TGBB 25

8.3K 488 15
                                    

Didalam ruangan Rey sedang memeriksa Ila dengan wajah khawatir, bagaimana tidak? Ila sudah dirinya anggap sebagai adik nya sendiri dan dirinya juga sudah benar-benar menyayangi Ila.

Setelah diperiksa Rey bernafas lega karena tidak ada hal yang serius kepada Ila.

"Istrahat sebentar ya sayang", Rey mengelus lembut surai Ila.

Suster yang melihat itu merasa heran dengan dokter Rey yang terlihat menyayangi pasien nya, mungkin dia kerabat nya pikir suster itu.

"Sus saya titip dia sebentar", Suster itu mengangguk mendengar perintah Rey.

Rey keluar dari ruangan dan melihat pemuda yang menggendong Ila tengah duduk dengan wajah yang menunduk, saat akan memanggil pemuda itu tiba-tiba beberapa langkah kaki terdengar dengan tergesa-gesa dan melihat beberapa pemuda yang memakai seragam sekolah yang sama dengan Ila dan pemuda itu.

Alvaro dkk yang baru sampai ke rumah sakit langsung berlari dengan tergesa-gesa dan melihat diujung sana Xaviero tengah duduk dan dokter yang tengah berdiri segeralah Alvaro dkk berlari ke arah mereka, Alvaro memegang bahu Xaviero dan Xaviero mendongak melihat teman-teman nya yang telah tiba.

"Gimana keadaan adek gue?", ujar nya dengan datar dan tak sabaran.

Rey langsung menjelaskan kepada mereka semua.

"Alhamdulillah pasien tidak apa-apa hanya saja pasien seperti nya kelelahan dengan emosi yang tidak terkontrol", jelas Rey.

"Tapi ga ada yang serius kan dok? ", Alvero berujar dengan wajah khawatir.

Dokter Rey tersenyum tipis.

"Tidak ada", jawab Rey.

"Maaf permisi saya harus menangani pasien yang lain nya", dokter Rey pamit pada mereka yang langsung diangguki mereka.

Setelah kepergian dokter Rey Alvaro bertanya pada Xaviero pemuda itu terlihat acak-acakan dengan seragam yang memang tidak pernah rapih terlihat kusut.

"Dimana lo nemuin Ila? " tanya Alvaro datar.

"Toilet", Xaviero menjawab dengan dingin.

"Kenapa bisa dia di toliet? ", celetuk Kenan.

"Ini semua salah gue", gumam Xaviero pelan tapi masih bisa di dengar mereka.

"Maksud lo apa?", tanya Alvaro dingin.

"Gue sama dia tadi bertengkar di taman belakang sekolah", Xaviero kembali mengela nafas nya.

"Dan itu pasti karena gue", lanjut nya.

"Kenapa lo bertengkar sama dia?", timpal Kenzo dingin.

"Jadi maksud dokter kelelahan dengan emosi yang tak terkontrol itu karena lo sama dia abis bertengkar?", tanya Alvero.

Anggukan diberikan Xaviero.

Alvaro yang mendengar itu meninju kuat wajah Xaviero hingga Xaviero jatuh terduduk dilantai.

BUGH

Xaviero tidak melawan karena menurut nya itu pantas dia dapatkan.
Kevin segera menghentikan itu.

"Udah tahan emosi lo, jangan pake kekerasan kita tanya Keela kalo udah sadar", nasihat Kevin.

Nafas Alvaro memburu dengan emosi dia meninju tembok untuk pelampiasan amarah nya yang bergejolak.

"Udah woi varo tangan lo bisa luka", ucap Ardan menghentikan Alvaro.

Alvaro menghempas kasar tangan Ardan yang menahan nya dan bersandar di tembok sembari melihat Ila yang masih terpejam di ruangan nya.

The AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang