9- Hujan dan air mata

88 29 0
                                    


Happy Reading!

☁️🤍☁️

"Nekat mencintai hujan, walau tak
tahan dingin : ternyata benar,
'aku sakit' "

Langit mendung seperti menggambarkan kemuraman. Ada ketidak pastian di sana, ada keraguan di sana. Ya mungkin seperti ketika melihat awan yang menjadi abu, gumpalan awan yang tadinya putih seperti kapas kini menghitam seakan kerasukan roh jahat, yang seakan menyuruhmu untuk bersiap diri untuk menghadapi apa yang akan terjadi kemudian kalau tidak mengambil keputusan.

Tapi di sisi lainnya ada juga yang menganggap langit mendung adalah suasana langit yang terbaik. Mungkin bagi mereka, mendung itu teduh. Ya, mendung juga bisa menorehkan senyuman, bahkan rasa rindu.

Suasana langit mendung adalah suasana terbaik bagi seorang yang sedang hancur dalam perasaan nya. Seperti Nayerra saat ini. Weekend sudah usai saatnya dunia berjalan seperti biasanya. Anak sekolahan kembali ke sekolahnya sebagai rumah kedua, begitu juga dengan Nayerra dan ketiga sahabatnya.

Nayerra dan ketiga sahabatnya saat ini sedang duduk melamun di rooftop sekolah. Pelajaran usai beberapa jam yang lalu dan saat ini harus nya adalah mereka pulang ke rumah masing-masing untuk melepas penat. Tetapi tidak dengan perempuan keempat ini. Mereka memilih untuk tetap stay di rooftop sekolah.

Nayerra duduk di bangku paling pojok dengan tatapan kosong yang di depannya. Sedari tadi Dara dan Nora mengoceh tidak jelas tetapi bagi Nayerra itu hanya angin lalu. Sedangkan Angel? Dia hanya sibuk dengan buku novel yang ada ditangannya. Bahkan Nayerra pun melupakan dunia fiksi nya itu.

"Gais lihat langit itu, mendung ya," celetuk Nora tiba-tiba dengan posisi mendongak menatap langit. Pandangan ketiga nya pun juga mengikuti arah pandangan Nora.

"Mendung belum tentu hujan, bahkan langit yang terlihat cerah aja bisa menurunkan hujan, lucu tapi begitu faktanya," sahut Dara.

Angel menatap Dara dan Nora lalu beralih menatap Nayerra. Tak bisa dibohongi dari tatapan Nayerra. Nayerra penuh menyimpan lara di dalam hatinya. Entah mengapa Nayerra merasa perempuan paling tersakiti di dunia ini, dan hanya perihal cinta? Munafik.

"Kesenduan hujan memicu keinginan untuk merenung, menyelami emosi yang mungkin tersembunyi dalam hati, terkemukakkan dengan sangat rahasia, namun mungkin terbaca juga dari hela nafas atau binar mata yang berbeda kala memandang hujan," jelas Angel panjang lebar menatap manik mata dalam Nayerra.

Tak lama langit mendung benar saja mengeluarkan air yang sedari dia tahan. Hujan turun dengan derasnya begitu saja tanpa ijin penghuni bumi. Bahkan hujan sudah mengguyur Nayerra dan sahabatnya hingga basah kuyup.

"Kita neduh daripada sakit nanti," ucap Angel sembari mengamankan novel miliknya.

Dara dan Nora mengangguk mengikuti perintah dari Angel. Tetapi Nayerra? Bahkan dia paling basah kuyup disini.

"Na? Are you okay?" tanya Dara menepuk pelan pundak Nayerra.

Nayerra menggeleng pelan dengan tatapan yang menatap hujan. Bahkan Nayerra pun mendongak membiarkan air hujan mengguncang wajahnya.

"Nayerra gue tahu perasaan hati lo saat ini tapi lo dengerin gue jangan sakiti diri lo sendiri," geram Angel menatap sinis Nayerra.

Healer of All Wounds [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang