Chapter Thirty Six

45 5 0
                                    

Wah, pagi hari yang begitu menyejukkan. Sedikit demi sedikit Litha mulai membuka matanya. Ia tampak mengucek pelan matanya seraya menguap sembari menggeliat. Sungguh, pagi yang indah untuk bermalas-malasan.

Ketika ia mengarahkan pandangannya ke arah samping, ia melihat Dini sudah tidak berada di sampingnya. Oh, mungkin ibu kandung dari Alitha dan Alexander itu sudah bangun karena beliau memang tidak terbiasa bangun siang, walaupun sedang dalam kondisi liburan.

Litha segera bangkit dari tidurnya seraya beranjak ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai, ia segera mengganti pakaiannya dengan pakaian yang sudah dibawakan oleh Dini dari mansion.

Sejenak, ia menatap dirinya dalam cermin, kemudian ia segera beranjak keluar kamar untuk mencari Dini. Area Vila masih terlihat begitu sunyi dan sepi. Netranya terus menyisiri area sekitar. Ia begitu takjub akan keindahan yang disuguhkan oleh taman Villa tersebut ketika ia menatap ke arah luar jendela.

Seberapa kaya keluarga Kenzo sehingga mereka bisa memiliki Villa seluas ini? Pikir Litha. Padahal, Villa tersebut bukanlah hal yang sulit didapatkan oleh Kenzo. Tapi, karena Kenzo memang tidak pernah memamerkan hartanya di depan Litha, untuk itu, sampai sekarang Litha masih beranggapan bahwa Kenzo hanyalah orang biasa, seperti dirinya.

Sesaat, perhatiannya teralihkan oleh bau masakan yang sangat menggoda. Ia mengikuti dari mana asalnya bau masakan tersebut. Ketika ia sudah sampai di ambang pintu dapur Villa, ia melihat Dini yang sedang memasak, di bantu oleh Kenzo.

Litha memperhatikan Kenzo dan Dini dari balik pintu dapur. Ada senyum manis yang berkibar dari bibir Litha, melihat begitu dekatnya sang mantan kekasih dengan ibu kandungnya. Kenzo dan Dini tampak sedang memasak sembari sesekali saling melempar gurauan. Sungguh, tidak ada pemandangan pagi yang lebih indah dibandingkan semua ini.

Beberapa saat kemudian, Kenzo mulai menyadari kehadiran Litha. Ia menatap hangat ke arah sang mantan kekasih. Keduanya saling membalas senyuman hambar ketika pandangan mereka saling beradu. Dini yang ikut menyadari kehadiran Litha, segera beranjak menghampiri putri kandungnya tersebut seraya menuntunnya untuk ikut memasak.

“Kamu di sini, bantu Tuan Muda untuk menyiapkan semuanya,” ujar Dini pada Litha.

“Loh, terus Mama mau ke mana?” tanya Litha sembari mengernyitkan dahinya.

Dini mulai mendekati telinga Litha seraya berbisik, “Mama ada kencan dengan Tuan Muda Shanu.”

“WAAAAAHHH ...!!!” raung Litha dengan lantang seraya sedikit menjauh dari Dini. “Apa Mama udah mulai bosan hidup miskin sekarang?” tanyanya seraya bergurau.

Dini tampak terkekeh pelan setelah mereka melihat respon dari Litha. “Udah, kamu di sini aja, bantu Tuan Muda. Mama harus ke pasar dulu sebentar. Cari kepiting.”

“Kepiting buat apa?” Litha kembali bertanya dengan polosnya.

“Buat nyapit mulutmu yang bawel. Hahaha ...” timpal Kenzo sembari terbahak.

Litha tampak menjitak pelan puncak kepala Kenzo dengan begitu gemas. “Mulai berani, kamu!”

Peletak

Kini, Dini yang menjitak puncak kepala Litha. “Kamu ini bener-bener gak bisa sopan ya, sama Tuan Muda!”

Litha mengusap kepalanya sambil cemberut, sedangkan Kenzo terlihat menjulurkan lidahnya pada Litha dengan penuh kemenangan karena telah dibela oleh Dini.

“Udah, Mama mau pergi dulu. Awas, kamu harus yang sopan sama Tuan Muda!” pamit Dini seraya menegaskan kembali pada Litha.

“Iya, Ma,” timpal Litha dengan begitu malas.

The Highest ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang