13- Ancaman

46 24 0
                                    


Happy Reading!

☁️🤍☁️

Seorang laki-laki berjubah hitam, masker dan kaca mata yang menutupi seluruh pahatan wajahnya sedang duduk di atas bangunan kosong yang tinggi. Dia menatap penghuni bumi yang sedang berlalu lalang di bawah nya. Beralih dia menatap langit malam yang dihiasi dengan bintang-bintang dengan tatapan kosong nya.

"Gue jahat?" gumam nya.

"Kita bukan penjahat, tenang saja."

Suara perempuan yang berada dibelakang nya mampu membuyarkan dari lamunan nya. Dia berdiri dan membalikkan tubuhnya ke belakang. Terlihat perempuan dengan rok hitam pendek selutut dan kemeja hitam yang melekat pada tubuhnya. Kaca mata yang bertengger di hidung mancung nya serta rambut yang dia kucir satu mampu menambah kecantikannya.

Perlahan dia melepas kaca mata hitam nya dan dia lempar di belakang tanpa arah. Perempuan ini melangkahkan kaki nya mendekati seorang laki-laki yang sedang berdiri di depannya.

Tatapan mata manik hitam dan mata manik brown bertemu dan berlangsung cukup lama. Seorang laki-laki pemilik mata manik hitam menatap perempuan pemilik mata manik brown dengan tatapan yang sangat dalam. Masing-masing mencari arti dari tatapan tersebut.

"Lalu dengan tindakan seperti itu selain disebut jahat pantasnya disebut apa lagi?" sindir laki-laki itu.

"Bodoh kalau lo memilih sakit hati daripada bertindak mendapatkan apa yang lo mau!" tegas perempuan itu.

"Memaksakan seseorang bukannya itu juga tindakan bodoh nona?" elak si laki laki.

Perempuan ini menarik salah satu sudut bibirnya. Tatapan yang meremehkan dia lemparkan kepada seorang laki-laki yang sedang bersama nya.

"Gue ga maksa, gue hanya dendam!" tegasnya.

"Gue cinta!" ucap si laki-laki tak mau kalah.

"Adil sayang? gue karna dendam dan lo karna cinta," jelas perempuan ini.

"Tidak akan berhasil kalau seperti ini terus cara nya, kita harus melakukan lebih u know?" ucap si perempuan dengan senyum smirk nya.

"Apa rencana lo setelah ini?"

"Lo harus melibatkan orang terdekatnya!"

Bugh

Satu pukulan melayang dengan sangat tepat sasaran di pipi kanan si perempuan. Laki-laki ini mengeraskan rahangnya dan kedua tangan yang mengepal sehingga memperlihatkan otot nya yang menonjol di punggung tangannya.

"Gue bisa bunuh lo malam ini juga kalau lo mau?" tawar si perempuan ini dengan nafas yang tersengal sengal.

"Menghadapi perempuan licik seperti lo ini harus dengan kekerasan!" tegasnya.

"GUE JUGA BISA BANTU LO DAPETIN NAYERRA BEGO!" teriak perempuan ini dengan lantang. Bahkan burung burung yang sedang menikmati udara malam di pepohonan pun terkejut dengan suara yang menggema. Burung burung pun juga berterbangan tanpa arah karena ulah suara perempuan itu yang menganggu nya.

"Gue ga mau tau setelah ini, libatkan siapapun orang terdekatnya! Dan siapa perempuan yang kemarin sempat menjadi pelampiasan lo? Mungkin dia orang yang tepat!" ucap si perempuan ini dan berlalu meninggalkan laki-laki itu sendirian.

Healer of All Wounds [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang