Saat ini, Litha dan Justin sedang berada di sebuah mall terbesar yang terletak di kawasan Kota Bandung. Mereka berdua terlihat berkeliling sembari mencari hadiah yang cocok untuk diberikan kepada Via.
Justin tampak mengarahkan pandangannya pada sebuah toko make up yang lumayan terkenal. Ia berpikir untuk memberikan Via satu set perlengkapan make up terbaik sebagai hadiah ulang tahunnya.
“Tha, gimana kalo kita coba masuk ke sana?” ajak Justin pada Litha.
Litha terdiam sejenak untuk mengamati toko tersebut dari kejauhan. “Kayaknya, sekarang Via gak butuh perlengkapan make up deh, Kak. Dia udah bilang gak akan dandan lagi soalnya.”
“Via gak akan dandan lagi? Kenapa?” tanya Justin seraya menautkan alisnya.
“Tadi, dia bilang udah gak mau jadi orang lain buat mantan pacarnya,” ujar Litha yang tanpa sengaja membeberkan rahasia Via pada Justin.
“Mantan pacar?” beo Justin.
Litha segera menutup mulutnya yang sedikit ember itu. “Eh, bukan! Maksud aku, Via pengen jadi diri sendiri mulai sekarang. Bukan untuk siapa pun.”
Justin hanya memandang Litha dengan tatapan kosongnya. ‘Apa Via udah bisa melupakan Denis?’ gumamnya dalam hati.
“Kita cari barang lain aja, Kak,” ajak Litha, mengalihkan topik pembicaraan.
Justin menganggukkan kepalanya pelan. Mereka berdua mulai berjalan kembali menyisiri sudut-sudut mall tersebut untuk mencari barang apa yang akan mereka beli.
Netra Justin kembali tertuju pada sebuah toko. Ia menghentikan langkahnya seraya mengamati toko tersebut. Litha juga tampak menghentikan langkahnya. Netranya mengikuti ke mana arah pandangan Justin tertuju.
“Kalo saya beri dia sebuah kalung, apa dia akan suka?” tanya Justin tanpa melihat ke arah Litha karena pandangannya masih berfokus pada toko perhiasan tersebut.
“Kayaknya, dia bakal suka, Kak. Apa lagi kalo yang ngasihnya kakak kesayangan dia,” ujar Litha seraya tersenyum manis kepada Justin.
Justin mengarahkan pandangannya pada Litha. Ia benar-benar tidak ingin melewatkan senyum termanis dari gadis yang sekarang sedang berada di sampingnya tersebut.
“Kenapa Kakak malah bengong?” tegur Litha karena ia mulai merasa tidak nyaman ditatap seperti itu oleh Justin.
Justin memalingkan wajahnya dengan sedikit salah tingkah. “Ya udah, kita ke toko itu sekarang,” ajaknya dengan kaku.
Mereka berdua pun segera beranjak menuju ke toko perhiasan tersebut. Di dalam toko, Justin mulai memilih jenis kalung dan liontin yang akan ia beli untuk Via. Sedangkan Litha hanya mengekorinya dari belakang seraya melihat-lihat ke arah sekeliling.
Perhatian Justin mulai tertuju pada dua buah kalung berjenis emas putih dengan liontin bulan yang terbelah. Ada berlian kecil yang tertempel di tengah-tengah liontin bulan sabit tersebut. Justin tampak menyimpulkan senyum yang begitu manis ketika melihat dua buah kalung yang sangat indah itu.
“Permisi, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?” tanya salah seorang pelayan wanita yang menghampiri Justin dan Litha.
“Saya ingin melihat dua kalung dengan sepasang liontin bulan terbelah itu,” pinta Justin pada sang pelayan.
“Baik, Tuan.”
Sang pelayan mulai mengeluarkan dua buah kalung yang dimaksud oleh Justin. Justin tampak meraih kedua kalung tersebut seraya memperlihatkannya pada Litha.
“Bagaimana menurut kamu? Apa kamu suka?” tanya Justin pada Litha.
Litha tampak menganggukkan kepalanya cepat. “Cantik, Kak.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Highest Throne
Roman d'amourTAHTA TERTINGGI "Menghancurkan kalian bukanlah hal yang sulit bagiku. Jika kalian tetap melukai kakakku, akan ku pastikan kalian menyesal telah memberi TAHTA pada orang yang sama sekali tidak memiliki garis keturunan Zeus sepertiku!" _Alex_ "Memangn...