sangat mengkhawatirkan Litha, karena seperti yang kita tahu, Justin baru mengetahui jika Litha berpacaran dengan Kenzo karena Denis yang mengatakannya tempo hari.

Seharusnya, Justin merasa bahagia. Tapi, entah mengapa hatinya malah ikut terluka. Bukan begini cara yang ia inginkan untuk mendapatkan pujaan hatinya. Apa artinya memiliki Litha jika Litha sendiri tidak dapat bahagia bersamanya.

Sejenak Justin mengepalkan tangannya, hingga akhirnya ia bangkit dari kursi kebesarannya seraya beranjak dari sana. Tujuan Justin saat ini adalah menemui Litha dan Via di kampus mereka. Entah mereka berdua sudah melihat berita ini atau belum, Justin hanya khawatir persahabatan mereka akan terpengaruh karena masalah ini.

Ketika Justin sudah sampai di lobby kantor, tiba-tiba Celsa berlari menghampirinya dengan kondisi mata yang sudah memerah akibat menangis.

“Kenapa kamu melakukan semua ini padaku, Justin?” jerit Celsa setelah ia sampai di hadapan Justin.

Jeritan Celsa tersebut sungguh membuat Justin malu karena beberapa karyawan yang sedang berlalu lalang di sekitar lobby tampak menghentikan kegiatan mereka hanya sekedar untuk menatap Celsa.

“Apa maksud kamu, Celsa?” tanya Justin seraya mengamati area sekelilingnya.

“Kenapa kamu membatalkan rencana pertunangan kita?” Celsa masih menjerit sembari mencengkeram pelan kedua lengan Justin.

“Kita bisa bicarakan itu nanti. Saya sedang ada urusan penting,” tangkas Justin yang direspon dengan tangisan yang semakin mengeras oleh Celsa.

Justin mulai gelisah karena semua karyawan terus memperhatikan mereka berdua. “Jangan seperti ini! Semua orang melihat kita!”

“Lalu, kenapa kalo mereka lihat kita? Biar mereka semua tau kalo kamu udah melakukan hal yang kejam padaku!” teriak Celsa.

“Saya gak ada waktu untuk meladeni semua omong kosong kamu, Celsa!” tegas Justin seraya menghempaskan pelan tangan Celsa dari lengannya kemudian ia segera beranjak dari sana.

Namun, pada saat Justin baru beranjak dua langkah, Celsa tampak jatuh bersimpuh sembari mencengkeram lututnya.

“Aku hamil Justin!” jeritnya yang berhasil membuat mata Justin membulat sempurna. “Aku sedang mengandung anakmu! Jadi, kamu gak bisa membatalkan pertunangan kita!”

Semua karyawan tampak saling berbisik setelah mereka mendengarkan penuturan dari Celsa. Sedangkan Justin masih diam mematung seraya menggertakkan giginya karena ia sungguh muak dengan semua drama yang sedang Celsa mainkan.

Justin mulai menatap Celsa yang masih bersimpuh di bawahnya. Wajah pilu Celsa sungguh nyata seperti ia benar-benar sedang tersakiti oleh Justin.

“Kapan saya menyentuhmu?” desis Justin.

“Kenapa kamu gak mau mengakuinya? Sebenci itu kah kamu padaku?” cecar Celsa dengan tangis yang semakin mengeras.

“Hoh!” Justin tampak membuang napasnya dengan begitu gusar. “Berhenti membuat masalah karena saya sungguh tidak punya waktu untuk meladeni kamu!”

The Highest ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang