18- ⚠️

63 23 0
                                    


Happy Reading!

☁️🔮☁️

Langit senja berubah menjadi langit malam. Bintang dan bulan yang selalu menerangi malam kini tidak menampakkan diri nya dengan jelas. Hembusan udara malam yang sangat dingin menusuk kulit para penghuni bumi.

Seorang gadis perempuan dengan pakaian serba hitam nya tengah berdiri di depan gedung yang sangat tinggi namun terkesan menyeramkan. Gedung minim lampu dan cahaya serta binatang-binatang kecil meramaikan tempat itu. Rumput yang sudah lumayan tinggi serta pohon besar yang sangat rindang menambah kesan gedung menjadi lebih menakutkan.

Dia memerhatikan gedung tua yang ada di depannya dengan tatapan intens nya. Air keringat dingin sudah bercucuran menetes dari kening nya. Dia mengusap kasar wajahnya, beralih dia menyipitkan mata nya memerhatikan pintu besar yang tengah terbuka dengan sendirinya.

Dia mengedarkan pandangan nya di tempat itu, kaki nya melangkah lebih mendekat dari pintu besar yang ada di tengah bangunan. Rumput-rumput yang tumbuh di depan gedung itu menyambut kasar kaki gadis ini.

Gadis ini berdecak melihat ke bawah. "Tempat apaan sih."

Prok prok

Suara tepuk tangan menyambut nya ketika dia sudah berdiri tepat di depan pintu yang sudah terbuka itu. Tubuhnya bergetar hebat ketakutan. Dia menatap ke arah dalam yang sangat gelap. Perlahan ada suara langkah kaki yang semakin lama semakin mendekat.

Dia membuka mata nya lebar melihat ke arah dalam. "Siapa dia?"

Sepasang kaki dari arah dalam berhenti tepat di depan pandangannya. Gadis ini menatap intens pemilik kaki itu dari bawah sampai atas. Jantung nya memompa lebih cepat ketika melihat seorang perempuan yang terlihat seumuran dengannya. Perempuan itu menatap dirinya dengan tatapan senyum licik.

"Sheevana Nayerra Mecca, selamat datang," sambut nya.

Nayerra menelan saliva nya kasar. "Lo...lo siapa?"

Perempuan ini mengulurkan tangan nya di pundak Nayerra dan mengusapnya pelan. Senyum licik tidak pernah pudar dari wajah nya. Pakaian yang sama dengan Nayerra memakai serba warna hitam, rambut yang dia kucir satu, anting dan kalung yang lumayan besar.

"Apa gue perlu memperkenalkan identitas asli gue?"

Nayerra menepis kasar tangan perempuan itu dan beralih menatap wajah yang ada di depannya dengan tatapan tajam nya.

"Perkenalkan gue..." Dengan sengaja perempuan ini memberi jeda bicara nya dan mendekatkan dirinya lebih dekat dengan Nayerra. Mulutnya mengarah di depan telinga Nayerra tepat.

"Olivia Davine Alexandra."

Tubuh Nayerra menegang ketika kalimat itu menusuk gendang telinga nya. Olivia tersenyum miring dan menjauh kan wajah nya.

Nayerra menggeleng untuk menetralkan rasa tegang nya. "Gue ga kenal sama lo!"

"Gue yang ngirim pesan itu ke lo, gue emang mau lo datang kesini sendiri, gue kira lo ga akan berani."

"Ternyata suhu," tambah nya dengan tepuk tangan nya.

Deg

Nafas Nayerra semakin tidak teratur, kedua tangan nya mengepal kuat matanya masih menatap lekat Olivia.

"Tujuan lo apa? Gue sama sekali ga kenal sama lo," ketus Nayerra.

"Mau tau tujuan gue bawa lo kesini apa?"

Nayerra mengangguk ragu.

Olivia tersenyum miring. "Balas dendam."

Suara kicauan burung semakin terdengar riuh, burung gagak beterbangan bebas mengelilingi gedung tua itu. Hembusan angin yang semakin kencang membuat sekujur badan merinding.

Healer of All Wounds [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang