31- Tiga Mawar.

54 24 3
                                    


Happy Reading!

💐🤍🔮

"Sudah sampai," ucap Reynan sembari melepas helm nya. Mereka sudah sampai di rumah Nayerra setelah menghabiskan waktu nya yang lumayan lama bersama sahabat dan anak-anak kecil itu.

Dia memandangi lekat gadis kesayangan nya yang sedang berdiri di depan nya. Tatapan mereka bertemu dan terikat cukup lama. Di antara mereka seakan-akan tidak ingin melepas tatapan nya. Tangan Nayerra yang sedang mendekap helm nya pun mengepal. Karena tidak kuat lagi, akhir nya Nayerra memilih memutus tatapan nya sepihak dan mengedarkan di sembarang arah.

Reynan terkekeh, tangan nya terulur mengelus kepala Nayerra lembut. Nayerra tersadarkan, dia kembali menatap Reynan dalam tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.

"Na, bulan depan kita satu atap," celetuk Reynan.

Nayerra mengusap wajah nya dengan tangan kanan nya. "Gue tidur nya dekat tembok!"

"Ga mau, itu gue lo ga boleh," tolak Reynan dengan menggelengkan kepala nya.

"Yaudah kita beda kamar nanti," goda Nayerra dengan senyum jahil nya.

Dengan cepat Reynan menggelengkan kepala nya tidak menyetujui nya.

"Ga!" Reynan masih berusaha keras menolak nya. Nayerra pun tidak menjawab dan memilih memanyunkan bibir nya ke depan. Tatapan Reynan tidak fokus ketika melihat bibir Nayerra yang terlihat segar, pink ranum yang cantik dan tidak terlihat pucat sama sekali.

Reynan menggeleng mengusir pemikiran kotor nya.

Bulan depan kok, sabar.

"Ngapain lihat-lihat?" tanya Nayerra dengan nada suara nya yang terdengar sedikit ketus.

"Lucu," gumam Reynan.

Pipi Nayerra bak kepiting yang sedang di rebus. Perlahan merah merona muncul di permukaan kedua pipi nya. Dia lagi-lagi mengusap wajah nya dengan salah satu tangan nya dan mengalihkan pandangan nya di sembarang arah.

"Pulang gih," ucap Nayerra berniat mengusir nya.

Kalau tidak segera menjauh pasti Nayerra yang akan pingsan di tempat melihat Reynan yang terus menatap wajah nya tanpa berkedip.

"Ngusir hm?"

"Bodoamat!"

"Mau bunga mawar pink ga?" tawar Reynan.

Sedetik kemudian, Nayerra mengangguk kepala nya cepat. Tangan kanan nya mengguncang lengan Reynan kuat.

"Ayo beli bunga nya!" antusias nya.

Reynan mengangguk dengan senyum jahil nya. "Cium buat gue mana dulu?"

Lagi-lagi Nayerra dibuat tersipu malu. Tidak di ragukan lagi pipi Nayerra yang terlihat memerah karena ulah dari Reynan. Tanpa aba-aba Nayerra mendekatkan wajah nya di depan wajah Reynan. Jarak yang sangat dekat antara kedua nya. Bahkan bergerak sedikit saja hidung mereka sudah saling bersentuhan.

"Heh belum sah!" seru seorang laki-laki yang berjalan menghampiri kedua nya. Dengan spontan Nayerra menjauh kan wajah nya dan merapikan anak rambut nya yang berantakan.

Healer of All Wounds [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang