4- Bukit Bintang

88 35 3
                                    


Happy Reading!

☁️🤍☁️

"Tolong buat gue percaya, bahwa tak
semua perempuan sama"

-Reynan Devan Ararya.

Seorang laki-laki dengan paras tampan nya, jaket hitam yang setia melekat pada tubuhnya, dia sedang berdiri dihadapan cermin kamarnya.

Dia menatap dirinya sendiri. Ada perasaan sedikit takut pada lubuk hatinya. Dia takut jika nanti bertemu dengan seseorang, seseorang itu merasa tidak sesuai dengan ekspektasinya. Secara mereka berkenalan melalui dunia virtual dan inilah saatnya mereka bertemu untuk yang pertama kali.

Tak jauh darinya ada orang yang menatap nya bingung. Tumben rapi, pikirnya.

"Rey," ujar Zidan dengan tangan yang masuk didalam saku celana nya menatap datar.

Seseorang yang sedang bercermin merasa dirinya terpanggil. Dia menoleh ke arah sumber suara. Zidan kembali menatap Reynan dengan penuh tanda tanya. Dia melirik manusia didepannya dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Reynan yang merasa risih pun mengalihkan pandangan nya ke arah cermin lagi.

"Ada yang salah sama penampilan gue?" tanya Reynan sambil merapikan jaket yang dia kenakan.

Zidan menggeleng pelan, Reynan yang dapat melirik dari sudut matanya pun hanya menghela nafas pelan.

"Lo emang mau kemana rapi begini?"

Reynan tersenyum tipis, dia menghadapkan dirinya tepat di depan Zidan. Reynan menepuk kedua pundak Zidan.

"Mau ketemu sama seseorang, lo diem aja disini sama Farel Aksa."

Tanpa menunggu jawaban dari Zidan, Reynan langsung meraih kunci motor dan helm full face nya segera meninggalkan pekarangan kost nya. Zidan yang masih terdiam didalam kostnya tidak berhenti dari rasa penasarannya.

Tiba-tiba Zidan teringat dengan isi handphone Reynan kemarin. Mengingat nama yang tertera di room chat tersebut mampu menambah rasa penasaran seorang Zidan.

'Nayerra Mecca, pasti orang itu yang Rey maksud,' batin Zidan.

❄️❄️

Sisi lain.
Perempuan yang sudah rapi dengan penampilan nya. Celana jeans, Hoodie hitam dan rambutnya yang ia biarkan tergerai sampai batas sebahu nya. Terkesan simpel namun tetap membuat cantiknya semakin nambah.

DIa meraih liptint yang berada dimeja riasnya. Dengan gesit dia mengoleskan sedikit pada bibir ranum nya.

Pukul 18.00 WIB, saatnya dia menemui seseorang.

Dia melangkahkan kaki nya menuruni anak tangga dan menghampiri kedua orang tua nya yang sedang berada di ruang keluarga. Kedua orang tua nya pun terkejut dengan kehadiran putrinya yang sudah rapi.

Da tersenyum menatap kedua orang tua nya. DIa hanya berniat untuk berpamitan.

"Mau kemana nih udah cantik aja," ujar Irwan-sang Ayah.

Sang Ibu pun juga tak lepas pandangannya ke arah putri pertama nya.

"Sama siapa tuh, tumben dandan cantik begini," tambah Anna- sang Ibu.

Nayerra yang merasa pun hanya tersenyum malu dan menutup wajah nya dengan kedua telapak tangannya.

Perlahan dia mengulurkan tangan nya tepat di depan Irwan dan Anna.

Healer of All Wounds [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang