20- Terpisah keadaan

43 23 0
                                    

Happy Reading!

☁️🤍🪐

"Jangan buat dia sakit ya hujan, dekap kesedihannya ya?"

-Sheevana Nayerra Mecca-

"Beritahu gue nanti bagaimana indah nya surga Oliv"

-Reynan Devan Ararya-

Malam yang sangat mencekam terlebih kejadian yang membuat semua orang masih tidak percaya. Terutama di hati seorang laki-laki yang saat ini sedang terduduk di samping sebuah makam bertulisan nama masa lalu nya di batu nisan yang sudah terkubur separuh.

Olivia Davine Alexandra

Reynan menatap tulisan itu yang terpahat di batu nisan. Tangan nya terulur memberikan bunga di gundukan tanah serta air yang dia siram di makam itu.

"Olivia selamat jalan, gue...berdoa yang terbaik untuk lo, tidur lo panjang Oliv, tenang disana ya?"

"Beritahu gue nanti bagaimana indah nya surga Oliv," lirihnya.

Reynan mengusap mata nya yang sudah berkaca-kaca. Pandangannya masih menatap gundukan tanah serta batu nisan bertulisan nama mantan kekasih nya itu.

Reynan mendongak menatap langit. "Oliv di atas sana, dan Nayerra? Lo dimana?"

Tes

Air mata nya sukses menetes dari sudut mata nya. Dia mengusap pipi nya pelan dan beralih menatap makam yang ada di depannya itu. Reynan mengelus batu nisan dengan senyum getir nya.

"Dendam ga baik Oliv, sekarang lo udah bertemu dengan kakak kesayangan lo," ucap nya dan dia mulai beranjak meninggalkan pemakaman.

"Olivia, tugas mu udah selesai, lebih baik begini ya daripada dendam itu berlanjut?"

"Udah bertemu sekarang, tidur tenang liv."

Ucap Farel dan Aksa bergantian. Sedangkan Zidan hanya menatap datar pemakaman itu.

Mereka memang sedari tadi menemani Reynan di pemakaman. Namun mereka membiarkan Reynan untuk mengeluarkan semua isi hati nya di depan gundukan tanah itu.

Langit yang tadi nya cerah berubah menjadi langit abu tua yang di sertai kerlipan petir menandakan hujan akan tiba. Mereka beranjak menyusul Reynan dan segera meninggalkan area pemakaman itu.

Reynan mengendarai motor nya dengan kecepatan di atas rata-rata. Sesekali dia menoleh ke atas yang semakin lama langit semakin gelap. Setetes demi setetes air hujan berhasil mengguyur bumi dan penghuni nya.

Dia berhenti di pinggir halte untuk meneduh karena hujan semakin deras menghantam. Zidan, Farel, dan Aksa juga mengikuti untuk meneduh di halte itu.

"Hujan deras banget buset," celetuk Farel dengan mengusap kedua lengannya.

"Hujan kan rahmat," balas Aksa.

"Tapi gue punya teman nama nya rahmat pernah gue tanya katanya dia bukan hujan," cerocos Farel dengan mengetukkan jari telunjuk nya di dagu nya sendiri.

"Yang lagi hujan tuh Reynan," gumam Aksa.

Zidan menatap kedua nya bergantian. Sedangkan Reynan masih menatap kosong area jalanan yang sudah basah itu. Beberapa pengendara yang berlalu lalang pun juga memilih untuk berteduh di sekitar halte. Ada yang di depan toko, dan ada juga yang duduk di halte yang sama dengan Reynan dan sahabat nya.

Healer of All Wounds [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang