Sepulang sekolah, Yasha memasuki rumah nya dengan lesu. Dia sangat tidak bersemangat, dia muak jika harus pulang kerumah yang rasanya seperti neraka. Dia juga kesal dengan dirinya sendiri, apalagi dengan fakta bahwa dia tidak bisa melawan orang tua nya sendiri.
"Serius nih gue harus ngadepin tua bangka itu lagi? gue capek banget." Yasha bermonolog dengan lesu.
Dengan menghela nafas panjang, Yasha berjalan masuk hendak kekamar nya. Berjalan melewati kedua orang tua nya yang beberapa waktu ini di rumah terys, sebenar nya Yasha sendiri bingung tumben sekali mereka di rumah. Biasa nya tak sampai seminggu, kedua nya sudah pergi entah kemana.
" Yasha, duduk!" perintah sang Ayah mutlak, sebenar nya Yasha tidak ingin duduk bersama mereka.
Dia tau ujung dari ini adalah hal buruk untuk nya, hari ini Yasha sungguh tidak ingin merasakan sakit apapun dia belum siap.
Yasha berjalan melewati mereka, menulikan pendengaran. Menganggap seakan tidak ada siapa pun, Biar lah di anggap durhaka. Namun baru beberapa langkah di anak tangga, diri nya sudah di panggil kembali. Kali ini dengan nada penuh penekanan sekaligus ancaman,
"Yasha Keyvara Caleesta! Kesini atau kamu mau saya masuk kan keruangan itu lagi!" berang sang Ayah dengan ancaman yang mampu membuat Yasha mematung, ruangan yang sangat Yasha benci.
Rasa nya Yasha ingin menghancurkan ruangan tersebut, namun dia tidak bisa. Jika pun dia bisa sudah di pastikan esok dia tidak akan bisa melihat matahari lagi.
"Tua bangka sialan." Yasha mendesis dengan pelan.
Dengan tangan yang sedikit bergetar yang Yasha sembunyikan di belakang tubuh nya, Yasha pun berjalan menghampiri mereka. Mata nya pun sudah mulai memanas, sialan dia tidak bisa tenang seperti biasanya. Dia.......,terlalu takut mengingat trauma tentang ruangan tersebut.
"Saya tidak akan berbasa-basi, saya mau kamu harus bisa masuk kelas tersebut apapun cara nya, jika tidak bisa lolos awas saja saya akan bikin perhitungan sama kamu. Camkan itu!" ancam sang Ayah sembari menatap kearah Yasha tajam.
"kebetulan gue juga berniat masuk kelas itu, lo ga perlu khawatir tua bangka." Yasha membatin.
"Jangan jadi anak nakal, Yasha. Saya tau semalam kamu menyusup ke sekolah, bagaimana sudah ketemu yang kamu cari hm?" tanya sang Ayah sekali lagi dengan nada mengejek nya, bahkan Ibu nya sendiri tersenyum sinis kearah dia.
"Lah? dia tau? bagaimana bisa?!"
Yasha sendiri di buat geram, tcih keluarga macam apa yang selalu menyiksa anaknya sendiri tapi tuntutan ini itu? Mungkin jika jawaban nya mereka Yasha akan setuju paling keras, Yasha di perlakukan buruk selama ini. Bahkan julukan Iblis lebih cocok untuk kedua orang tua nya.
"Bagaimana anda tahu? Tuan Mahendra yang terhormat, bukan kah anda cukup sibuk untuk mengurusi hal kekanakan seperti ini?" ketus Yasha, pertanyaan yang selama ini Yasha pendam akhirnya terucap juga.
Sebuah pertanyaan yang selalu ada di pikiran Yasha, tentang bagaimana kedua orang tua nya tahu tentang nya selama ini. Padahal dulu mereka hanya selalu memperhatikan anak emas mereka, bahkan melirik Yasha pun anti seakan-akan Yasha adalah sampah menjijikan.
"Ternyata benar, kamu tidak akan bisa melakukan segala hal sesuka kamu. Bahkan direktur sekolah kamu lebih pintar dari kamu, usaha kamu dan anak-anak ingusan itu hanya sia-sia." sang Ayah berkata dengan raut wajah meremehkan kearah Yasha, Yasha meremas erat bagian bawah rok nya hingga kusut tanda dia menahan emosi yang hendak meledak.
"Yah, saya harap kamu tidak melakukan hal bodoh, walaupun saya tahu kamu memang bodoh. Setidak nya lakukan hal yang berguna!" maki sang Ibu tepat menusuk hati Yasha sebelum meninggalkan Yasha dan menyusul suami nya yang sudah pergi.
Yasha berlari kearah kamar nya, menutup dan mengunci pintu. Dia luruh seketika, bagaimana ada keluarga yang menghancurkan mental anak nya sejauh ini?
Kembalikan kehidupan Yasha yang dulu, walaupun hanya sekedar bayang-bayang sang kakak. Setidak nya itu semua lebih baik, Yasha bangkit menuju ke bawah kasur. Mengambil sebuah kotak lalu membuka nya, disana ada kalung berliontin kunci dan kupu-kupu pemberian dari kakak nya.
"Gue butuh lo kak!"
Disisi lain Laura.....
Sepulang dari sekolah, dengan hati berbunga-bunga milik nya Laura melangkah kan kaki nya menuju rumah. Dengan senyum mengembang, diri nya berjalan kedalam rumah. Dengan tergesa-gesa, diri nya bahkan beberapa kali haru tersandung akibat langkah nya sendiri.
Laura memutuskan untuk menuju kekamar tanpa berganti pakaian terlebih dahulu, bukan kamar nya melainkan kamar adik nya. Hal yang tak banyak orang tau, Laura bukan lah anak tunggal melainkan seorang kakak yang memiliki seorang adik laki-laki yang sangat di sayangi. Adik yang hanya terpaut beberapa bulan saja, namun adik nya seakan tidak di anggap.
"Kakak pulang!" seru Laura seraya memasuki kamar sang adik, namun diri nya tersentak saat tak melihat adik nya. Laura khawatir, adik nya sedang tidak terlalu sehat.
"Kamu dimana? Lihat kakak bawa banyak Snack yang kamu minta." Laura kembali berseru sembari menenteng kantong kresek di tangan nya. Merasa tidak ada yang menanggapi Laura mulai panik.
Laura berlarian mencari adik nya, namun tak kunjung ketemu. Semua ruangan dia cari, bahkan sampai di gudang pun dia cari. Namun di ruang tamu, diri nya melihat kearah orang tua nya yang sedang bersantai.
"Adik gue dimana?" tanya Laura mendesak sembari menatap tajam kearah kedua nya, namun itu tak membuat kedua nya marah.
"Tidak tahu, dia sudah besar. Tidak harus di cari seperti anak kecil Lau," sang mamah menjawab sambil menatap kearah Laura sembari menyampir kan jas khas dokter nya di sofa.
"Lagian kamu kakak nya, bagaimana bisa tidak tahu, Lau?" tanya sang papah yang membuat Laura menggeram kesal, sebenarnya tidak sopan kearah orang tua seperti itu. Namun apa peduli Laura?
Lagian bagaimana bisa ada orang tua yang tidak khawatir di saat anak nya menghilang? Bahkan keadaan anak nya pun sedang tidak sehat, Laura heran dengan kedua orang tua nya. Terlalu memikirkan penelitian di banding anak nya sendiri, sebenar nya apa yang mereka teliti?
"JUSTRU KALIAN LAH ORANG TUA NYA!" berang Laura.
Laura lama-lama geram sendiri, tanpa mengganti seragam terlebih dahulu. Laura berlari keluar rumah meninggalkan kedua orang tua nya, mencari keberadaan sang adik, di sekitar taman terdekat hingga yang terjauh. Dia juga mencari ke segala penjuru komplek, mungkin saja adik nya bermain dengan tetangga?
Bahkan beberapa tempat Laura kunjungi, hingga petang pun mulai datang. Namun Laura tak kunjung menemukan keberadaan sang adik, dia terpaksa harus pulang dengan kekecewaan yang menghampiri. Dia akan mulai mencari lagi besok hari ini sudah terlalu larut untuk mencari, mungkin akan minta bantuan Yasha atau Abbyan. Hari ini sungguh melelahkan kan untuk nya, semoga saja Laura harap sang adik tidak kenapa-kenapa.
Sesampai nya di rumah, Laura langsung membersihkan diri. Dia juga menyempatkan kan kekamar sang adik, harap-harap sang adik ada di dalam nya. Namun nihil, tidak ada tanda kehidupan disana bahkan ruang kamar tersebut tampak suram akibat cahaya yang masuk hanga cahaya bulan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT GIRL? YEAH IT'S ME (revisi)
Short StoryHATI-HATI NANTI BINGUNG SENDIRI‼️‼️ Kalian pernah tidak disuruh untuk jadi orang lain? rasanya bagaimana? tidak enak bukan? sama seperti Yasha yang harus di paksa oleh keluarga gilanya untuk menjadi persis seperti kakak nya yang menghilang begitu sa...