TGBB 43

3.8K 141 4
                                        

Saat menginjakan kaki ke kantin,Ila sudah tidak sabar untuk segera mengisi perut nya yang dari tadi keroncongan meminta segera diisi, ditarik tangan Alvaro yang terlihat pasrah.

"Bang gue mau makan bakso", ucap nya pada Alvaro yang langsung rela mengantri demi dia.

Ila memilih duduk di pojok yang tidak terlalu ramai,dia tidak ingin menjadi pusat perhatian dia lebih suka ketenangan.

"Ini bakso nya", Alvaro datang membawa 2 mangkok bakso.

"Yeyy,makasih abang kuhh", ucap nya dengan terseyum lebar.

Alvaro hanya menganggukan kepala nya.
Tidak menunggu lama lagi Ila segera menambahkan bumbu lagi seperti saos kecap saat akan menuangkan sambal yang terlihat sangat merah itu tangan nya di cekal oleh Alvaro yang menatap nya tajam.

Ila menelan ludah susah payah melihat tatapan tajam Alvaro.

"Taro sambal nya", Alvaro menggeram marah dia tidak ingin Ila sakit karena memakan sambal yang terlihat merah itu.

Ila melepas cekalan tangannya.

"Cuma 3 sendok aja bang,ga nikmat kalo ga pedes", ucap nya.

Apaan 3 sendok,lihatlah sambal itu terlihat sangat merah membuat siapa saja yang memakan nya pasti langsung sakit perut,dan Alvaro tidak ingin Ila sakit.

"1 sendok atau ga sama sekali" ucap nya tak ingin dibantah.

"Ck iya iya 1 sendok", dengan kesal Ila langsung menuangkan 1 sendok sambal ke basko nya dan langsung memakan nya dengan tenang begitu pun Alvaro yang langsung memakan nya.

Setelah beberapa menit kedua nya selesai makan.

Ila teringat sesuatu tetapi apa,oh Alex apa Alex sudah diobati atau belum.

"Bang gue selesai,mau ke uks dulu kasian gue takut Alex belum diobatin" ucap nya sembari mengelap mulut nya dengan tisu.

"Ga,disini aja pasti udah ada yang ngobatin dia" Alvaro menolak.

"Tapi bang gue merasa bersalah sama dia laangsung ninggalin dia gitu aja" ucap nya bersikeras.

Alvaro menghelas nafas dengan tingkah keras kepala gadis itu,baiklah dia akan membiarkan gadis itu tapi tidak lain kali,dia seperti memiliki firasat aneh terhadap Alex,dan dia ingin gadis itu menjauhi Alex.

"Yaudah,nanti abang nyusul kamu", ucap nya.

"Ehh gausah bang gausah nyusulin aku,lagian aku juga cuma bentar kesana cuma mau lihat kondisi Alex aja", tolak Ila.

Alvaro mengangguk sebelum Ila pergi dia mengelus kepala gadis itu.

"Gue pergi dulu bang,bye", Ila melambaikan tangan nyaa dibalas lambaaian Alvaro.

Ila berlari cepat dia mungkin akan membolos karena bel masuk kelas sudah berdering,tak apalah hanya sekali setelah itu tidak lagi mungkin.

Ila masuk ke dalam uks dan hanya ada Luna saja disana tidak ada tanda tanda Alex,kemana Aalex pergi?.

"Alex" panggil gadis itu setelah keluar dari uks.

"Alex lo dimana",

"Ah gue cari aja ke tempat lain mungkin Alex ada di tempat lain,taman mungkin?", ucap nya ragu.

Dengan segera dia pergi melangkah ke arah taman sekolah,Ila melihat jelas tubuh pria yang tengah membelakangi gadis itu tengah duduk di salah satu bangku taman,Ila menghampiri pria itu dan benar saja dia Alex.

Alex terkejut dia tidak menyadari ada gadis nya,tetapi kemudian dia tersenyum lembut pada Ila.

"Duhh lo belum di obatin? Gue kira udah diobatin sama petugas,yaudah tunggu bentar gue ambil kotak p3k dulu,lo tunggu disini jangan kemana mana gue cape ya cari lo awas aja lo gaada lagi", ancam nya dengan memincing mata.

"Iya gue disini", setelah nya Ila pergi mengambil kotak p3k dan segera kembali ke taman.

"Sini liat luka lo" Alex menaikan baju nya memperlihat kan tubuh kotak kotak nya yang terluka.

"Wow ternyata lo punya roti sobek ya", ucap Ila tidak menyangka.

"Hmm,lo suka?", senyum nya mengembang kala mengingat gadis nya yang terlihat khawatir dengan keadaan dia.

Jika begini Alex rela terluka agar gadis nya selalu berada didekat nya dan mengkhawatirkannya,dia menyukai nya.

"Gue suka cowo yang punya roti sobek,kaya sexy  gituuu hhe", gigi putih Ila terlihat.

"Kalo sakit tahan ya", ucap Ila segera menetes kan alkohol ke kapas.

"Shhh" bukan,bukan Alex yang meringis melainkan Ila dia ngilu melihat luka Alex.

"Kenapa jadi lo yang ngeringis?", tanya Alex menahan kedutan.

"Ngilu aja liat luka lo,kenapa ga lo lawan sih si brengsek itu jadi kan perut indah lo jadi luka", cerocos gadis itu.

"Udah selesai" Ila membereskan kotak p3k nya dan menatap Alex yang sedari tadi menatap nya.

"Lo bolos karena khawatirin gue?", tanya Alex.

"Iya,gue takut nya lo belum diobatin dan ternyata bner,takut nanti infeksi kalo ga diobatin", jawab nya jujur.

"Gue boleh tanya sesuatu?" ucap Ila membuat Alex mengganggukan kepala.

"Kenapa lo berubah,maksud gue kenapa kosa kata lo berubah gue aneh aja gitu", tanya Ila penasaran.

"Gapapa pengen nyoba aja", ucap Alex asal.

Ila hanya mengangguk percaya.

"Duh kayak nya gue bakalann di marahin sama abang gue", Ila menggigit bibir nya sampai berdarah.

"Hei jangan gigit bibir lo kayak gitu,berdarah kan", Alex mengusap bibir Ila membuat gadis itu mengerjapkan mata nya.

"Ehh gapapa gue kalo panik emang suka gigit bibir", Ila melepas tangan Alex yang masih berada di bibir nya.

"Iya tapi jangan keseringan juga",

"Lo bawel juga ternyata ya", Ila baru melihat Alex sebawel ini.

"Sama lo aja", Alex ini modus  atau gimana,tapi iti tidak mempan bagi Ila.

Ila hanya memutar bola matanya.

"Gue pergi ya, udah selesai juga ngobatin lo", Ila berdiri lalu menepuk rok nya sebentar.

Alex menahan Ila yang akan pergi,Ila menoleh ke arah Alex.

"Makasih udah ngobatin gue", ucap nya dengan tersenyum.

"Sama sama,yaudah gue pamit ya", setelah nya Ila pergi.

Alex merubah raut wajah nya menjadi lebih dingin,dia memainkan lidah nya.

"Hmm hukuman apa yang cocok buat baajingan itu", orang yang Alex maksud adalah yang membully nya.

"Kayak nya kalo gue ambil mata nya menarik", senyum Alex mengerikan membuat siapa yang melihat nya merinding.

Senyum Psikopat!

The AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang