[Saya sarankan untuk membaca chapter sambil mendengarkan musik Scott street.]
"Hidup adalah kesempatan, jadi jangan disia-siakan."
.
.
.
.
Tiga tahun kemudian.
Kini pulau Rintis telah berganti Era. Dan Era kali ini sungguh memuaskan dan makin maju setelah pergantian pemerintah.
Para penduduk menjalani kehidupan di sana dengan biasanya, meskipun peraturan dan pembangunan sudah diubah. Bahkan pendidikan di sana menerima anak-anak yang kurang mampu akhirnya bisa bersekolah tanpa diberi biaya.
Tidak hanya dengan biaya, mereka juga mendapatkan beasiswa yang dapat bebas untuk sekolah dimanapun. Mau dari dalam maupun luar rintis.
Namun, ketujuh pemuda yang siapapun dikenal tidak mengambil beasiswa hanya untuk melanjutkan pendidikan. Mereka masing-masing menggunakan cara sendiri untuk masuk pendidikan tinggi. Hal ini juga akhirnya bisa masuk ke universitas favorit mereka.
Ya, universitas favorit. Sekarang mereka menjalani liburan semester dengan kembali ke kampung halaman mereka. Tempat dimana mereka tumbuh dewasa... bersama orang yang mereka cintai.
Mereka masing-masing jelas berada di jurusan berbeda. Tidak ada komentar hal itu, karena mereka masuk sesuai keinginan dan kemampuan mereka. Tapi syukurlah, tidak ada kata 'penyesalan' walaupun di beri seribu keluhan tentang masa perkuliahan mereka.
Sudah hari keempat mereka berada di rumah. Anehnya, tidak ada satupun yang keluar dari sana terkecuali ada kepentingan dapur. Amato dan Istrinya senang mereka bertujuh pulang dengan keadaan membaik.
Tapi disisi lain, Amato masih memiliki hati yang tersayat ketika ketujuh putranya masih tampak runyam. Mereka berbicara sesingkat-singkatnya saja dan ekspresi mereka masih kosong. Istrinya mewajarkan Amato bahwa kemungkinan ini adalah tahap dewasa mereka.
Semua anak-anak jika menginjak kedewasaan, pasti akan berubah. Contohnya author mereka sendiri yang sebentar lagi menginjak dunia kerja.
.
.
.
Suasana pagi kini datang dengan dengan tentramnya. Keluarga Amato menjalani pagi dengan biasanya. Tidak ada keributan, hanya sekedar obrolan sederhana di ruang makan.
"Jadi, kapan kalian akan kembali Kuala lumpur?" Tanya Amato membuka topik setelah menyeruput kopi panasnya.
Blaze berdecih sekilas, "apa sih, ayah. Kita ini baru balik loh. Ini juga sudah empat hari ini kita disini."
"Ayah Kan cuma nanya doang."
"Huft, kita masih belum memikirkan untuk balik kesana. Kami sekarang memilih healing dulu selama seminggu," Terang Halilintar sambil memakan rotinya.
"Benar. Kami juga bertujuh sudah sepakat untuk keliling-keliling di luar perbatasan perkotaan," ujar Gempa yang berada di samping bundanya. Amato menaiki alisnya bingung karena ketujuh anaknya tiba-tiba ingin healing.
"Sambil piknik!" Seru Thorn dengan mengangkat kedua tangannya ceria. Inilah ekpresi yang mengejutkan namun dirindukan oleh Amato.
"Tidak lupa juga sambil main sepak bola!" Timpal Taufan, diangguki dengan Blaze.
"Yah, aku harap semuanya ikut termasuk manusia kebo ini," Ketus Solar sambil melirik Ice yang tiba-tiba menghilangkan rasa ngantuknya.
Pemuda itu menyengir dan sering tahu ia yang selalu ketiduran membuat kegiatan kebersamaan jadi tertunda. "Hehe..." tawanya canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Near You (Boboiboy Elemental X Reader)✓
Hayran KurguBoboiboy x reader Kamu adalah [name]. Sinopsis : Setelah keluarganya dibantai, dia menjadi bungkam dan memilih waktu sendiri sambil memainkan music boxnya. Kemudian Selama bertahun-tahun tinggal bersama keluarga barunya, [name] tiba merasakan akan a...