"Gue ga boong, sumpah deh." Abbyan mengungkapkan.
"ya kalau lo bener, berarti kita bisa aja jadi eksperimen mereka kan?" gumam Yasha.
Laura yang merubah wajah nya menjadi cemas, sial kenapa malah menjadi begini? tuhan cobaan apa yang kau berikan pada hamba mu yang bahkan sudah banyak beban hidup. Ingin rasa nya Laura menangis dan pulang, namun diri nya masih tertahan disini.
"Harusnya ngga, bukannya mereka ngambil beberapa di setiap angkatan? Kecuali angkatan waktu itu, cuman dua kalau ngga salah." Jayden menimpali.
Yasha kembali terdiam, kalau hanya di ambil satu harus nya dulu kakak nya dan kakak nya berhasil kabur. Berarti dulu kakak nya ngorbanin orang lain, tapi mengapa sekarang mereka ambil 3 murid sekaligus?
"Gue ga yakin, tapi mereka udah ambil tiga. Mereka mau ngambil lagi gitu, Abby?" tanya Laura.
"Dari yang gue denger gitu, makanya gue bilang kabur. Tapi keputusan ada di kalian, Sha lo sebagai ketua kelas tau harus apa?" Abbyan malah bertanya kearah Yasha.
Abbyan tau mereka akan sulit membuat keputusan, apalagi ini tahun terakhir dan jadi penentu mereka dimasa depan. Hanya saja jika salah satu di antara mereka akan kah mereka rela? Abbyan memutuskan biarlah sang ketua kelas yang memimpin layak nya pemimpin, Abbyan tau Yasha tidak mungkin se gegabah itu dalam keputusan yang dia buat.
"Kita tetap disini!" jawab Yasha tegas.
Dia harus menunjukkan sisi wibawa nya, sebagai ketua kelas apapun keputusan yang diambil pasti akan berdampak kepada mereka selagi masih di The Chosen Classroom.
"Kenapa? Peluang untuk kita kabur masih besar, jangan bodoh. Gue tau kalian sebenernya juga ga seberani itu kan?" sergah Jayden.
Laura menatap tidak suka kearah Jayden, dari awal dia memang tidak suka dengan watak lelaki itu. Disatu sisi dia terlihat begitu mencintai sahabat nya namun disisi lain terlihat seakan hanya memanfaatkan.
Abbyan pun kesal dengan Jayden, tidak tahu saja apa yang telah mereka lalui dulu nya. Bahkan lelaki itu hanya orang asing yang maksa ikut dalam setiap yang mereka lakukan, menjengkelkan memang disaat kita optimis tapi ada saja yang menjatuhkan.
"Temen kita tertahan, dan lo mutusin kabur? egois berarti lo, lebih mentingin diri sendiri. Dan gue benci orang yang punya sifat egois kek lo!" cetus Yasha sembari menatap Jayden tanpa minat.
Jayden mengepalkan tangan nya erat, shit dia lupa disini dia tidak punya teman. Mau bagaimana pun dia akan kalah jika seperti ini, apalagi Yasha yang terus terang tentang ketidak sukaan nya terhadap dirinya. Harus nya dia bisa menjaga mulut agar tidak asal bicara, hancur sudah image cowo anti egois yang dia bangun.
"Rencana mau jalan kapan?" tanya Laura mengalihkan perhatian.
"Sekarang! Kalian siap?" lontar Yasha dengan senyum miring nya.
Abbyan dan Laura mengangguk, senyum jahat terpatri di bibir mereka. Jayden pun terpaksa ikut, dia tidak bisa berpura-pura tutup mata saat melihat temannya di penuhi ambisi.
Jayden dan Laura menyelinap mengikut head master yang diam-diam keluar, bahkan mereka terus mengikuti dari belakang tempat dimana tujuan head master. Menyusuri hutan yang gelap suara raungan binatang dan serangga menjadi teman mereka berdua, Laura sedikit bergidik ngeri dibuat nya.
Sembari menggenggam ujung seragam Jayden, Laura terus berjalan dengan cukup cepat dan berusaha tidak menimbulkan bunyi. Hingga sampai lah mereka pada sebuah gerbang, Jayden kira ini lah gerbang keluar dari hutan. Nyata nya bukan gerbang keluar menuju kebebasan melainkan neraka!
"Jayden, puter balik yok? Kita ga mungkin cuman berdua, kalau ketahuan mampus kita!" bisik Laura menarik-narik ujung seragam Jayden.
"Diem Lau, nanggung. Kita udah sampai sini, percuma kalau balik juga gue ga inget jalannya." Jayden menimpali dengan berbisik.
Laura pun hanya mendengus kesal, "sialan!" umpat nya hingga tak sadar bahwa dia dan Jayden kehilangan jejak dari head master.
Mereka berdua kelimpungan mencari dimana keberadaan head master, sedikit berkeliling mereka menemukan sebuah rumah. Rumah yang tampak menyeramkan seperti rumah hantu di film-film, mereka pun memasuki rumah tersebut dengan pelan-pelan.
Saat mereka sudah masuk agak jauh, pintu tiba-tiba saja tertutup dengan keras. Mereka berbalik, betapa terkejutnya mereka saat mendapati head master berada didepan pintu yang tertutup.
Laura menelan ludah nya dengan susah payah, sial dia beneran ketakutan sekarang. Bahkan dia melupakan keberanian melawan orang tua nya saat dulu, menurut nya head master lebih mengerikan Laura rasa.
"Puas mengikuti saya?" ujar head master seraya tersenyum simpul.
"Ma-master, kita h-hanya em ki-kita." Jayden mengumpat kesal dalam hati, mengapa diri nya malah kikuk seperti ini bahkan tangan nya sedikit bergetar.
"Jay, gue takut!" bisik Laura.
Jayden menggenggam erat tangan Laura, kini mereka sama-sama takut. Sorot mata dari head master sudah cukup membuat nyali kedua nya menghilang ditempat.
Jayden menghembuskan nafas nya, "head master, kemana pergi nya teman kita?!" kata Jayden. Hanya kata itu yang mampu terucap di mulut nya.
"Teman kalian? Teman kalian tentu menjalani ujian lebih awal, mereka berkata ingin lulus duluan sebelum kalian." head master menjawab.
"BOHONG! mereka, mereka ga mungkin kayak gitu." Laura memekik seraya keluar dari belakang tubuh Jayden.
Head master pun tersenyum simpul, lagi-lagi hanya senyuman yang di berikan. Ah mereka jadi makin takut dibuat nya, apalagi hawa mencekam yang seakan mendukung mereka untuk semakin takut.
"Jujur saja head master, kembalikan teman kita! Mereka bukan hewan percobaan!" geram Jayden akan head master.
Head master pun menaikkan sedikit alis nya lalu tersenyum kembali, ternyata murid tahun ajaran kali ini adalah murid yang pintar mendekati jenius. Kembali tersenyum dengan sedikit lebar, head master pun mengangkat dagu nya seperti kode.
Mereka berdua langsung panik melihat senyum dan kode milik head master, waspada akan hal yang bisa saja terjadi.
"Kalian ga seharus nya tau, rasa penasaran kalian hanya akan jadi bumerang yang mematikan jika kalian mencari tahu lebih dalam." head master menuturkan.
Mereka berdua tentu saja sangat mengerti, maksud dari head master adalah mereka tidak boleh ikut campur. Baru saja hendak kembali melayangkan ucapannya, tubuh mereka langsung ambruk lemas tak berdaya.
"Ruby, Langit?!" pekik Laura tertahan.
Dengan senyum khas para master, Ruby dan Langit diam bak patung setelah membuat kedua nya lemas. Dan lebih mengejutkan Jayden dan Laura adalah Ivory yang ternyata maju seakan diri nya lah sang pemimpin, head master pun memerintahkan untuk membawa mereka pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT GIRL? YEAH IT'S ME (revisi)
Short StoryHATI-HATI NANTI BINGUNG SENDIRI‼️‼️ Kalian pernah tidak disuruh untuk jadi orang lain? rasanya bagaimana? tidak enak bukan? sama seperti Yasha yang harus di paksa oleh keluarga gilanya untuk menjadi persis seperti kakak nya yang menghilang begitu sa...