Setelah mendapat kabar dari Yasha, Abbyan pun dengan terburu-buru ke sekolah, sesampainya di sekolah dia langsung menuju ke rooftop tak lupa dengan paperbag di tangan nya. Dia juga memastikan keadaan kalau tidak ada siapapun, untung masih cukup pagi jadi para murid belum berangkat semua.
"Asha! Gue khawatir lo sama yang lain ketauan semalem!" seru Abbyan sambil menghampiri Yasha yang masih terduduk di rooftop sambil menatap langit.
"Gue sama yang lain kepisah tadi di lorong, " Yasha menjawab tanpa berbalik kearah Abbyan.
"Yang lain pulang semalem, tapi lo malah gada kabar. Kita semua khawatir lo kenapa-kenapa, eh tau nya malah nyasar disini." Abbyan berkata diselingi tawa pelan dengan menyodorkan paperbag di tangan nya, Yasha pun menerima nya dengan senyum tipis.
Yasha bangkit, hendak menuju ke toilet yang tak jauh dari rooftop. " Gue semalem ngejar seseorang, tapi gue kehilangan jejak nya gegara petugas sialan." Yasha terhenti sejenak sebelum meninggalkan Abbyan yang terdiam, berusaha mencerna apa yang di maksud oleh Yasha.
Merasa di tinggalkan sendirian, Abbyan pun melangkah pergi dengan bergerutu samar. Dia kesal dengan Yasha yang cuman setengah kasih informasinya, padahal bisa saja itu menjadi petunjuk untuk mereka.
Menurut nya Yasha itu terlalu banyak teka-teki, sifat nya pun mudah berubah-ubah, banyak sesuatu hal yang di tutupin tanpa orang lain tahu termasuk sahabat nya sendiri. Dia tau kalau Yasha sedang menyesuaikan diri menjadi pribadi yang ceria, dia harus meninggalkan sisi introvet nya sendiri.
Setelah berganti pakaian, Yasha pun langsung menuju kekelas. Namun sebelum kekelas dia sudah di beritahukan oleh teman nya untuk ke aula karena akan ada pengumuman, ada apa sebenarnya?
"Eyyo, Asha kul gue. Lo gapapa kan ya?" tanya Laura yang bersemangat seakan semalam tidak terjadi apapun, dia datang dengan Abbyan dan Jayden yang kebetulan ketemu sewaktu di lorong tadi.
Yasha mengangguk, tanda diri nya baik-baik saja. Laura pun merangkul Yasha, dia mengajak untuk ke aula bareng. Namun dia kalah cepat dengan Jayden yang sudah menggandeng Yasha dan membawa nya menjauh, hal tersebut membuat Laura menggerutu sebal akan tingkah Jayden yang main seenaknya saja.
Abbyan pun tak kalah sebal dengan Laura, bisa-bisa nya cowo ngeselin malah gandeng Yasha. Harus nya kan dia yang bersama Yasha, karena dia sahabat nya. Bukan orang asing yang tiba-tiba datang dan mengganggu, Laura dan Abbyan pun saling menatap lalu mengangguk. Mereka seakan satu pemikiran.
"Lo mikir yang gue pikirin?" celetuk Laura yang di angguki oleh Abbyan.
Setiba nya mereka di aula, banyak murid yang berbisik-bisik. Keadaan sangat ricuh, Yasha benci keramaian seperti ini rasanya ingin menghilang saja sekarang. Gendang telinganya juga terus berdengung, ingin rasa nya pergi seperti sebelum-sebelumnya jika saja tidak ada Jayden yang menahan nya.
Para guru dan sejumlah dewan pun sudah berdiri di depan sana, para murid dengan kompak langsung terdiam. Tidak ada yang berbicara, mereka menunggu apa yang akan di sampaikan oleh para dewan.
"Baik anak-anak, saya tidak ingin berbasa-basi disini. Disini saya selaku Kepala sekolah Smansa Pandawa ingin memberitahu bahwa kalian semua akan menjalan kan seleksi, seleksi yang sudah ada sejak bertahun-tahun lalu." Dia berbicara seraya tersenyum bisnis kearah banyak murid, salah satu murid pun mengangkat tangan nya untuk bertanya. Kepala sekolah pun mempersilahkan,
"Pak, bukan nya tidak ada seleksi seperti itu?" tanya sang murid dengan sopan, kepala sekolah pun tersenyum sebelum menjawab.
"Apa kamu dari kelas sebelas atau sepuluh? Seperti nya iya, baik biar Bapak beritahu. Mungkin seleksi ini sudah tidak asing lagi di telinga kakak kelas kalian yaitu kelas dua belas, setiap tahun seleksi ini memang di adakan secara tertutup. Hanya ada beberapa anak terpilih dari semua angkatan, jadi semoga saja kalian terpilih ya. Sekian dari saya, bisa di lanjut oleh lain nya." Sang kepala sekolah pun menyelesaikan pidato nya, tidak ingin banyak berbasa-basi dia pun langsung meninggalkan aula.
"Seleksi akan di adakan besok, jadi kita selaku guru dan staf sekalian mengucapkan semoga beruntung. Sekian dari kami, kalian bisa bubar dan kembali ke kelas masing-masing." Salh satu guru pun mengakhiri sesi pengumuman.
Mereka pun kembali kekelas masing-masing, kali ini saingan pasti akan berat. Walaupun para murid terlihat baik-baik saja nyata nya, para murid sedang stres untuk bisa mengikuti tes dan lolos tes. Mereka pasti memiliki ambisi agar bisa masuk kekelas tersebut, terutama anak kelas XII. Mereka tahu bahwa lulus dari kelas tersebut, masa depan mereka sudah sangat terjamin.
Sama hal nya dengan Yasha dkk, mereka pun juga akan mengusahakan agar masuk kelas tersebut karena disana mereka punya misi tersendiri.
"Tapi, Sha...., misi kita disini belum selesai." Laura berkata sembari menatap khawatir Yasha yang sedang menatap kearah mereka.
"Gue tahu, Lau. Tapi dengan kita masuk kelas itu, kita bisa saja cari informasi kan? Apalagi pernah ada rumor dua anak jenius dari kelas itu yang menghilang tanpa jejak, tanpa jejak Lau!" Jawab Yasha secara rinci dan tegas.
"Gue setuju sama, Asha." Abbyan menyetujui perkataan Yasha, mereka akan lebih mudah disana. Disini mereka sudah di waspadai, jadi jika disana bukan kah kelas mereka jadi satu? Jadi mereka bisa bergerak kapan saja.
Sedikit info saja, kelas pilihan yang lewat seleksi itu ada dua kelas. Dan salah satu nya kelas unggulan, walaupun yang masuk kelas sepuluh, sebelas, duabelas mereka akan di luluskan bersama jika bisa lulus dari salah satu kelas itu dalam waktu setahun.
"Oke, ini keputusan kalian kan? Gue ikut, tapi nilai gue?" ucapan Laura terhenti, jelas dia tidak akan bisa bersaing dengan para anak ambis. Namun dia kan juga pintar tidak begitu bodoh.
""Gue aja ga pernah bisa masuk tiga besar, selalu nge stuck di lima besar terus mana sama Abbyan lagi saingan gue!" ketus Laura merasa dongkol sekaligus kesal.
Abbyan pun mengangguk, mereka berdua bisa saja ikut Yasha. Hanya saja nilai? Dia saja seperti Laura, bagaimana bisa bersaing? Dengan Laura saja dia kadang kalah apalagi harus bersaing lawan orang yang kepintaran di atas rata-rata.
Yasha sendiri tersenyum manis, membuat kedua nya menatap bingung kearah Yasha.
"Gue ada rencana,." Yasha berujar sambil mendekat kearah mereka, Yasha menjelaskan rencana nya. Kedua nya pun langsung tersenyum lebar saat mendengar rencana Yasha, rencana yang mungkin saja berhasil.
"Tapi mereka? Jayden, Langit, Ruby? Mereka bagaimana?" tanya beruntun dari Laura, dia baru saja terpikirkan mereka. Yasha mundur dan bersandar di kursi nya, hendak membuka suara namun sudah terdahulu oleh Abbyan.
"Biarkan mereka berusaha, ini cukup kita yang tau oke? kalau aja mereka berhasil kita bisa menarik mereka lagi ke tim kita." Abbyan berceletuk dengan senyum tengil nya.
"Jadi kayak lo cuman manfaatin mereka aja gitu?" lontar Yasha menatap kearah Abbyan yang tengah tersenyum lebar lantas mengangguk.
"Jahat juga ya lo ternyata." Laura bersuara sambil menyenggol lengan Abbyan di sertai tawa kecil nya. Namun seperti nya terlalu kuat hingga Abbyan hampir terjatuh dari kursi, Abbyan pun menatap kesal Laura. Untung suasana hati nya sedang baik, jadi dia tidak jadi untuk membalas Laura.
"Baru tau ya neng? Lagian kan Mereka yang dateng sendiri ke kita dan berlagak nawarin bantuan, kesempatan ga boleh di anggurin kan? Lagian mereka tau apa tentang kita? Biarkan saja, itu udah resiko mereka." Abbyan berucap sinis setelah itu mereka berdua tertawa bersama, Yasha sendiri langsung menggeleng kan kepala nya tak habis pikir. Namun tak ayal diri nya juga ikut tertawa bersama mereka.
"Lo bener by, kesempatan ga boleh di anggurin. Mereka bisa jadi pion kita nanti~" Laura berkata dengan mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT GIRL? YEAH IT'S ME (revisi)
Cerita PendekHATI-HATI NANTI BINGUNG SENDIRI‼️‼️ Kalian pernah tidak disuruh untuk jadi orang lain? rasanya bagaimana? tidak enak bukan? sama seperti Yasha yang harus di paksa oleh keluarga gilanya untuk menjadi persis seperti kakak nya yang menghilang begitu sa...