Didalam mobil, Yasha memmeluk erat sebuah senapan dengan mulut bergetar terus mengucapkan kata maaf.
Dia sangat-amat merasa bersalah kala harus menembaki para monster tidak bersalah, namun dia tetap harus membunuh mereka sebelum menginfeksi sampai ke kota.
"Lo tau Yasha? Ares dan temennya si Jayden itu sama-sama terobsesi sama Nasya, dan gue gatau gimana ceritanya lo bisa deket sama mereka?" tanya Aris sedikit melirik kearah Yasha yang terus melontarkan kata maaf.
Gumaman Yasha terhenti kala mendengar pertanyaan dari Aris, dan eh? apa katanya tadi Jayden? JAYDEN?
Mata Yasha membulat sempurna, " lo bilang Jayden??" tanya Yasha memastikan.
Aris mengangguk, "benar, kenapa?" tanya Aris heran, terlebih melihat raut wajah Yasha yang sudah pucat pasi kembali.
"Gue bodoh! harusnya.... gue ga ngebiarin Jayden pergi waktu itu dengan alasan lanjut pendidikan." Yasha bermonolog.
"Sialan, ternyata lo emang ga peka keadaan!" maki Aris kesal.
Bukan nya apa, hanya saja melawan Ares saja sudah sulit, apalagi ini?? dua pria pembawa maut dan mimpi buruk itu membuat bulu kuduk Aris berdiri, siapa yang tidak takut dengan monster seperti mereka? julukan monster saja tidak cukup, mereka mirip iblis!
Menyadari suasana hati Aris memburuk membuat Yasha bergerak tak nyaman, bola matanya bergerak liar meneliti setiap inci dari mobil yang mereka kendarai hingga matanya menangkap sebuah benda kecil.
"B-bom?" tukas Yasha terkejut kala melihat ada se box kecil yang berisi banyak bom.
"Kalau terdesak kita bisa pake bom itu, gue ga yakin kalo kita berdua bakalan selamat jadi gue udah siapin semuanya." Aris menerangkan membuat Yasha meringis.
Gila! sesantai itu?
Yasha melirik kearah jendela mobil, matanya semakin menajam kala melihat sebuah siluet.
Hingga kaca mobil tersebut pecah, ada batu cukup besar yang memecahkan jendela. Tapi yang pasti Yasha syok bukan main, bahkan dia dengan erat memeluk senapan bersiap menembak siapapun.
Kali ini Yasha bertekad, dia tidak akan lemah, dia akan menghadapi semua termasuk teman-teman nya.
"Aris! mereka Ares dan Jayden!" pekik Yasha, Aris tidak memperdulikan pekikan Yasha.
Mobil yang mereka tumpangi oleng kala di tabrak oleh beberapa monster.
"Lo jaga-jaga, tembak kepala monster-monster itu kalo ngedeket. Biar gue yang bawa bom nya," tukas Aris.
Yasha mengangguk, namun tanpa sepengetahuan dari Aris dia mengantongi satu buah bom.
Mereka pun turun dari mobil yang sudah tidak berbentuk, dengan raut wajah penuh kewaspadaan tinggi mereka berdekatan.
Seperti mimpi buruk bagi Yasha, dihadapan nya para teman sedang tersenyum lebar sangat lebar hingga Yasha rasa mulut mereka bisa sobek.
"Oh keluar juga kalian? bermain-main dulu ga sih?" ungkap Ares dengan senyum miring tak lupa mata yang memerah dengan beberapa sulur urat hitam di leher.
Yasha bergidik ngeri pun mengalihkan pandangannya dari Ares, akan tetapi malah harus dihadapkan dengan Jayden yang berpenampilan seram!
Mata sebelah sudah bolong dengan darah yang merembes, serta tubuh yang sedikit banyak bekas cakaran serta gigitan.
"Ris, gue ga bisa!" bisik Yasha kepada Aris yang sudah menembak beberapa monster.
"Lo bisa! jangan sampe perjuangan gue dan Nasya sia-sia buat ngelindungin lo doang!" tukas Aris dengan kesal.
Tidak, perjuangannya dengan Nasya tidak boleh sia-sia begitu saja!
Yasha menghela nafas berat, dia pun mulai memposisikan senapan miliknya.
"Maaf!" gumam Yasha sebelum menembak tepat di kepala Abbyan.
Satu per satu mereka berhasil menumbangkan para monster, dengan Aris yang sebagai tameng dan Yasha tukang tembak.
"BAJINGAN!" murka Ares kala menyadari pasukan monster nya sudah hilang setengah lebih.
Ares mendekat ke arah Yasha, namun Aris lebih berhadapan dengannya. Ares menggeram kesal kala tak bisa mendekat ke Yasha namun dia diam-diam tersenyum miring kala melihat Yasha sudah di bawa menjauh oleh Jayden.
"Percuma lo nahan gue, Yasha ralat Vara udah lebih dulu dibawa Jayden!" lontar Ares membuat Arus membelalakkan matanya.
Namun berusaha yakin bahwa Yasha akan baik-baik saja, Aris pun tersenyum tipis kearah Ares.
"Aneh ya? kita saudara kembar tapi cuman muka doang yang kembar," ungkap Aris sembari menghindari serangan dari Ares.
"Cuih, ga sudi gue di miripin sama cowo pengecut kek lo!" sentak Ares pedas.
Aris pun lantas tersenyum kecut, "harus nya Langit ga sepercaya itu sama lo, mana cuman adek pungut lo doang lagi." Aris berkata dengan miris, apalagi melihat nasib dari Langit yang sedikit mengiris hatinya.
"Dia yang bodoh, mau aja gue cuci otak nya." Ares menukaskan.
Mungkin jika di komik-komik sebuah pertigaan di dahi Aris akan terlihat, dia sungguh kesal dengan adiknya sendiri, Ares.
"Lo cowo brengsek, Res. Nyesel gue punya adek kek lo." Aris berkata dengan miris.
Ares mengedikkan bahu nya, bahkan serangan nya pun semakin brutal.
Aris merasa melawan Ares akan sia-sia dia pun melancarkan aksi terakhirnya yaitu dengan berpura-pura menyerah, bahkan wajahnya sudah berubah dengan sendu.
Ares yang mendapatkan kesempatan pun memukul Aris dengan membabi buta bahkan dia dengan tega menggigit Aris tepat di leher, tak segan-segan dia juga menggigit tangan Aris juga.
Aris dapat merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya, namun dia terus menahan hingga sebuah kesempatan datang.
Ares yang sibuk memakan daging Aris pun tidak menyadari bahwa Aris mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya, sebuah bom Aris keluarkan dengan senyum tipis.
"Kenapa lo senyum gitu?" Ares menatap aneh Aris dengan mulut penuh darah.
"Gue rasa, ini akhir yang bagus buat kita. Yah mungkin gue bakal netep di surga dan lo bakal di neraka?" lontar Aris dengan senyum tipis.
Ares menatap aneh dengan Aris, melirik sekilas dapat dia lihat sebuah bom!
"Jangan main-main lo sama gue Aris?!" bentak Ares kalut.
tidak, dia tidak boleh mati disini.
"Diem! kalo gue ga bisa hidup, artinya lo juga ga boleh hidup, Monster!" berang Aris dengan memeluk Ares erat.
Dia pun mulai menekan bom bunuh diri, sebelum bom benar-benar meledak Aris sempat menintikkan air mata nya dengan Ares yang terus memberontak.
"Maaf, dan Terimakasih." Aris bergumam.
Setelahnya sebuah ledakan hebat menggema di seisi hutan, bahkan Yasha yang masih di tarik oleh Jayden pun sampai berjengit.
Air mata Yasha luruh semakin deras saat mendengar suara ledakan hebat dibelakang, tidak mungkin kan?
"Maafin gue, Aris. Dan makasih juga Aris." Yasha bergumam dengan air mata yang terus mengalir tanpa bisa di hentikan.
Mungkinkah itu jalan terbaik? jika iya maka Yasha sudah bertekad!
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT GIRL? YEAH IT'S ME (revisi)
Short StoryHATI-HATI NANTI BINGUNG SENDIRI‼️‼️ Kalian pernah tidak disuruh untuk jadi orang lain? rasanya bagaimana? tidak enak bukan? sama seperti Yasha yang harus di paksa oleh keluarga gilanya untuk menjadi persis seperti kakak nya yang menghilang begitu sa...